Jika ditotal pencatatan efek tahun ini mencapai 75 efek. Angka itu termasuk DIRE (dana investasi real estate), EBA (efek beragun aset), dan ETF (exchange traded fund), dan beberapa efek lainnya.
Meski turun, Direktur Utama BEI Inarno Djayadi menilai, catatan emiten baru di 2019 itu patut disyukuri. Sebab dari sisi jumlah perusahaannya, penambahan emiten baru di pasar modal Indonesia tertinggi di Asia Tenggara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah kita bisa mencapai 55 company listed di 2019 saham dan kalau diketahui bahwa ini terbesar di ASEAN. Kalau dibandingkan negara tetangga growth tertinggi," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019).
Menurut catatan BEI, pencatatan saham baru di Asia Tenggara yang menempati posisi kedua adalah Thailand sebanyak 30 perusahaan. Ketiga ada Malaysia sebanyak 29 perusahaan.
"Saya agak tergelitik dibilang hanya 55 emiten. Jadi pencapaian 55 sudah luar biasa dan juga kalau kita lihat secara pencapaian kita ini 2019 ini adalah urutan ke 7 di dunia. Itu dari EY global trend report," tambahnya.
Sekadar informasi, total emiten baru yang mencatatkan sahamnya tahun ini mencapai 55 perusahaan. Emiten terakhir yang mencatatkan sahamnya adalah PT Galva Technologies Tbk (GLVA). Sehingga total perusahaan tercatat di pasar modal saat ini sebanyak 688 emiten.
(das/zlf)