Nasib Pekerja Lepas di Bidang Musik hingga EO Dihimpit Corona

Nasib Pekerja Lepas di Bidang Musik hingga EO Dihimpit Corona

Soraya Novika - detikFinance
Sabtu, 11 Apr 2020 18:31 WIB
Ilustrasi Penonton Konser Musik di Konser The Chainsmokers di Jakarta.
Ilustrasi/Foto: Hanif Hawari
Jakarta -

Virus Corona memberikan dampak bagi mereka yang mencari nafkah. Mulai dari pegawai swasta, pekerja buruh, terlebih pekerja di sektor informal hingga pekerja lepas (freelance).

Pekerja lepas pada kelimpungan lantaran sebab banyak pekerjaan yang dibatalkan karena Corona. Penundaan ini otomatis ada pendapatan yang tersendat sampai ke kantong mereka.

Seperti yang dialami Satria, musisi yang bergantung hidup dari panggung ke panggung. Ia mengaku menerima banyak pembatalan acara karena pandemi ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebelum ada pandemi ini, pekerjaan saya jadwal kerjanya banyak sekali, terutama di bulan Maret dan April. Job nikahan, cafe, dan event. Tapi dengan adanya musibah ini, perlahan-lahan satu per satu kerjaan saya dibatalkan," keluh Satria kepada detikcom, Sabtu (11/4/2020).

Ia mengaku pendapatannya kini kian menipis. Ia pun khawatir dengan kehidupan di bulan-bulan selanjutnya bila sama sekali tidak ada panggilan untuk mengisi acara.

ADVERTISEMENT

"Bisa anda bayangkan bagaimana saya bisa bertahan hidup ke depan dengan tidak ada pemasukan dari pekerjaan saya. Saya mengontrak dengan istri saya dan kami makan apa adanya. Kami mengikuti setiap kebijakan pemerintah untuk tetap di rumah dengan berharap pandemi ini segera berakhir," tutupnya.

Tak hanya Satria, Rio yang juga berprofesi serupa yakni musisi longtrip pun merasakan nasib yang sama. Rio mengaku dirinya dan teman-teman seprofesinya merasakan pahitnya tak menerima pendapatan sama sekali.

"Pekerjaan saya ini biasanya main dari satu kota ke kota lain, akibat corona ini saya dan rekan-rekan seprofesi saya benar-benar kehilangan lahan untuk mencari rezeki," ucap Rio.

Klik halaman selanjutnya >>>

Ia berharap pemerintah memberi solusi lain dari sekadar membagikan sembako. Ia ingin ada solusi yang memungkinkan pekerja seperti dirinya tetap bisa mencari nafkah di tengah situasi seperti ini.

"Kompensasinya hanya diberikan sembako senilai Rp 600 ribu/bulan selama 3 bulan. Bukan itu yang kita butuhkan dan saya yakin kompensasi itu juga tidak rata pembagiannya, dengan adanya aturan PSBB atau apapun itu tidak akan merubah keadaan jadi lebih baik. Tapi akan menaikkan tingkat kriminalitas," imbuhnya.

Lalu, ada Iwan, seorang pekerja lepas di bidang event organizer. Serupa dengan dua musisi lainnya, pekerjaan satu ini juga sama terpukulnya. Menurutnya, jenis pekerjaannya yang insidental tersebut sangat bergantung pada kunjungan kerumunan banyak orang.

Sejak adanya imbauan work from home (WFH), pekerja event organizer benar-benar kehilangan pendapatan mereka.

"Satu persatu event/acara dibatalkan, berawal dari kesadaran client kami untuk menghindari kerumunan orang hingga pembatalan izin oleh pihak pemerintah. Pada saat pemerintah memberhentikan pemberian izin keramaian, di situ pekerjaan kami berhenti, penghasilan kami setop. Bahkan beberapa pekerjaan kami yang sudah selesai pun tidak dibayarkan oleh client kami, karena nasib mereka pun sama dengan kami, tidak ada pemasukan," paparnya.

Di samping kehilangan pemasukan, menurutnya banyak biaya yang masih wajib dikeluarkan di saat semua acara dibatalkan.

"Di sisi lain biaya yang harus kami keluarkan tidak berhenti, baik dari biaya hidup, cicilan kendaraan hingga uang sekolah anak," keluhnya.

Ia berharap pemerintah membuka mata, melihat banyaknya jenis pekerjaan yang terdampak oleh kehadiran pandemi tersebut.

"Kami berharap pemerintah bisa melihat begitu luasnya bidang pertunjukan dan event ini di Indonesia," pungkasnya.



Simak Video "Video WHO soal Ilmuwan China Temukan Virus Corona Baru Mirip Penyebab Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads