Tyo menetapkan tarif AADC Rp 4.000 per km, terhitung dari alamat penjemputan ke tempat pengantaran ASI. Tarif itu tidak berubah hingga saat ini.
Menurutnya tantangan terbesar saat menjalankan bisnisnya saat ini adalah SDM atau dia sebut bikers. Akhirnya Tyo membuat komunitas yang dinamakan Bikers Pejuang ASI.
"Saya kumpulin kawan-kawan yamg sudah punya anak, karena mereka akan aware dengan ASI. Saya ajak nge-ride bareng dengan sistem upah per km," terangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah, permasalahan baru mulai muncul pada SDM, karena tidak ada keterikatan kerja. Akhirnya untuk orderan yang masuk, saya harus mohon-mohon, kepada para bikers, mengenai kesediaanya untuk ambil orderan. Hingga saya memutuskan untuk berani dgn sistem gaji pada bulan Desember 2018 dengan menarik pak Putut, sahabat, sebagai investor aktif," ujarnya.
Saat membuka sistem gaji, ternyata masalah itu belum terselesaikan. Banyak bikers yang keluar masuk. Sebab untuk mengantar ASI harus memiliki tanggung jawab dan komitmen yang kuat karena telat sedikit ASI tak bisa lagi dikonsumsi.
"Hingga Saat ini Antar Asi Daily Care (AADC) hanya memiliki 5 orang biker's yang betul-betul sudah melewati tahap penyaringan," tuturnya.
Dari sejak AADC berdiri hingga saat ini tercatat sudah memiliki 1.300 pelanggan. Tercatat saat ini omzet AADC mencapai Rp 11 juta per bulan.
Uang itu pun masih harus dipotong gaji bikers dan kebutuhan marketing. Meski belum begitu besar, setidaknya Tyo memiliki penghasilan dari bisnis yang dia bangun dengan modal Rp 750 ribu, itu pun dari utang.
"Tapi namanya rezeki bisa datang dari mana saja, ada saja yang suka nitip iklanin produknya ke kita. Alhamdulillah," tutupnya.
(das/ara)