Dari Olahan Kelor, Haida Raup Untung hingga Rp 2,9 Juta/Hari

Dari Olahan Kelor, Haida Raup Untung hingga Rp 2,9 Juta/Hari

Inkana Putri - detikFinance
Jumat, 05 Mar 2021 15:32 WIB
Haida, seorang wirausaha asal Bantul berinovasi untuk mengolah daun kelor
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Daun kelor sering kali diibaratkan dengan hal-hal gaib, mulai dari peluntur jimat hingga mengusir sihir. Padahal, daun yang satu ini sebenarnya punya banyak manfaat.

Adanya khasiat dari daun kelor inilah yang kemudian membuat Haida, seorang wirausaha asal Bantul berinovasi untuk mengolah daun kelor. Menurutnya, daun kelor dapat mendetoks penyakit yang ada di dalam tubuh.

"Sebelum kita buat kelor, kelor masih dihubungkan dengan hal mistis seperti orang meninggal harus dibaluri kelor. Padahal itu supaya apa yang dikeluarkan dari mayat tidak mengeluarkan penyakit, jadi dia mendetoks, menetralkan. Cuma orang suka menghubungkan ke hal-hal gaib. Kalau ilmunya apa-apa itu, nggak," ujarnya kepada detikcom baru-baru ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut Haida bercerita awal mula ia memanfaatkan daun kelor karena daun kelor sering disebut daun dewa di Afrika. Hal ini mengingat daun kelor mengandung banyak nutrisi sehingga dapat memperbaiki gizi anak-anak di sana.

Sejak saat itulah akhirnya Haida mulai mempelajari kelor dan cara mengolahnya selama setahun. Meskipun terkesan lama, dirinya mengaku tidak ingin produknya malah membahayakan konsumen.

ADVERTISEMENT

"Saya dengan anak lihat ke internet apa sih kelor ini. Sekali saya lihat, betapa terkejutnya saya karena di luar Indonesia apalagi di Afrika itu disebut daun penolong, daun dewa. Karena di tahun 2013, Sekjen PBB mengangkat kelor itu naik karena anak-anak Afrika itu kita kenal busung lapar. Kemudian, Sekjen PBB bawa kelor di Kupang ke luar negeri (untuk) memperbaiki gizi anak-anak. Jadi itu luar biasa, nutrisi yang ada di kelor," jelasnya.

Daun KelorDaun Kelor (Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom)

Di awal percobaan, Haida mengaku sering gagal saat mengolah daun kelor karena salah dalam proses penjemuran. Beda dengan daun lainnya, kelor perlu penanganan khusus, yakni dijemur di tempat khusus atau dilapisi kain dan tak boleh terkena sinar matahari langsung. Pasalnya, proses tersebut dapat meningkatkan atau menjaga nutrisi dalam kelor.

Berkat usaha kerasnya, pada 1 Agustus 2016, Haida memutuskan untuk meluncurkan produk kelornya dan pada 2017 ia pun membuat brand Kelorida yang artinya kelor yang dibuat oleh Haida.

"Pertama buat cuma wedang, coklat kelor, kopi kelor, sama peyek kelor. Dengan bergulirnya waktu, masih belum begitu bagus penjualannya. Saya masih buka toko di rumah aja. Jadi nunggu pembeli, kurang ada action," katanya.

"Di 2017 awal Januari, dari Dinas Perdagangan mulai melirik produk ini mulai ngajak pelatihan. Terus mulai banyak produknya, merambah teh celup, masker kelor, kapsul kelor. Sekarang ada lebih kurang 20 sekian produk. Dan produk ini sudah ada di Bandara YIA (Yogyakarta International Airport kan ada tuh khusus UMKM," imbuhnya.

Daun kelorOlahan daun kelor (Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom)

Meskipun kini produknya telah berkembang, Haida mengatakan hal ini tak lepas dari campur tangan para konsumennya, yang kerap memberikan masukan dan saran. Dari bisnis kelornya, Haida dapat menghasilkan cuan hingga Rp 3 juta per harinya.

"Setiap tahun itu di Kementerian Perindustrian, 1 tahun bisa 3 kali pameran, lumayan penjualannya. Jadi hari Senin-Jumat jualan (di pameran) itu lumayan. Padahal itu kita mandiri, (berangkat) pakai bus sendiri. Kayak (pameran) di Perindustrian satu hari itu bisa Rp 2,9 juta atau Rp 3 juta," paparnya.

Selain konsumen, kesuksesan usahanya ini juga tak lepas dari peran serta dinas dan perbankan, baik dalam pemasaran dan permodalan. Mengingat pada awal bisnisnya, ia hanya mengandalkan modal pribadi sebesar Rp 4 juta- Rp 5 juta. Padahal, untuk proses pengemasan memerlukan biaya yang cukup banyak.

"Ketepatan dinas tidak henti-hentinya support kita. Itu brand aja udah Rp 20 juta, itu gratis. P-IRT juga gratis. Kita juga difasilitasi BPOM, MD. MD itu nanti bisa pameran di luar negeri," katanya.

"Minjam juga di BRI Rp 25 juta. Itu untuk beli kendaraan, motor karena untuk transportasi kita. Sama estalase langsung kita tambahin," imbuhnya.

detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.

(ncm/hns)

Hide Ads