Mereka juga getol mempromosikan produknya di sosial media masing-masing. Tak cukup di situ, mereka juga mengajak para ibu-ibu korban PHK di dekat rumah mereka untuk jadi reseller kopi.
"Jadi kita ajak, mereka nggak bayar apapun, cuma promosiin aja di status-status WA, Facebook, Instagram, nanti mereka kabarin ke kita kalau ada yang mesen, penghasilannya, nanti mereka potong sendiri, sesuai keuntungan yang mereka buat dari setiap botolnya," terangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya mengajak ibu-ibu korban PHK, mereka juga rajin menitipkan sampel kopi mereka ke tukang bubur langganan dekat rumah. Jadi setiap pembeli bubur tersebut bisa coba kopi mereka dengan cuma-cuma. Tujuannya supaya produk mereka lebih dikenal oleh lebih banyak masyarakat.
Mereka yang latar belakangnya sama-sama pekerja juga giat mempromosikan produknya di kantor masing-masing.
Selain itu, strategi lainnya adalah konsisten memberi layanan gratis ongkir kepada konsumen di daerah Jakarta hingga Depok. Untuk pelanggan yang tinggalnya lebih jauh juga diberi gratis ongkos kirim bila membeli dalam jumlah yang banyak.
"Kelebihan kami di service gratis ongkir itu, saya sempatkan selalu antarkan produk sendiri kalau di sekitar Depok, tapi kalah agak jauh baru deh pakai Gojek atau Grab gitu, tapi ongkirnya tetap gratis," paparnya.
Sampai saat ini, bisnis minuman kopi literan mereka masih banyak diburu pelanggan. Pelanggan rata-rata berasal dari orang-orang sekitar terutama teman-teman di kantor.
Meski cukup sukses, untuk saat ini kedua pasangan istri tersebut belum berani membuka coffee shop seperti yang diimpikan. Namun, kelak saat aktivitas masyarakat bisa berjalan normal seperti sebelum pandemi, mimpi itu mungkin akan diwujudkan kembali.
"Untuk saat ini belum, nanti setelah pandeminya sudah teratasi mungkin ke sana," timpalnya.
(ara/ara)