Kilau Bisnis Perak Daur Ulang: dari Skripsi hingga Beneran Jadi Duit

Saatnya Jadi Bos

Kilau Bisnis Perak Daur Ulang: dari Skripsi hingga Beneran Jadi Duit

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 04 Jun 2021 07:00 WIB
Kilau Bisnis Perak Daur Ulang: dari Skripsi hingga Jadi Duit
Foto: Dok. Lanala Jewelry
Jakarta -

Pandemi COVID-19 mungkin menjadi penghalang bagi sebagian besar orang untuk berkembang. Namun hal itu justru menjadi pintu awal bagi lima mahasiswa untuk berbisnis perak daur ulang.

CEO Lanala Jewelry Anastasia Irene menjelaskan, bisnisnya itu baru berdiri pada Maret 2021. Memang usianya baru seumur jagung, namun bisnisnya cukup menarik.

Awalnya dia bersama dengan empat teman kuliahnya Bryan Bianconeri, Feliks Yanuar, Marcella Pricillia, dan Yeremias Barry membentuk kelompok untuk menyelesaikan skripsi. Tugasnya membuat sebuah bisnis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Namun, dalam menyelesaikan tanggung jawab itu, kami tidak ingin semata-mata membangun bisnis yang hanya menjadi formalitas bagi kami untuk lulus, atau pun sebagai alat kami mendatangkan uang sebanyak-banyaknya. Kami menyadari bahwa banyak aspek kehidupan yang dapat dibenahi," tuturnya kepada detikcom.

Sebagai mahasiswa bisnis, Anastasia dan teman-temannya merasa bertanggung jawab untuk dapat menciptakan bisnis yang dapat menimbulkan dampak positif bagi sekitar. Dari misi itulah ide untuk membuat bisnis seputar komoditas perak muncul.

ADVERTISEMENT

Mereka menilai pandemi telah membuat banyak perajin perak kehilangan pendapatannya. Dari situ mereka tertantang untuk mempelajari bagaimana proses dan aspek-aspek yang berkaitan dengan bisnis perak. Ujungnya mereka pun terjun ke bisnis perhiasan.

Kilau Bisnis Perak Daur Ulang: dari Skripsi hingga Jadi DuitKilau Bisnis Perak Daur Ulang: dari Skripsi hingga Jadi Duit Foto: Dok. Lanala Jewelry

Nah yang menjadi keunggulan dalam produk perhiasan perak milik Lanala Jewelry adalah bahan baku. Mereka menggunakan material perak daur ulang yang diyakini lebih ramah lingkungan.

"Kami mencari penelitian-penelitian mengenai perak daur ulang, yang mana terdapat penelitian yang mengatakan penggunaan daur ulang perak dapat menurunkan kandungan CO2 yang dihasilkan sebesar 86%," tuturnya.

Perak-perak bekas itu dimurnikan kembali yang kemudian diproses untuk menjadi perhiasan yang baru. Tak hanya bahan baku, mereka juga berupaya menjalankan proses bisnis dan kemasan menggunakan material yang tidak merusak lingkungan.

Menariknya lagi Lanala menawarkan program daur ulang perhiasan kepada para pelanggannya. Perhiasan perak yang telah rusak atau tidak terpakai bisa diolah kembali dan menjadi produk baru sesuai keinginan.

"Karena fokus kami di sini ingin mengajak seluruh stakeholder untuk sama-sama mulai mencintai bumi kita dari hal-hal kecil," ucapnya.

Kilau Bisnis Perak Daur Ulang: dari Skripsi hingga Jadi DuitKilau Bisnis Perak Daur Ulang: dari Skripsi hingga Jadi Duit Foto: Dok. Lanala Jewelry

Anastasia menjelaskan, sebenarnya mereka sudah mulai mengemas ide tersebut sejak September 2020. Namun karena pandemi COVID-19 mereka pun dihadapkan tantangan melakukan riset secara daring.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Mereka juga terpaksa melakukan riset penjualan secara langsung atau door to door. Produknya ditawarkan secara langsung melalui Instagram ke konsumen yang profilnya dianggap cocok dengan target sasaran mereka.

"Tidak sedikit tolakan yang kami dapatkan karena proses yang cukup sulit ketika harus menggunakan material ini. Tapi dengan kerja sama yang baik antar tim internal dan perajin lokal, pada akhirnya selalu ada jalan untuk melewati tantangan-tantangan tersebut. Akhirnya bisnis ini officially launching pada tanggal 15 Maret 2021," tuturnya.

Kini sedikit demi sedikit nama Lanala mulai dikenal. Mereka mencoba memanfaatkan beberapa jalur promosi mulai dari Instagram ads, influencer, dan juga marketplace.

Mereka semakin serius menjalankan bisnisnya yang modalnya tidak lebih dari Rp 50 juta itu. Mereka menggandeng perajin lokal yang tersebar di Yogyakarta, Depok, dan Bogor.

Produk yang ditawarkan Lanala Jewelry sendiri berkisar antara Rp 215.000-247.000. Mereka juga tengah menyiapkan produk baru dengan harga yang lebih terjangkau yakni di bawah Rp 150.000.

"Secara kuantitas, penjualan kami terus mengalami pertumbuhan positif. Hal ini didukung oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya keberlangsungan lingkungan yang terus meningkat setiap tahunnya. Kami cukup terkejut dengan tetap tingginya antusiasme masyarakat untuk membeli perhiasan ramah lingkungan, meskipun di tengah pandemi. Hal ini membuat kami optimis untuk terus melaju dengan visi yang kami emban," tutupnya.


Hide Ads