Pensiun Dini dari TNI, Pria Ini Kantongi Ratusan Juta dari Porang

Saatnya Jadi Bos

Pensiun Dini dari TNI, Pria Ini Kantongi Ratusan Juta dari Porang

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 25 Jun 2021 07:11 WIB
Jadi Petani Porang, Pria Ini Dapat Omzet Rp 800 Juta/Hektare
Foto: Dok. Pribadi

Modal yang keluarkan saat ini juga telah meningkat. Eko menyebut sekarang modalnya bisa sekitar Rp 200 juta per satu hektare lahan. Modal itu termasuk modal tenaga kerja, olah lahan, pemupukan.

Omzet yang didapat Eko bisa lebih dari Rp 800 juta per hektar untuk satu kali panen. Namun, Eko menjelaskan omzet itu tidak sekaligus dia dapatkan, untuk mencapai itu, menunggu dalam jangka waktu tiga tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rp 800 juta dalam tiga tahun itu jika harga hasil porang dijual seharga Rp 10.000 per kilonya. Tahun lalu kita pernah mencapai Rp 1 miliar, kalau hasil umbinya 3-4 kg dan dikalikan Rp 10.000 pada 2019 kemarin pas awal pandemi,"jelasnya.

Eko menjelaskan untuk waktu panen porang ini tergantung bibit yang digunakan, ada yang gunakan. Ada pun bibit yang digunakan, yakni bibit umbi mini atau sedang bisa satu tahun panen, umbi katak mini 2-3 tahun panen, dan bibit spora 4-5 tahun panen.

ADVERTISEMENT

Hasil budi dayanya, Eko bekerja sama dengan beberapa pabrik untuk diekspor ke China hingga Jepang. Tidak hanya dalam bentuk bahan baku, pabrik-pabrik yang bekerja sama dengan Eko juga mengolah porang menjadi beberapa makanan siap saji hingga minuman, ada Nasi Shirataki, Mie Basah, Minuman diet, Spaghetti, hingga latte. Produk itu semua juga diekspor ke luar negeri.

Selama pandemi, Eko menyebut pertanian porang tidak terimbas sama sekali. Bahkan untuk penjualan bibit porang sendiri telah melonjak 200% pada tahun lalu, Eko memperkirakan tahun bisa lebih dari itu.

Eko menyebut banyak pengusaha yang juga akhirnya banting setir ke pertanian porang karena pandemi. Dia mengungkap semua teman-temannya dari pengusaha pariwisata, perhotelan, pengusaha konveksi hingga pengusaha burung walet juga banyak yang menghubunginya untuk belajar budidaya porang.

"Setelah pandemi ini mulai meledak, alhamdulillah kita nggak kena imbas sama sekali, semua teman di bisnis pariwisata, perhotelan, pengusaha konveksi yang terimbas pandemi beralih ke porang. Bahkan ada yang mau buat pabrik," terangnya.

Jadi Petani Porang, Pria Ini Dapat Omzet Rp 800 Juta/HektareFoto: Dok. Pribadi

Eko mengatakan pihaknya sangat terbuka untuk siapa saja yang ingin belajar budidaya porang. Dia mengatakan akan dibimbing dari awal penanaman sampai panen, untuk hasilnya juga diperbolehkan untuk dijual ke Eko. Jika ingin belajar Eko terbuka jika ingin datang langsung atau secara virtual melalui video call.

Adapun modal yang bisa disiapkan jika ingin membudi daya porang, Eko mengungkap tergantung bibit yang dipilih. Ia menjelaskan bibit porang ada berbagai macam, yakni bibit umbi mini minimal modal per hektare Rp 90-100 juta, katak sedang ke besar Rp 60-70 juta, katak mini Rp 35 juta, dan bibit spora hanya Rp 10 juta.

"Tetapi modal bibit itu belum dengan pupuk dan olah lahan, kalau pakai bibit yang Rp 90 juta jika digabungkan dengan pupuk dan olah lahan hingga operasional, modalnya bisa mencapai Rp 200 jutaan," jelasnya.

Meski Eko memutuskan untuk pensiun dini dari TNI lima tahun lalu, dia tidak merasa rasa nasionalismenya berkurang terhadap Indonesia. Karena dengan bisnis ini Eko tetap bisa membantu negara dengan menciptakan lapangan kerja tentu akan mengurangi pengangguran.

"Bela negara saya ini dengan cara saya sendiri tidak harus angkat senjata. Bedanya bela negara saya di dunia pertanian," terangnya.

Saat ini Eko berharap pemerintah bisa memberikan perhatian lebih terhadap ekspor bibit. Dia mengungkap saat ini yang menjadi saingan Indonesia dalam budidaya porang adalah Vietnam dan Thailand. Menurutnya jika ekspor bibit porang tidak segera dilarang, Indonesia bisa kalah saing dan stok bibit jadi langka.

"Pemerintah harus ikut terjun langsung untuk pelarangan ekspor bibit porang. Sekarang ini hanya di Jawa Timur, sudah dilarang oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, di daerah lain belum. Pemerintah pusat harus terjun langsung," tutup Eko.


(ara/ara)

Hide Ads