Pada suatu saat, Dede Satoe mengikuti pameran di Surabaya yang mempertemukan UMKM dengan pembeli. Kebetulan ada salah satu pembeli yang merupakan eksportir ke AS. Dia tertarik dengan produk Dede Satoe.
"Beliau awalnya tertarik karena tanpa MSG. Terus beliau tertarik ke tempat kita buat lihat produksinya. Pas tahu loh sudah HACCP, dia tambah tertarik. Kalau HACCP itu kan ketat banget keamanan pangannya. Dari situ beliau tertarik dan kami mulai ekspor langsung ke AS," terang Siti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2016 Dede Satoe mulai ekspor produknya ke AS dan Kanada. Saat itu pengiriman baru dua kali dalam satu tahun. Satu kali pengiriman bervariasi bisa 45 hingga 60 boks, satu boks isinya 60 botol sambal.
Sejak saat itu pengiriman ke AS dan Kanada mulai meningkat. Target pasarnya ternyata masyarakat Indonesia yang tinggal di sana.
Menariknya lagi pada 2020 ketika pandemi COVID-19 melanda, ekspor Dede Satoe ke AS dan Kanada meningkat drastis. Pengiriman bisa sampai 12 kali. Ternyata pangsa pasar sambal Dede Satoe mulai merambah masyarakat asli. Anak muda AS ternyata banyak membuat tantangan makan pedas menggunakan sambalnya.
"Jadi yang beli anak mudanya. Katanya sih ramai tantangan berani pedes nggak, ya namanya anak muda, iseng kali," kelakarnya.
![]() |
Ekspor tersebut bisa menjadi penopang penurunan penjualan Dede Satoe di tahun pandemi itu. Penjual di domestik menurun drastis.
Meski menurun omzetnya Dede Satoe lumayan besar. Pada 2019 omzetnya mencapai Rp 1,3 miliar. Lalu di 2020 menurun menjadi Rp 600 juta.
Baca juga: Mau Buka Usaha SPBU? Siapkan Modal Segini |
Dede Satoe memiliki berbagai varian rasa sambal dengan varian Sambal Surabaya yang menjadi induk sambalnya. Artinya jika memilih sambal teri bahan dasar sambalnya adalah Sambal Surabaya.
Nah yang menjadi varian favorit di AS ternyata adalah Sambal Surabaya dan Sambal Korek. Sementara di Kanada cukup banyak sambal dengan varian ikan.
Dede Satoe saat ini memiliki total karyawan 8 orang, termasuk Siti Fatimah dan suaminya sebagai founder. Meski begitu UMKM ini bisa memproduksi 700 botol sehari, tentunya dibantu oleh mesin produksi.
(das/ara)