Bawang merah menjadi komoditas yang sering mengalami fluktuasi harga. Saat harganya turun drastis petani yang dirugikan. Lewat tangan pria asli Brebes, Dien dan kelompok petani membentuk perusahaan olahan bawang merah yang bisa membantu petani menjualkan hasil panennya.
Dien bercerita, melalui perusahaan PT Sinergi Brebes, bawang merah diolah menjadi bumbu dapur atau disebut paste bawang hingga bawang krispi yang bisa dijadikan camilan. Kedua produk itu yang diberi merek Ulegan Bawang sudah menembus mancanegara.
Untuk paste bawang sempat diekspor ke Jeddah, Arab Saudi. Namun, harus terhenti sejak pandemi melanda. Yang terbaru bawang krispi diekspor ke Singapura dengan total 1.000 pcs per bulannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita kesampaian untuk ekspor bawang merah krispi per bulan 1.000 pcs. Jeddah berhenti karena terhambat pandemi, kita disetop, memang kontrak kami 90 ton di batalkan untuk bulan April, lockdown nggak bisa komunikasi," jelasnya, saat berbincang kepada detikcom ditulis Sabtu (23/10/2021).
Dien mengungkap omzet dari Ulegan Bawang ini bisa mencapai Rp 600 juta. Angka itu disebut omzet normal. Awal di tiga bulan pertama merintis omzet yang didapat perusahaan sebesar Rp 53 juta.
"Kalau tiga bulan pertama itu Rp 53 juta, awal pertama karena masih mencoba meraba-meraba market kita siapa, ketemu buyer langsung naik," tuturnya.
![]() |
Nah, awal terbentuknya PT Sinergi Brebes ternyata bukan dari keresahan Dien saja, tetapi dari keresahan para petani bawang merah di Brebes. Dien mengungkap pada 2017 para petani pernah panen raya bawang merah itu harganya anjlok sampai hampir Rp 5.000 per kg.
"Dengan itu petani khususnya Kabupaten Brebes merugi, dengan adanya harga yang sangat jatuh, di situlah kami dengan beberapa anggota kelompok bagaimana caranya supaya ada nilai tambah. Ketika panen raya ketika jatuh bisa mengembangkan. Kalau jatuh kita nggak terlalu masalah, karena kita bisa membuat bawang merah ini lebih mahal," ungkapnya.
Dien yang kala itu baru mau lulus Sarjana Kimia langsung membantu kelompok tani untuk mencarikan solusi dari masalah tersebut. Tidak sendirian, Dien juga mengajak temannya untuk bergabung.
Singkat cerita, Dien dan beberapa petani melakukan iuran untuk membentuk perusahaan olahan bawang. Kala itu iurannya sebesar Rp 2 juta dan uang itu yang dijadikan saham perusahaan.
"Itu jadi modal awal. Patungan kita manfaatkan itu untuk membuat perusahaan, gedung industri, perizinan. Akhirnya kami 2018 membuat akta notaris membentuk perusahaan," ungkapnya.