Kejayaan Batik Mahkota Laweyan, kata Yuli, tak lepas dari kerja keras para karyawan. Menariknya, Yuli juga mempekerjakan 4 karyawan difabel untuk memproduksi batiknya. Selain itu, Yuli menyebut inovasi dan kolaborasi juga menjadi hal penting untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya.
Saat ini, Yuli terus berinovasi menghadirkan motif batik yang berbeda seperti, wayang beber, karikatur wayang, dan lainnya. Ia juga telah bekerja sama dengan warga sekitar yang juga memproduksi batik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami itu selalu melakukan inovasi, pertama lewat motif abstrak yang sekarang sudah banyak ditiru. Kita juga memunculkan konsep batik karikatur. Ada juga batik wayang beber, tapi ini masih jadi investasi sendiri. Kami membuat wayang beber itu dengan cerita bersejarah, seperti Gunung Merapi meletus, sejarah Islam," katanya.
Sayangnya, beragam inovasi yang dihadirkan tak lantas membuat usahanya terbebas dari himpitan pandemi. Adanya PPKM saat pandemi membuat usahanya berhenti, bahkan omzetnya menurun hingga 80%.
"Karena selama PPKM kita diminta tutup, itu bener-bener kita off. Padahal karyawan maunya tetap kerja, saya juga nggak tega akhirnya tetap produksi. Penurunannya itu sampai 70-80%, jadi sebulan hanya dapat 20-30%. Sementara untuk menggaji karyawan hampir tidak berubah," katanya.
Meski terhimpit pandemi, Yuli tak langsung putus asa dan memutuskan untuk berfokus pada bisnis online. Dibantu anak-anaknya, ia pun menjalani bisnis online dengan bergabung di Tokopedia.
"Ketika terjadi penurunan omzet yang signifikan, mau nggak mau kami memfokuskan ke bisnis online. Customer kami juga sudah semakin banyak dari Jakarta, Bandung, Semarang, mereka akhirnya pesen online," katanya.
Baru-baru ini, Yuli juga bergabung dengan komunitas Rasa Solo di Tokopedia. Sejak bergabung dengan Rasa Solo, ia pun mengaku bisnisnya perlahan mulai bangkit kembali. Bahkan, kini ia tak perlu menggunakan uang tabungan untuk memutar modal bisnisnya.
Baca juga: Disuntik Abu Dhabi, IPO GoTo Makin Dinanti |
"Beberapa bulan yang lalu kami di-approach dari Rasa Solo, dengan harapan customer kami bisa lebih merata jadi tidak cuma high class, tapi juga reguler dan milenial. Sekarang sudah mulai ada pesanan seragam lagi, alhamdulillah sudah ada omzet dan berputar lagi," ungkapnya.
"Selama ini kan penjualan 20-30%, selama ada Tokopedia cukup meningkat. Jadi, kami nggak perlu mengambil tabungan dari gaji atau non-bisnis batik . Itu sudah tidak lagi banyak diambil, jadi dana usaha sudah bisa diputar lagi meskipun belum seperti sebelum pandemi dulu," tambahnya.
Sementara itu, Program Director Rasa Solo, Michael Anggawinarta, menyampaikan adanya Tokopedia juga turut membantu para UMKM yang tergabung di Rasa Solo. Ditambah dengan hadirnya gerakan #BangkitBersama dari GoTo yang mendukung pengembangan UMKM di Indonesia.
"Rasa Solo, sebagai wadah bagi komunitas UMKM Solo, sangat terbantu dengan keberadaan Tokopedia. Berkat platform digital Tokopedia, banyak UMKM Solo, seperti Batik Mahkota Laweyan, Onde-onde Njonja Moeda, Pecel Ndeso Yu Djasmo dan masih banyak lainnya, berhasil beradaptasi dan menjadi penggerak perekonomian daerah yang terdampak pandemi," ujarnya.
"Gerakan #BangkitBersama ini sejalan dengan visi kami dan Pemkot Solo dalam mengembangkan potensi produk asli Solo sehingga bisa bersaing dan menjadi pemenang di skala nasional," pungkasnya.
(ncm/ega)