Selain mengikuti acara kontes koi, Lia juga aktif memasarkan di Facebook. Ia membangun jejaring pecinta koi di berbagai negara dari media sosial pribadinya Lia Maulida (Fiber Glass Production). Dari situ juga lah ia dikenal diberbagai negara.
Konsumen Bilgis Fiber Glass yang dari luar negeri, biasanya datang dulu ke Indonesia mendatangi tempat produksi Bilgis Fiber Glass yang berada di belakang rumah Lia sebelum memesan. Lia mengungkapkan perjalanan Bilgis Fiber Glass sampai dan mempertahankan di titik ini tidaklah mudah. Ada rintangan yang dilalui.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika awal-awal Bilgis Fiber Glass berdiri, saingannya hanya Taiwan yang sama-sama membuat miniatur koi dari fiber. Sementara di Jepang juga ada miniatur koi, tapi bahannya dari keramik.
Seiring berjalannya waktu sainggannya bertambah, bahkan dari dalam negeri karena Bilgis Fiber Glass tidak mendaftarkan hak cipta, usahanya dijiplak. Penjiplak ini memesan barang 1-2 miniatur koi untuk ditiru dan memasarkan ke Eropa, salah satunya Inggris.
Lia mengetahui hal itu dari agennya yang berada di Inggris. Meski begitu pelanggannya tidak mudah berpindah begitu saja. Pelanggannya itu menilai kualitas miniatur yang dibuat Bilgis Fiber Glass lebih baik.
"Itu memang patung saya, tapi dari segi pola lukis beda banget. Itu asal-asalan. Tapi mereka juga bilang ini jauh banget dari buatan saya. Alhamdulillah, kita pasrah sama Allah rezeki sudah ada yang mengatur. Biarkan saja. Yang penting dari kualitas kita jaga," tuturnya.
Pandemi OCIVD-19 juga memukul bisnisnya. Meski demikian, pesanan dari luar negeri tetap ada.
![]() |
Selain itu, saat pandemi juga biaya kontainer juga naik. "Misalnya saya kirim ke Belgia satu kontainer cuma US$ 3.000 sekarang hampir US$ 12.000," ungkap Lia.
Lebih lanjut, Lia bercerita, ketika Bilgis Fiber Glass memulai produksi miniatur ikan koi sekitar delapan tahun lalu, modalnya sebesar Rp 30 juta. Uang itu ia dapatkan dari pinjam di bank. Sementara omzetnya sekarang mencapai Rp 250-300 juta per bulan.
"Tergantung banyaknya dan ukuurannya untuk bak fiber. Kalau yang bulat itu 100 pieces, yang kotak paling 20 pieces, pokoknya untuk muat satu kontainer saja. Ditambah sama patung ikan sekitar 50 pieces, kalau yang kecil 500 pieces tergantung ukuran juga," terang Lia.
Mengenai harga miniatur koi, Bilgis Fiber Glass menjualnya variasi tergantung ukurannya. Paling kecil semacam gantungan kunci 10 centimeter Rp 50 ribu. Kemudian lebih besar lagi ada yang Rp 100 ribu, Rp 300 ribu, Rp 500 ribu hingga yang paling besar ukurannya 2 meter, harganya Rp 7,5 juta. Harga tersebut adalah harga lokal. Sementara jika diekspor harganya dua kali lipat dari itu.
Sementara untuk bak fiber, harganya tidak jauh beda dengan umumnya. Lia mengatakan sudah banyak penjual bak fiber.
Lia berpesan, untuk menjalankan usaha penting memerhatikan kualitas. Meski banyaknya orang menirukan usaha kita.
Tetap yang jadi pembeda adalah kualitas. Selain itu, penting juga pintar berkomunikasi. Seorang pengusaha harus bisa menyampaikan dengan baik apa yang dijualnya. Hal ini kerap kali diabaikan oleh pengusaha lain. Padahal, menurutnya, bagaimana masyarakat mau membeli jika tidak dikenalkan dengan baik.
(ara/ara)