Kisah Eni Bikin Barang Bekas Jadi Berkelas Hingga Tembus Pasar Ekspor

Saatnya Jadi Bos

Kisah Eni Bikin Barang Bekas Jadi Berkelas Hingga Tembus Pasar Ekspor

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 04 Apr 2022 21:15 WIB
Kisah Eny Bikin Barang Bekas Jadi Berkelas Hingga Tembus Pasar Ekspor
Foto: Dok. Pribadi
Jakarta -

Eni Anjayani sukses menjalankan usaha di bidang kerajinan tangan hiasan dan dekorasi rumah. Dia memulai bisnis Wastraloka pada 2014 sebelumnya melakukan percobaan pada 2012, saat itu dirinya masih menjadi pekerja kantoran di sebuah perusahaan penerbitan.

Dia membangun Wastraloka sebagai usaha sambilan. "Jadi awal mula ini sebenarnya tidak sengaja. Kalau orang mau bisnis kan biasanya di-mapping benar-benar, ditata dulu baru perhitungkan investasi. Kalau saya mengalir aja, karena senang dengan batik ya, jadi cuma sambilan," kata dia kepada detikcom, Senin (4/4/2022).

Kesukaannya pada batik diwarisi oleh keluarganya yang merupakan pedagang batik. Oleh karena itu dia jadi suka mengumpulkan batik lawas dan kuno untuk dijual kembali. Wastraloka kini berbasis di Yogyakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga akhirnya dia mendapatkan ide untuk mengaplikasikan motif batik di media non kain. Karena dia suka dengan dekorasi, dia terpikir untuk melukis kaleng kerupuk dengan motif batik koleksi ibunya.

Siapa sangka, hasil iseng-iseng itu menjadi ramai. Banyak teman-temannya yang menyukai hasil karya Eni. Dari sanalah dia mulai mendapatkan pesanan sedikit demi sedikit.

ADVERTISEMENT

Hingga akhirnya Eni mulai merekrut 3 karyawan. Saat itu Eni masih fokus sebagai pekerja kantoran. Kemudian pada 2015 dia mulai berani ikut pameran sendiri. Pada pameran pertamanya, animo orang-orang ternyata cukup baik dia menangkap peluang bagus ke depannya.

Pada 2017, Eni memantapkan diri untuk resign dari kantor dan memilih untuk menggeluti dunia dekorasi ini. Hal ini karena dia sempat kelelahan berdiri di dua kaki. Memang, baik bekerja kantoran dan pengusaha Eni tetap merasa sama-sama sibuk. Hanya saja sebagai pengusaha dia bisa lebih banyak mengatur waktu untuk dirinya sendiri.

Kisah Eny Bikin Barang Bekas Jadi Berkelas Hingga Tembus Pasar EksporKisah Eni Bikin Barang Bekas Jadi Berkelas Hingga Tembus Pasar Ekspor Foto: Dok. Pribadi

Misalnya ketika masih kerja kantoran, dia kesulitan mengatur waktu untuk olahraga. Sekarang dia bisa mengatur waktu yoga, jenguk orang tua dan menjenguk mertua, sehingga dari sisi waktu lebih banyak quality time sejak menjadi wirausaha.

Sebagai wirausaha kadang sempat jenuh ketika ada masalah. Namun dia selalu bertemu dengan teman sesama pengusaha perempuan dan curhat hingga memberikan motivasi.

"Jenuh itu sesekali manusiawi, apalagi kami di dunia kreatif. Kalau ide kreatif itu kan suka mentok di ide nah itu kalau moodnya jelek agak susah," jelasnya.

Dia juga merasa, ketika keluar dari kantor dan menjalani hidup sebagai pengusaha dia merasa bisa lebih mengembangkan passion. Ilmu yang didapat di kantornya sangat berguna untuk membuat konten dan membuat proposal kerja sama.

Eni bercerita soal modal awal. Cek halaman berikutnya.

Modal awal yang digunakan Eni saat itu sekitar Rp 5 juta. Untuk membuat modal lukisan-lukisan di media non kain. Akhirnya ketika serius, uang asuransinya cair Rp 25 juta dan digunakan untuk membuat pameran mandiri.

Di Wastraloka, Eni menggunakan beberapa kaleng bekas. Tujuannya adalah untuk menghadirkan nuansa masa lalu dan hadir kembali untuk dikenang.

"Awalnya itu yang menginspirasi saya, awalnya ingin kekunoannya itu dikenang kembali menjadi kekinian," jelas dia.

Selain itu di lingkungan Eni banyak barang yang bisa untuk upcycle. Apalagi dekat rumahnya ada desa sentra perajin alat rumah tangga berbahan baku sisa pabrik kulkas. Misalnya lembaran body kulkas yang defect dan tak lolos uji kontrol pabrik. Nah lembaran itu ditampung dan digunakan untuk kerajinan.

Kisah Eny Bikin Barang Bekas Jadi Berkelas Hingga Tembus Pasar EksporKisah Eni Bikin Barang Bekas Jadi Berkelas Hingga Tembus Pasar Ekspor Foto: Dok. Pribadi

Saat ini produksi Wastraloka minimal 500 barang. Produksi bisa lebih dari itu jika ada proyek-proyek dari instansi. Misalnya saat ini ada proyek untuk pembuatan 1.700 unit botol minum untuk perusahaan.

Dalam menghadapi persaingan, Eni berupaya untuk memperkuat identitas Wastraloka. Jadi ketika ada pesaing yang mulai meniru Wastraloka maka mereka tak bisa mengambil detil yang biasa ditampilkan. Karena di Wastraloka setiap gambar ada histori dan filosofinya serta ada cerita di balik setiap desain.

Harga yang dibanderol mulai dari Rp 290 ribuan sampai Rp 1 jutaan. Tergantung jenis dan ukuran barang. Omzet Wastraloka per bulan mencapai Rp 200-300 juta secara rata-rata.

Kini Wastraloka menjadi salah satu binaan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Eni mebut setelah dibina, bisnisnya mulai dari produksi bisa lebih terkonsep. "Misalnya setelah dibina itu jadi tahu konsep barang untuk apa, produk dan tujuannya bagaimana dan memasarkan ke market yang mana," jelas dia.

Banyak yang dipelajari selama dibina LPEI. Apalagi LPEI juga mengajari untuk mengeksplor tren yang sedang berkembang dan mengeksplor negara-negara tujuan ekspor. Kemudian LPEI juga mengajarkan detil perhitungan dan harga yang pantas dari harga pokok produksi (HPP) yang bisa diterima. Ada juga arahan terkait perhitungan dari pabrik sampai ke pelabuhan hingga berbagai macam pembayaran ekspor.

Pertama kali Eni dibina LPEi karena dia mendapatkan info dari sebuah grup untuk kurasi produk. Wastraloka mengisi form kurasi dan ternyata mereka lolos dan mulai mengikuti pelatihan.

Setelah itu pendampingan yang didapatkan dari LPEI lebih intens dan pelaku usaha difasilitasi untuk pameran di Trade Expo Indonesia (TEI). Saat itu pameran benar-benar sebagai cara untuk tes pasar ekspor. Saat itu, Wastraloka mendapat ekspor ke Australia dari salah satu orang Australia yang tinggal di Bali. Hingga saat itu, bisnis itu masih terus berlanjut sampai sekarang.

LPEI juga mengajak Wastraloka untuk pameran di rangkaian pertemuan G20 di Jakarta Convention Center (JCC). Kemudian ada pesanan untuk merchandise G20. LPEI juga memberikan networking yang luas untuk usahanya.

Saat ini Wastraloka sudah mengekspor produk ke beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS), Belanda, Australia dan Malaysia. Dia menceritakan jika di Belanda kaleng kerupuk bermotif batik ini menjadi yang paling dibeli. Kemudian di Malaysia dan Singapura mereka melalui galeri dan biasanya ke toko peranakan.

Dalam satu tahun, Wastraloka paling tidak menerbitkan 3 season seperti tahun baru imlek, lebaran dan natal. Untuk ide kadang Eni mendapatkan dari mana saja dan dia langsung mendiskusikan kepada timnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Sosok Perempuan Pengusaha

Menurut Eni perempuan juga berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian nasional. Apalagi saat ini perempuan multitasking bisa melakukan pekerjaan dalam satu waktu.

Karena itu dalam bisnis atau usaha perempuan juga bisa menangkap dan memetakan mana dulu yang harus dikerjakan dan itu adalah kemampuan yang sangat membantu. Menurut dia perempuan juga harus tangguh dalam menghadapi tantangan di depan.

Wanita yang hobi jalan-jalan dan pernak-pernik ini selalu berupaya untuk membagi waktu bekerja dan di rumah. Namun dia tetap untuk memprioritaskan hal penting.

"Kalau saya kuncinya lebih ke diajarkan dan lumayan diketatkan sama suami saya. Pokoknya kerjakan sesuatu pada waktunya, seperti solat dulu nanti Insya Allah urusan lain akan dipermudah," jelas dia.

Mimpi Besar Wastraloka

Dalam membangun Wastraloka, Eni memiliki mimpi besar untuk terkenal di dunia internasional dan produknya menjadi tren di negara lain.

Karena itu dia terus berbenah mulai dari produksi dan kapasitas yang semakin besar hingga membutuhkan workshop atau pabrik yang lebih besar hingga showroom yang lebih tertata.

Selain itu juga ada mimpi untuk membangun divisi sendiri. Sekarang Wastraloka masih mencampur divisi lokal dan ekspor. Nantinya diharapkan dua divisi terpisah ini bisa mempermudah penggarapan produk yang sesuai dengan selera lokal dan selera negara ekspor.

Tahun ini negara tujuan baru untuk ekspor Wastraloka mengarah ke Meksiko dan Kanada. Ada lagi target list untuk ke Paris.

Wanita lulusan Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini memberikan nama Wastraloka dari bahasa Sansekerta. Wastra artinya kain tradisional nusantara dan Loka tempat seperti surga. Inspirasinya dia dapatkan ketika masih bekerja.

Saat itu dia juga membuka kamus tesaurus untuk mencari arti-arti nama tersebut. "Terus nemu itu Wastra dan Loka lucu waktu itu. Saya share ke keluarga kok aneh namanya. Tapi akhirnya menemukan benang merah dari nama ini dan jadi identitas yang pas namanya seperti itu," jelas dia.

(kil/ara)

Hide Ads