Dari Tan Pia Sioe ke Hengky Koestanto: 3 Generasi Bangun Bisnis TPSF

Sponsored - detikFinance
Senin, 19 Jun 2023 11:45 WIB
Foto: Dok. TPSF
Jakarta -

Siapa yang tidak kenal dengan Snack Taro, Mie Telor cap Ayam 2 Telor, atau permen Gulas? Sebelum berganti nama menjadi PT FKS Food Sejahtera Tbk., produk-produk unggulan tersebut telah lama diproduksi oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. atau biasa disingkat TPSF.

TPSF merupakan sebuah perusahaan publik yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman yang berkantor pusat di Jakarta, Indonesia. TPSF awalnya merupakan bisnis keluarga yang didirikan oleh Tan Pia Sioe pada tahun 1959 di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah dengan nama Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular.

Strategi Tan Pia Sioe sederhana, memproduksi berbagai makanan yang berkualitas namun dengan harga yang bersaing. Berkat pendekatan tersebut, bisnis keluarga tersebut berkembang sangat pesat hingga menjadi salah satu perusahaan makanan dan minuman besar di Indonesia.

Tan Pia Sioe meninggal pada tahun 1978, sehingga posisi kepemimpinan diserahkan ke Priyo Hadisutanto, anak laki-laki satu-satunya dari Tan. Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular di bawah kepemimpinan Priyo melakukan modernisasi dengan membeli beberapa mesin impor. Tampaknya keputusan tersebut merupakan keputusan yang tepat karena perusahaan tersebut berhasil memproduksi banyak produk hingga menjadi pemimpin pasar di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah pada tahun 1980-1990-an.

Di tangan Priyo, perusahaan keluarga ini berkembang pesat. Priyo dikenal tidak hanya andal berbisnis, namun juga humanis dan dikenal sebagai tokoh masyarakat Surakarta.

Perusahaan berbentuk perseroan terbatas pun didirikan dengan nama PT Tiga Pilar Sejahtera yang cukup dikenal dengan akronim TPS, yang juga merupakan akronim nama Tan Pia Sioe, ayahnya. Produksinya pun semakin beragam, mulai dari bihun beras hingga mie kering. Permintaan akan produk makanan semakin diminati oleh masyarakat sehingga perkembangan perusahaan semakin masif.

Demi memenuhi permintaan pasar yang besar, perusahaan memutuskan untuk membangun pabrik baru di Karang Anyar, Jawa Tengah pada tahun 1995. Pada tahun 2000, Integrated Food Industry dibangun oleh TPS di Sragen, Jawa Tengah guna mengantisipasi pertumbuhan permintaan dan produksi yang lebih efisien. TPS bahkan mengakuisisi PT Asia Inti Selera Tbk Pada 2003 dan sejak saat itu berganti nama menjadi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. TPSF. Di tahun yang sama, perusahaan resmi menjadi penghuni Bursa Efek Indonesia dengan meneruskan ticker code AISA milik PT Asia Inti Selera Tbk.

Kepemimpinan Silih Berganti, Produk Tetap Dicari

Kepemimpinan Priyo tidak lama. Pada 2014, Priyo meninggal sehingga AISA dikelola oleh keponakannya yaitu Joko Mogoginta yang menjadi Direktur Utama AISA. Sementara itu, anak laki-laki Priyo, Hengky Koestanto

melanjutkan posisi Priyo di Dewan Komisaris untuk mengawasi jalannya perusahaan.

Namun, di tangan keponakannya itu, AISA justru melenceng dari nilai-nilai yang dibangun oleh Tan Pia Sioe. Setelah tersangkut kasus Beras Maknyus, pada Juni 2018 AISA gagal membayar kupon obligasi hingga harus disuspensi perdagangan sahamnya di Bursa. Beberapa kreditor AISA setelah itu mengajukan gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap TPSF dan beberapa anak perusahaannya. AISA terancam terkena delisting sampai hampir pailit di tangan manajemen Joko Mogoginta.

Pada RUPS yang diadakan pada Oktober 2018, pemegang saham mempercayakan kursi Direktur Utama kepada Hengky Koestanto. Tugas Hengky tidak mudah kala itu. Selain harus menghadapi ancaman palit atas AISA dan anak-anak perusahaannya, kompetitor AISA berupaya untuk merebut pangsa pasar AISA.

Beruntung, di tangan Hengky, AISA masih dapat beroperasi dengan normal sekalipun dalam bayang-bayang pailit. Supplier masih bersedia untuk mengirimkan barang, distributor masih mau untuk menjual produk-produk AISA, dan penjualan AISA masih tetap stabil bahkan di kala PKPU dan upaya kompetitor mengerogoti pangsa pasar produk-produk AISA. Salah satu produk unggulan AISA, yaitu Taro bahkan berhasil mendapat penghargaan Indonesia Best Brand Award pada 2018.

Di tengah ruang gerak yang cukup sempit itu, AISA berhasil memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada para kreditur sehingga terlepas dari potensi delisting dan pailit. Suspensi saham AISA dicabut pada 2020 silam.

Keberhasilan Hengky Koestanto dalam menahkodai AISA di kala sulit akhirnya membuat grup konglomerasi besar di Indonesia, FKS, berminat berinvestasi di AISA. Suntikan modal dari FKS, kala itu diharapkan dapat memberbaiki modal kerja bersih negatif AISA. AISA pun melakukan private placement dan menerbitkan saham yang kemudian diambil oleh FKS.

Di tengah keberhasilannya memulihkan nama baik perusahaan yang dirintis oleh kakek dan ayahnya, Hengky Koestanto memilih untuk mundur setelah FKS menjadi pemegang saham mayoritas. Kini, TPSF dikenal sebagai FKS Food dan terus memproduksi produk makanan dan minuman yang diminati oleh masyarakat luas seperti Bihunku, Taro, Mie Kremezz, dan Mie Cap Ayam 2 Telor.

Pasang surut perjalanan TPSF tidak menghilangkan minat masyarakat terhadap produk-produk unggulan perusahaan ini. TPSF selalu menjadi top of mind dalam kategori perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman di tanah air dengan kualitas terjamin dan harga yang terjangkau.

Dengan jumlah penduduk hingga 270 juta jiwa lebih, Indonesia merupakan pasar yang sangat besar bagi industri makanan dan minuman. AISA tidak berhenti melakukan inovasi dan pengembangan produk. Selagi masyarakat Indonesia masih membutuhkan pangan yang terjangkau dengan kualitas yang baik, AISA akan senantiasa menjadi primadona di masyarakat.

Perjalanan panjang mewarnai PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. dari yang awalnya hanya bisnis keluarga hingga menjelma menjadi perusahaan makanan dan minuman kelas dunia. Kepemimpinan perusahaan yang silih berganti dari mulai Tan Pia Sioe hingga Hengky Koestanto menunjukkan bahwa tidak ada yang abadi. Akankah di tangan pemiliki baru dapat meneruskan keberhasilan AISA?




(Tagsite/AISA)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

detikNetwork