Sang filsafat, Karl Popper juga berpendapat bahwa tidak ada filsafat atau ideologi yang sama dengan yang dilakukan Soros dalam mendukung perkembangan masyarakat untuk membebaskan ekspresinya.
Sebagai bentuk awal kejayaannya di tahun 1979, Soros memberikan beasiswa pendidikan kepada orang kulit hitam Afrika Selatan. Setelah Tembok Berlin runtuh, Ia baru mendirikan Universitas Eropa Tengah di Budapest sebagai ruang pengembangan pemikiran kritis para kelompok budaya muda dan pemikiran inisiatif lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soros juga merupakan salah satu suara terkemuka yang mengkritik perang dunia terhadap penggunaan ganja. Ia malah membantu penyaluran ganja ke dunia medis di AS.
Pada awal tahun 2000-an, Ia juga menjadi pendukung utama dalam upaya pernikahan sesama jenis. Meskipun banyak rintangan dari waktu ke waktu, karena pro kontra yang terus terjadi, Ia tetap memperjuangkan cita-citanya demi masyarakat dengan pemikiran terbuka.
Sekarang di usianya yang ke 80-an, Soros juga terus mengambil langkah aktif dalam pekerjaannya di Open Society Foundations, dan travelling secara luas untuk mengadvokasi perubahan kebijakan positif para petinggi dunia baik secara publik maupun pribadi.
Pada tahun 2017, Open Society Foundations mengumumkan bahwa Soros telah mentransfer US$ 18 miliar atau Rp 257,4 triliun kekayaannya untuk mendanai pekerjaan yayasan di masa depan. Total pemberiannya kepada yayasan sejak 1984 menjadi lebih dari US$ 32 miliar atau Rp 457,6 triliun.
(ara/ara)