Permen Kopiko sedang jadi pembicaraan banyak pihak. Produk buatan PT Mayora Indah Tbk itu mengisi pertemuan antara Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dengan Elon Musk. Foto Luhut dan Musk memegang merek permen Kopiko banyak beredar.
Kopiko bukan kali ini saja jadi sorotan karena dicicipi orang-orang terkenal. Selain Elon Musk, produk Mayora itu juga sering muncul di serial-serial drama Korea dan dicicipi artis-artis Korea papan atas.
Nama Mayora sendiri sudah tak asing di telinga pecinta camilan. Maklum, tak sulit menemukan berbagai produknya di sekitar kita mulai dari biskuit, permen, wafer, mi intan, minuman instan, kopi, hingga air mineral. Bisa dibilang, Mayora merupakan salah satu raksasa industri makanan dan minuman ringan di Indonesia.
Sosok di Balik Bisnis Kopiko
Kesuksesan Mayora tak lepas dari sosok Jogi Hendra Atmadja, salah satu orang terkaya di Indonesia. Lahir di Jakarta pada 1946 silam, Jogi dibesarkan di lingkungan keluarga keturunan Tionghoa yang berbisnis biskuit rumahan.
Usai lulus sekolah menengah atas, Jogi melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti. Meski sudah mengantongi gelar dokter, Jogi tak bisa lepas dari dunia bisnis. Ia ingin mengembangkan usaha biskuit keluarga yang sudah dirintis sejak 1948.
Bersama Darmawan Kurnia dan Raden Soedigdo, Jogi mendirikan PT Mayora Indonesia pada 17 Februari 1977 di Jakarta, yang merupakan produsen Kopiko, dengan mengoperasikan pabrik pertama di Tangerang, Banten. Saat itu, Jogi memilih untuk duduk menjadi komisaris utama yang bertugas mengawasi kinerja direksi.
Awalnya, biskuit kelapa Roma menjadi jagoan perusahaan. Rasanya yang gurih dan manis menjadi pilihan untuk menjadi teman minum teh. Kemudian, pada era 1980-an, perusahaan meluncurkan permen kopi pertama di Indonesia, Kopiko, yang langsung mencuri hati konsumen.
Merek-merek Populer Lain Selain Kopiko
Setelah itu, perusahaan melahirkan merek-merek populer selain Kopiko, seperti Beng-beng, Astor, Choki-choki, hingga Torabika. Produk Mayora tak hanya dijual di Indonesia tetapi juga merambah 90 negara. Tiap kali meluncurkan produk baru, perusahaan selalu menyematkan slogan 'Satu Lagi dari Mayora'.
Setelah 23 tahun berjalan sebagai perusahaan tertutup, pada 1990, Mayora melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan harga penawaran saham perdana Rp 9.300. Selang tiga tahun, perusahaan merambah bisnis keuangan dengan mendirikan Bank Mayora. Perusahaan menjadikan kualitas, efisiensi, dan inovasi sebagai tiga kunci kesuksesan.
Meski pandemi, Mayora mampu mempertahankan bisnisnya untuk terus tumbuh tahun lalu dengan mencatat penjualan hingga Rp 24,47 triliun. Alhasil, laba perusahaan naik 3,5 persen menjadi Rp 2,06 triliun. Total aset perusahaan juga tumbuh 3,88 persen menjadi Rp 19,77 triliun.
Harta Bos Kopiko
Saat ini, Jogi masih menjabat sebagai Komisaris Utama Mayora. Bisnis tersebut ia wariskan kepada ketiga anaknya yang duduk di kursi direksi Andra Sukrendra Atmadja, Hendarta Atmadja, dan Wardhana Atmadja.
Berdasarkan laporan Forbes, total harta Jogi dan keluarga mencapai US$ 4,1 miliar atau sekitar Rp 58,6 triliun (kurs Rp 14.300 ) yang sebagian besarnya berasal dari kepemilikan saham mayoritas Mayora si produsen Kopiko. Kekayaan tersebut menempatkan Jogi dan keluarga di posisi ke-9 di Indonesia.
(fdl/fdl)