Awal mula jadi pengusaha Anda jadi pegawai asuransi?
Iya saya pernah pegang asuransi, pernah pegang Sucofindo pegawai kontrakan. Kemudian ketika saya selesai kuliah tahun 2002, kuliah saya lama banget 7 tahun, harusnya orang sudah selesai S2 bahkan S3, tapi saya waktu itu kan 7 tahun.
Kemudian waktu selesai kuliah, saya membangun satu perusahaan dengan teman-teman di Jakarta. Itu konsultan keuangan, IT. Saya waktu itu ditunjuk sebagai karyawan dan menjadi direktur wilayah di sana.
Direktur wilayah di mana?
Di Papua. Saat itu saya belum menikah. Usia saya 25 tahun. Itu lah pertama saya pegang uang gede itu di situ.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gaji saya waktu itu Rp 35 juta. Karyawan saya hampir 70 orang, dan rata-rata karyawan saya itu adalah orang keuangan, ada yang tamatan UGM, ada yang tamatan yang di IT, juga tamatan Jerman, tapi karena peta lapangannya saya yang kuasai, jadi saya yang ditunjuk oleh teman-teman di Jakarta untuk menjadi pimpinan cabang di sana.
Konsultan apa?
konsultan keuangan.
Ilmu soal keuangan itu Anda dapat dari mana?
Saya memang kuliahnya di keuangan. Saya keuangan, tapi memang sebenarnya menjadi pemimpin itu kan ilmunya tidak hanya pada konteks profesional, tapi lebih leadership. Dan ilmu itu saya dapat dari organisasi. Mengatur orang, memaksa orang, mem-pressure orang, bagian ilmu yang tidak didapat di kampus, dan hanya di organisasi. Negosiasi, salah dibilang salah. Orang lain benar kita bilang salah supaya ikut kita.
Itu kan bagian mendoktrin orang untuk bagaimana dia bisa berpikir sama kaya kita, karena hakekat kepemimpinan itu adalah bagaimana orang bisa mengikuti kita, dan orang bisa mewujudkan apa yang menjadi mimpi dari tujuan kita. Itulah sebenarnya esensi daripada seorang pemimpin.
Kemudian saya di situ satu tahun saja saya jadi karyawan, kemudian saya mundur dari perusahaan. Tapi konsep itu saya yang buat, bagaimana perusahaan ini berjalan segala macam, dan satu tahun itu saya bisa memberikan profit kepada perusahaan waktu itu Rp 10 miliar lebih. Itu profit, bukan omzet. Setelah itu saya mengundurkan diri.
Dan waktu saya mulai konsep perusahaan itu pakai motor ojek. Motor ojek, dan saya menyebut waktu itu sekretariat berjalan. Karena apa? di dalam tas saya itu kertas cap dengan kertas kop surat, saya ketiknya di rental, warnet.
Belum punya kantor sendiri?
Belum punya kantor. Karena waktu itu kan perusahaan mau dibangun apabila ada konsep. Saya ditunjuk waktu itu untuk jadi direktur kebetulan di perusahaan tersebut, karena perusahaan baru dibangun, dan ide dasarnya dari saya. Dan untuk punya ide, punya proposal FS-nya itu, saya sendiri buat dengan cara, ya mulai dari 0. Konsepnya diterima, setelah itu baru diajuin. Punya duit. Satu tahun dua bulan kalau nggak salah saya bekerja di perusahaan, saya berhenti.
Kenapa berhenti? Bosan?
Waktu itu tidak bosan sebenarnya, waktu itu saya hanya ingin suasana baru. Karena dari tidak punya duit, tiba-tiba gaji Rp 35 juta di tahun itu, saya anggap sudah besar, sudah dikasih rumah, dikasih mobil, istilahnya dari sepatu miring, kaya agak sedikit setengah manusia.
Jadi kehidupan saya itu kan dulunya agak monyet gitu ya, agak sepatu miring istilah saya itu. Dan saya tidak malu untuk mengatakan itu, saya tidak malu. Saya mengatakan bahwa di usia saya dari 0 sampai 26 tahun itu hidup saya setengah manusia, bukan manusia seutuhnya. Hidup susah sekali. Umur 26 mendekati 27 baru mendekati kemanusiaan. Umur 29 baru manusia seutuhnya.
Saya mundur dari perusahaan itu, kemudian saya memberikan perusahaan pada teman-teman mereka yang lanjutkan. Saya mencoba untuk membangun perusahaan yang lain lagi, yang tidak di bidang yang saya bangun itu.
Sama sekali tidak di bidang itu?
Tidak. Kenapa? karena kalau saya kerja pada di bidang yang sama itu saya tidak punya etika. Dan saya tidak menghargai komitmen persahabatan dan persaudaraan kepada teman-teman yang telah saya bangun.
Jadi saya membangun perusahaan lain yang bergerak tidak di bidang IT dan konsultan keuangan. Kemudian, teman-teman saya waktu itu bilang kenapa, tawaran segala macam, (saya jawab) 'Nggak bro, saya kan harus juga berkembang' saya terimakasih teman-teman lah yang mengajari saya, dan memberikan perasaan manusiawi. Karena saya belum pernah pegang uang Rp 35 juta dalam satu bulan.
Umur berapa digaji Rp 35 juta itu?
25 tahun, menjelang 26 tahun. Beres kuliah lah. Saya dikasih dividen waktu itu, dikasih penghargaan uang, saya masih ingat itu Rp 600 juta, karena saya bisa menghasilkan profit Rp 10 miliar lebih kan. Saya dikasih uang Rp 600 juta, itu saya pakai buat modal.
Untuk mendirikan perusahaan baru?
Ada salah satu perusahaan tapi saya nggak bisa sebut namanya.
Di bidang apa?
Saya waktu itu di bidang trading kayu. Jadi kayu kemudian apa saja. Prinsip saya waktu itu apapun yang bisa dihasilkan uang yang penting halal kita lakukan. Setan pun kalau bisa dijadikan uang, saya jadikan uang. Selama itu halal, selama itu tidak melanggar UU, selama itu tidak merugikan orang. Jadi waktu itu pikiran saya adalah apapun yang bisa kita hasilkan uang yang penting halal, kita lakukan. Tapi core-nya waktu itu adalah main di trading kayu.
Sama karena ada beberapa teman-teman yang merupakan pejabat, kemudian masih diberikan ruang kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan di sektor pemerintah. Sampai di situ.
Klik next untuk melanjutkan