Jonan Blak-blakan soal Freeport hingga Blok Rokan

Jonan Blak-blakan soal Freeport hingga Blok Rokan

Selfie Miftahul Jannah - detikFinance
Rabu, 01 Agu 2018 19:45 WIB
Jonan Blak-blakan soal Freeport hingga Blok Rokan
Foto: Nadia Permatasari/Infografis
Untuk Blok Rokan keputusannya gimana?

(Blok) Rokan gini, arahan bapak presiden Blok Rokan itu mau diperpanjang atau Chevron atau untuk Pertamina itu berdasarkan pertimbangan. Saya sudah ke (Washington) DC bulan lalu, saya juga ketemu CEO Chevron saya udah katakan ini diperpanjang atau tidak ini adalan bisnis adjustment.

Komersial business to business, jadi pertimbangan ekonomis saja siapa yang akan memberikan kompensasi kepada pemerintah Indonesia yang lebih tinggi nggak ada.

Ini soal nasionalisme atau Pemilu apalah nggak ada arahan presiden clear, harus dipertimbangkan secara komersil. Sekali lagi saya ulangi presiden bilang jangan sampai kita dituduh nasionalisasi.

Mengajarkan menjelaskan pada industri hulu migas bahwa ini semua pertimbangannya, ini juga kita nggak mempertimbangkan ada kritik dari siapa. Masyarakat menulis begini begitu, komentar mana saya juga nggak komentar apa apa. Presiden juga arahannya harus komersial. Akhirnya hari ini kita putuskan Blok rokan kita serahkan ke pertamina 100%.

Pertimbagannya komersil karena yang ditawarkan Chevron jauh lebih rendah kompensasinya pada pemerintah. Saya contohkan signature bonus itu kompensasi awal, yang ditandatangan itu commit untuk mendapat hak kelola Rokan selama 20 tahun itu US$ 784 juta itu dibayar cash satu bulan. Kalau ditandatangani itu US$ 784 juta, loh ini buktinya Pertamina punya uang lah makanya.

Seret ini kata sifat kan anda serat saya nggak, terus gimana seretnya ini harus bayar loh Rp 11 triliun dia bayar untuk mendapatkan hak kelola ini.

Satu, pertamina juga commit untuk eksplorasi ke depan, jadi dia harus melakukan eksplorasi termasuk perogram EOR US$ 500 juta dalam lima tahun kalau nilai sekarang. Kalau ini dijumlah US$ 1,284 miliar dolar hampir Rp 18 riliun buktinya gimana.

Kemudian yang teriak-teriak Pertamina bakal bangkrut itu karena diputusin pemerintah itu apa gimana, saya pengin tahu. Kan misalnya gini anda kritik Pertamina akan bangkrut gini-gini, kemudian besoknya anda kritik saya lagi ini harus disehatkan Pertamina jangan diserahkan Chevron. Loh maunya gimana, kalau diserahkan kan dia harus ada modal harus ada apa kan.

Logikanya coba, yang tambahan saya ulangi ya satu Pertamina akan memberikan signature bonus sebanyak US$ 784 juta kita syaratkan minimum US$ 700 juta dan komitmen untuk eksplorasi US$ 500 juta yang kita hitung itu dalam 20 tahun Pertamina akan bagi hasil untuk pemerintah itu Rp 850 triliun. Nah 20 tahun anda tanya Chevron tawarnya berapa? Ini secara etis mungkin nggak baik kalau menang saya umumkan, bisa saja tanya Chevron dia menawarkan berapa, yang dokumen yang dikelola oleh Wamen (ESDM) yang dilaporkan ke saya jauh di bawah itu, jauh di bawah itu

Harapannya untuk Pertamina mengelola Blok Rokan apa?

Gini ada yang bicara secara fakta kita khawatir kalau produksinya ini dikelola Pertamina sama seperti Blok Bumi Siak produksinya turun kita akan minta Pertamina dia harus wajib mencari partner bidang hulu migas. Harus menikatkan produksinya, jangan sampai Pertamina produksinya turun apa kita nggak malu juga kalau produksinya turun, partnership ini saling menguntungkan ya kan.

Penerimaan negara bagaimana?

Penerimaan negara turun, Pertamina juga untungnya nggak bakal besar partnership ini, saling menguntungkan.

Arahan pak presiden ini komersial tingkat kapasitas produksi atau bahkan lebih, ini tidak boleh emosional nggak ada emosional. Jadi kalau kita lihat bahwa Pertamina ternyata yang dikhawatirkan bangkrut. Pemerintah kalau kita lihat bahwa Pertamina ternyata pemerintah akan membuat PLN dan Pertamina bangkut loh mana?

Loh kita juga nggak pernah paksa Pertamina untuk ikut, loh sukarela loh kita nggak pernah paksa loh. Malah mereka berharap moga-moga kita menang moga kita menang. Ya saya bilang kalau Chevron lebih baik ya Chevron yang menang, kalau anda lebih baik ya anda menang.

Gini nih tahun 2021 setelah nanti alih, kelola Pertamina akan mengelola 60% dari hulu migas Indonesia, hebat ya. Tapi tidak atas dasar emosional, ini logis. Ya kalau saya berharap Pertamina akan lebih besar dari pada Petronas lah, dulu beberapa puluh tahun yang lalu Petronas tanya ke Pertamina, sekarang Petronas lebih besar dari Pertamina.

Hide Ads