Kisah Sukses Dirut Sritex, Belajar Bisnis Sejak Umur 5 Tahun

Wawancara Dirut Sritex

Kisah Sukses Dirut Sritex, Belajar Bisnis Sejak Umur 5 Tahun

Trio Hamdani - detikFinance
Kamis, 23 Agu 2018 08:01 WIB
Kisah Sukses Dirut Sritex, Belajar Bisnis Sejak Umur 5 Tahun
Foto: Trio Hamdani/detikFinance

Suka duka industri tekstil di Indonesia seperti apa?
Suka dukanya sejak tahun 1998 sampai 2008 itu tekstil dikategorikan adalah sunset industry. Stigmanya adalah seperti itu oleh Bank Indonesia karena ada suatu pemain big itu nggak perform.

Dampaknya ke Sritex dari hal tersebut bagaimana?
Dampaknya ke industri ini, makanya di tahun itu kan susah growing. Kalau itu tidak ada stigma itu Sritex itu lebih gede lagi 5 kali lipat dari yang sekarang. Stigma itu pengaruh 10 tahun, berhenti, tidak ada land sama sekali di bank, tidak ada lending. Bayangin dari 1998 sampai 2008 tidak ada lending. Itu sangat menyulitkan untuk industri ini. Kalau mau besar ya mesti sama perbankan dong, lending dong.

Akibatnya perbankan tidak mau beri pinjaman buat modal?
Semuanya, nggak mau modal, nggak mau investasi, jadi sulit tumbuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa yang saat itu dilakukan Sritex untuk bertahan?
Makanya kami akhirnya 2013 kita go public. Sritex itu yang membranding industri ini. Akhirnya kita bisa lanching juga global bond di 2014. Baru tekstil tuh 'bisa ya' jadi kita yang membranding industri ini.

Iklim dunia usaha lebih berat dulu atau sekarang?
Dulu sama sekarang berat dulu karena persaingan di China lebih kuat di tahun 2000an karena murah China waktu itu. Ini sekarang sudah mulai setara, lebih mahal sana malahan. Kenapa China, karena masif di situ masifnya didukung oleh pemerintah, di kita tidak ada.

Kondisi industri tekstil saat ini gambarnya bagaimana?
Di Indonesia ini membutuhkan suatu perlindungan. Perlindungan dalam arti kebijakan pemerintah untuk industri dimana kita harus membangun UKM yang kuat nantinya. Kita harus menciptakan UKM UKM. Nah UKM UKM itu adalah needs market kebanyakan misalnya brokat, itu banyak impor masih. Masa kebaya brokat sebenarnya harusnya dalam negeri itu impor, dari China, dari India, banyak sekali. Itu harus ada kebijakan pemerintah di situ, karena kalau nggak ada kebijakan pemerintah ya nggak buat buat pabrik di sini.

Kenapa harus produksi di dalam negeri, yang memproduksi itu kan memperkaya diri kan. Lah kalau yang memproduksi di sana memperkaya orang mana? orang sana. Harus dijaga karena musuh kita itu besar sekali. Negara kita berapa sih jumlahnya 250 juta kan. China berapa, 1,2 miliar. Negara kita ini 1 provinsinya saja loh. Gede dia APBNnya, pabriknya dia besar besar gede, masif. Kita nggak ada apa apanya lah. Kalau di dalam negeri kita orang-orang kita nggak dikasih kesempatan untuk kerja ya nganggur orang orang kita, penganggurannya makin naik.

Sulit atau tidak bersaing dengan produk tekstil China?
Kalau secara fresh tidak sulit. Fresh itu maksudnya saya order seragam detikcom di China sama di Indonesia mungkin di China lebih mahal kalau fresh. Tapi kalau order dicarikan barang sisa, barang reject itu, itu banyak nggak? (banyak). Itu kalau gempur di sini gimana harganya? (banting harga). Nah itu yang harus dijaga dong.

Banyak barang reject dari China yang dioper ke Indonesia?
Banyak sisa sisa. Kalau yang fresh nggak apa fresh order. Tapi sisanya itu buang di Indonesia dengan harga murah, berapapun orang sisa kan dia any price. Nah begitu lah permainan di tekstil itu.

Berarti kalau dari segi kualitas sebenarnya tekstil kita masih bersaing?
Bersaing.

Produk tekstil asing kebanyakan dari China? dari negara lain ada?
Yang paling besar China. China itu menyumbang market share 30% di dunia, Indonesia cuma 2%. bayangin, jauh. Jadi Indonesia kalau naikin 2% saja sudah growth-nya 100% loh, apa nggak bisa? bisa.

Harapannya pemerintah bisa memproteksi produk produk dari China?
Oh iya pemerintah harus turun tangan masalah ini.

Peran pemerintah kurang karena apa?
Karena tidak ada standardisasi dan spesifikasi yang nggak boleh masuk tuh ini ini ini harus terdaftar semua. Jadi kerjanya kurang detail untuk permasalahan ini. Caranya mendetailkan bisa, misalnya Turki, detail sekali di Turki. Ada hitungannya nggak asal masuk, terdaftar semuanya.

Bapak sudah sampaikan keluhan ini ke pemerintah?
Kita sebenarnya belum menyampaikan yang secara detailnya bagaimana. Tetapi dia harus proaktif juga, ya kan, kita harus proaktif lah bersama sama. Jadi kita pun juga tahu caranya untuk mencarikan solusi. Cuma kerjanya agak banyak, perlu kerja keras dan memang pintu pintu yang di dermaga itu harus hati hati lah.

Banyak yang masuk ilegal juga?
Mestinya ya, mestinya ada.

Klik selanjutnya untuk halaman berikutnya

Hide Ads