Buka-bukaan Bos Mandiri soal Predikat Tempat Kerja Terbaik Dunia

Wawancara Khusus Dirut Bank Mandiri

Buka-bukaan Bos Mandiri soal Predikat Tempat Kerja Terbaik Dunia

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 19 Nov 2018 09:31 WIB
Buka-bukaan Bos Mandiri soal Predikat Tempat Kerja Terbaik Dunia
Foto: Agung Pambudhy
Akun Instagram bapak jadi tempat curhat pegawai gimana tanggapannya?
Saya senang, ini artinya ada revolusi besar-besaran. Mereka pegawai jadi merasa dekat dengan bosnya, mereka bisa kasih masukan tanpa takut-takut. Karena zaman memang sudah berubah. Saya bilang ke bagian human capital, kalau ada masukan kamu capture, dan cari orangnya ajak ketemu dan ngobrol jangan dimarahin, ngobrol biasa aja. Saya senang kok mereka seperti itu, saya tidak larang mereka.

Banyak juga yang nanya pak kapan tokennya ha ha ha buat saya its ok ya.

Dulu kalau dirut ke wilayah itu semuanya sibuk dan tegang karena harus ngobrol serius. Ya kalau ada arahan harus satu arah dari direksi. Ada pertanyaan juga diatur jangan sampai dirutnya marah bisa-bisa kanwilnya dicopot. Sekarang nggak, santai aja ngobrol biasa.

Sekarang saya di Kementerian BUMN itu jadi ketua gerakan milenial BUMN, ada SK nya itu. Tugas saya di BUMN bu Rini kan mau generasi milenial ini bisa menjalankan tugasnya sesuai fungsi.

Bu Rini nggak mau kalau ide milenial nggak bisa ditampung dan disalurkan, karena BUMN kan terkenal kaku dan birokratis. Karena itu kita buat gerakan baru di BUMN. Tujuan utamanya adalah agar yang muda-muda ini bisa menggulung pegawai yang tua supaya bisa ikut jadi muda juga. Bisa mengikuti buaya yang luwes dan meninggalkan budaya oldies.

Arti pegawai untuk Bank Mandiri?
Jadi begini saya cerita dulu, ada yang bilang kalo bank itu profit driven, customer driven kalau saya people driven, karena kalau mau ngomong kredit dan teknologi, dengan customer itu semua bisa dideliver kalo punya people yang capable dan engage.

Jadi karena financial service itu asetnya manusia termasuk digital juga kan yang bikin manusia juga, memang financial service itu organization buat saya. Karena memang 2 tahun pertama saya kan lagi urusin NPL jadi belum sempet urusi yang lain. Nah sekarang saya urusin people nya ada 2 komponen hard component itu capability, karir pad, soft culture dan empowerement.

Memang itu kan orang nggak bisa lihat dengan mudah. Apa sih ini, banyak orang yang nggak bisa pahami social empowerement. Di perusahaan besar bukan hanya bank mereka punya arsitektur phisical sistem IT, mereka kadang nggak punya social arsitektur. Nah itu apa? ya seperti hubungan antara atasan dan bawahan, budaya itu yang sering kali sebagai CEO nggak paham kalau perusahaan itu adalah lembaga dan organisasi besar. Saya membawahi 38.000 pegawai dan hampir 40.000 pegawai kontrak.

Jadi pegawai saya semua dekati 80.000, peran kita sebagai ceo sebagai leader agar bisa mengatur arsitektur ini dan bisa menghasilkan pegawai yang produktif yang capable yang engagementnya tinggi dan happy.

Kalau ini nggak dilakuin maka semuanya nggak optimal kadang orang senengnya lihat yang fisik kan kayak nambah cabang, atm. mereka lupa social arsitektur ini seperti happines pegawai nggak dipikirin, karena memang susah nggak banyak orang yang fokus di situ.

Bagaimana kondisi perbankan hingga akhir tahun ini?
Kalau dari net interest margin (NIM) kan masih di kisaran 5% ini masih kondusif. Terbukti dari 2 hingga 3 bulan ini meskipun currency Rp 15.000 per dolar AS nggak pengaruh ke perbankan. Permodalan, kredit dan dana pihak ketiga (DPK) masih bagus dan harusnya secara stabilitas domestik masih oke. Memang isu kita lebih ke current account deficit (CAD).

Karena itu suku bunga acuan yang dinaikkan 25 basis poin (bps) juga sangat penting. Supaya inflow terus jalan. Saya rasa pemerintah saat ini sudah melakukan langkah yang terbaik. Untuk menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia, suku bunga juga harus tetap dijaga.

View perbankan tahun depan akan seperti apa?
Kalau secara profitability, kredit bermasalah dan permodalan masih sangat oke. Sekarang dan tahun depan yang jadi tantangan adalah pertumbuhan dana pihak ketiga yang lebih lambat daripada kredit. Kalau kreditnya tumbuh 15% kan DPK nya nggak bisa ngejar. Nah ini akan berdampak ke likuiditas, loan to deposit ratio (LDR) jadi besar dan likuiditas ketat.

Ini jadi tantangan yang berat untuk perbankan. Karena itu bank harus mampu mencari sumber pendanaan dari luar DPK seperti rutin terbitkan surat utang dan sumber dana yang lain. Memang harus mencari dana ke yang lain jangan DPK aja. Memang ke depan DPK pasti naik, tapi margin tren menurun masih oke lah ke arah 4%. (kil/zlf)

Hide Ads