Buka-bukaan Bos Mandiri soal Predikat Tempat Kerja Terbaik Dunia

Wawancara Khusus Dirut Bank Mandiri

Buka-bukaan Bos Mandiri soal Predikat Tempat Kerja Terbaik Dunia

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 19 Nov 2018 09:31 WIB
Buka-bukaan Bos Mandiri soal Predikat Tempat Kerja Terbaik Dunia
Foto: Kartiko Wirjoatmodjo (Dok Pribadi)
Apa yang dilakukan Bank Mandiri untuk menyenangkan pegawai?
Begini saya suka bercanda ke direksi, kalian itu lahiran 60an - 70an kan, karena bapak kalian itu orang miskin, pasti kalian kerja untuk cari makan saja. Sekarang pegawai kita milenial, kelasnya lumayan mereka kerja tak sekedar hanya cari makan tapi mereka juga butuh tempat untuk mengembangkan diri, menyampaikan ide-ide hingga aspirasi. Jadi saya berusaha untuk membuat Bank Mandiri memiliki makna yang luas tak hanya tempat untuk cari makan.

Untuk membuat pegawai senang dan betah bekerja, kita juga lakukan perubahan fisik. Seperti ruang kantor yang kita perbaharui. Memang belum semua, tapi sedang proses ke sana.

Mandiri juga memiliki casual friday, nah di hari Jumat ini pegawai bebas pakai sneakers, kemeja, hingga celana jeans. Itu diterapkan tahun 2016, mereka senang banget waktu tau boleh nggak pakai seragam. Terus kita juga punya acara happy hours, jadi setiap bulan itu ada acara di taman dekat lobby ada musik, ada foodtruck dan makanan gratis, mereka mau ngapain aja terserah.

Kita juga punya acara tahunan namanya Mandiri karnaval sudah sejak 2-3 tahun yang lalu. Awalnya acara ini satu hari untuk orang luar satu hari untuk karyawan, tapi akhirnya kami bikin untuk karyawan saja.

Ada juga kemarin penghargaan untuk karyawan terbaik. Di acara itu Bank Mandiri memberikan apresiasi setinggi-tingginya untuk karyawan dari seluruh Indonesia. Direksi juga jadi salah satu pengisi acara. Saya di sana nge DJ juga, supaya suasananya lebih cair, lebih asik dan akrab gitu ha ha ha.

Setelah acara itu ada hal yang baru saya sadari, selama ini perusahaan menganggap pegawai itu apa? oke dia bekerja untuk saya dan perusahaan. Karena itu ada saat di mana saya harus ada untuk mereka nah di event penghargaan karyawan ini saya berusaha menghibur mereka.

Nggak disangka, sambutan mereka bagus sekali, mereka sampai kirim pesan whatsapp ke saya, mereka bilang belum pernah ada acara di Mandiri direksinya menyambut pegawai masuk. Dulu malah pegawainya yang nyambut direksinya masuk. Terus ada direksi perform di panggung, ini surprise buat mereka.

Dengan langkah tersebut ada perubahan signifikan?
Ini membuat pegawai merasa senang. Perubahan demi perubahan mulai muncul nah ini yang saya rasa menjadi penilaian di Forbes. Saya kan nggak tahu ada survei-survei apa di luar sana. Salah satu penilaian pasti dari media sosial kan, termasuk akun Instagram saya keluar juga banyak respon positif dan itu menjadi skor kepuasan di pegawai.

Tadinya posisi kami di Forbes best employers itu 83, sekarang jadi 11. Ini sangat menarik, karena banyak orang yang sering salah mengintepretasikan ukuran perusahaan. Padahal, kepuasan pegawai kan bisa di mana saja, perusahaan kita tidak perlu sebesar Google dan Facebook.

Memang di Bank Mandiri itu kompensasinya bukan yang paling baik, tapi kita masuk dalam kategori perusahaan yang baik di Indonesia. Di Mandiri juga kalau ada yang pinter-pinter kita sekolahin di luar negeri ada yang ke Amerika Serikat (AS) sampai ke Madrid ya kalau pengembangan Mandiri sudah top class.

Cara bapak untuk merangkul milenial di Mandiri?
Ha ha ha, saya sudah cuci habis pikiran BOD, suka gak suka mereka harus ikut seperti saya. Nggak usah seperti saya deh gayanya tapi semangat dan jiwanya itu harus muda. Saya bilang, kalau kalian mau kasih arahan ke pegawai sambil lari pagi, sambil naik sepeda, sambil ngopi sore-sore terserah. Mau informal nggak apa-apa, yang penting arahan sampai dengan tepat dan bisa dijalankan. Karena kalau ngomong dengan milenial pakai model satu arah, itu nggak akan masuk ke mereka.

Begini ada konten yang menyebutkan jika manusia itu mengkoneksikan dirinya dengan orang lain apabila mereka dicreate dengan story telling. Jadi lebih mudah dan efektif meski yang disampaikan itu kompleks. Makanya saya minta BOD itu harus jago story telling.

Misalnya begini, saya kasih arahan soal penagihan kredit. Kalau saya bilang 'tagih kredit itu harus begini, begini dan begitu' mereka bingung. Terus saya kasih contoh aja, 'kemarin saya tagih utang loh sama si ini saya bilang ke dia begini, lama-lama oke tuh' jadi memang harus ada story nya, ada dramatisasinya.

Kalau saya kasih arahan pakai angka, pakai grafik itu susah banget. Sekarang lebih efektif dengan emosional message dan lebih ngena deh ke pegawai. Kalau grafik kan mereka sibuk nyatet jadi omongan saya nggak didengerin.

Hide Ads