Dirut AP II Beberkan Rencana Bangun Bandara Soetta II

Wawancara Dirut Angkasa Pura II

Dirut AP II Beberkan Rencana Bangun Bandara Soetta II

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 21 Des 2018 13:37 WIB
1.

Dirut AP II Beberkan Rencana Bangun Bandara Soetta II

Dirut AP II Beberkan Rencana Bangun Bandara Soetta II
Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin/Foto: Herdi Alif Al Hikam/detikFinance
Tangerang - PT Angkasa Pura II (Persero) berencana membangun Bandara Soekarno Hatta II. Pembangunan bandara tersebut dilakukan di tahun 2022.

Pembangunan Bandara Soekarno Hatta II dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan penumpang beberapa tahun ke depan. Selain itu, AP II juga memaparkan kinerjanya selama 2018 serta rencana pengembangan smart airport.

Berikut petikan wawancara lengkap dengan Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin di kantornya, Tangerang, Kamis (20/12/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana kinerja perseroan di 2018?
Kalau kita bicara tahun 2018, tema besar kita pada corporate roadmap tahun ini adalah growth acceleration yaitu "Airport Growth Faster". Nanti 2019 beda lagi, jadi kalau untuk informasi 2019 nanti tema besar kita adalah "Global Partnership Acceleration", nah ini kaitannya dengan kok AP II mulai melirik pasar internasional, nah kita mengacu pada corporate roadmap itu, nah konsisten di situ.

Kalau kita bicara mengenai airport growth faster, dengan fokus ke mengenai tiga aktivitas besar di airport, mainstream activities kita di airport itu operation, service, dan commercial atau business. Nah concern kita tiga itu harus kita kuasai tiga hal itu kita harus excellent di situ. Tiga hal itu satu siklus satu rangkaian, tidak akan ada servis bagus kalau operasinya tidak bagus, tidak akan ada keuntungan bisnis pertumbuhan bisnis kalau servis pelayanan kita nggak bagus.

Jadi kita akan growing fast di tiga area tadi. Caranya gimana? Kalau kita bicara di operasi kita sejalan dengan transformasi besar, ada tiga area transformasi, satu transformasi bisnis dan portofolio, paling besar itu transformasi sistem infrastruktur dan informasi, yang terakhir transformasi human capital, human capital itu dibuat tiga lagi turunannya ada konteksnya people orang manusia SDM, culture budaya perusahaan, terakhir organisasi. Belum semua itu belum selesai semua, ada yang sudah selesai ada yang masih berjalan, secara umum program transformasi besar kita itu masih terus berlangsung.

Pertumbuhan di 2018 bagaimana?
Artinya, di 2018 ini ada sebuah pertumbuhan yang cepat dalam konteks pengelolaan operasi sistem bandara, melalui transformasi sistem infrastruktur kita. Kemudian di infra kita banyak yang kita shift up, karena AP ini terlambat 3-5 tahun ini terlambat, dan lagi fokus pemerintahan Pak Jokowi kan bangun infrastruktur. Sejalan dengan hal itu kita juga lakukan akselerasi percepatan pembangunan komponen-komponen di bandara, ada runway, taxiway, infrastruktur pendukungnya, terus terminal.

Untuk terminal aja hingga kini kita punya backlog sebanyak 20 juta, tahun lalu saja 63 juta kan kapasitas pergerakan penumpang yang terjadi di Soetta dengan kekuatan kapasitas gedung terminalnya cuma 43 juta Terminal 1 idealnya 9 juta, 2 9 juta, dan 3 25 juta, 9+9+25= 43 juta kan padahal traffic-nya ada 63 juta. Ini kalau 2018 paling tidak kita ramal 67 juta akan signifikan tumbuhnya, pertumbuhan dan pergerakan penumpang tumbuhnya selalu dua digit ya 2017 ke 2018 11,1% dan tahun sebelumnya 10,83%.

Fokus ke Bandara Soekarno Hatta kenapa?
Karena Soetta bandara terbesar, itu magic word-nya 60%. 60% untuk passenger traffic, aircraft movement, revenue contribution kita. 60% juga capex spending kita, jadi memang aturan umumnya modal usaha kita akan digelontorkan ke Soetta semua, karena ini memang cash kalau kita Soetta kontribusi cukup besar.

Kalau bicara 2018 bandara kita itu jadi 19, kita baru dapat 16 tiga lainnya itu masih diproses KSPnya. Tiga yang lain masih diproses kan, Pak Menhub ini menargetkan tiga ini selesai sebelum triwulan I.

Mungkin yang membedakan paling siginificant essential adalah cara kita bisa memperoleh bandara itu di tahun 2018 ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Awalnya sampai tahun 2017 kita cuma punya dua cara aja kalau nggak kita bangun sendiri kita dapat PMN penyertaan modal negara dari pemerintah jadi aset negara dipindahkan jadi aset BUMN jadi bisa menambah kapitalisasi atau aset buat BUMN. Itu aja terus berkutat di situ aja.

Di 2018 ini, pertama kali AP II realisasikan pola KSP kerja sama pengelolaan aset barang milik negara, jadi aset tidak dipindahkan tapi dikelola bareng, barang masih milik negara bukan punya BUMN. Pemerintah tidak lagi mengeluarkan APBN pemerintah dapat kontribusi tetap, jadi setara dengan PNBP, nah yang tambahan lagi pemerintah dapat keuntungan bagi hasil, kalau bandara untung kita share ke pemerintah. Nah dalam masa konsesi tersebut pemerintah dapat penambahan aset, kemarin seperti di Palangkaraya dalam konsesi 30 tahun AP II harus membangun bandara dan menambah asetnya melalui spending kita di capex sebesar Rp 483 miliar.

Kemudian kita juga jadi investor di bandara, untuk bandara Kertajati kita mau bikin punya saham 25% di situ sekaligus kita juga jadi operator disana. Kita ditunjuk sama pemerintah di sana jadi bumbunya sekaligus investornya. Kita juga ditugasi pemerintah untuk nambah runway, pemerintah acc-nya kan 2500m Sekarang sedang kita kerjakan nanti 25 Januari 500 m selesai itu kita sedang kerjakan.

Sejak bapak mimpin 2016, banyak hal bagus dari AP II, rahasia AP II bisa sementereng ini bagaimana pak?
Jadi sebenarnya kuncinya itu ada di corporarte level strategy-nya, pertama saya masuk ya saya benahi di sana.

Pertama, directional strategy, jadi strategi yang men-direct korporasi mau ke mana guidance mau kemana. Kita disini tetapkan sustainable competitive growth, kita mau tumbuh kompetitif dan berkelanjutan. Sampai saat ini AP II market leader industry transportasi udara. Jadi kalau dibilang di Indonesia itu kita mimpin 46% market share-nya. Jadi sebagai market leader kita mau apa.

Kedua, portofolio strategy, kita harus berani ngembangin core portofolio-nya bisa kita tumbuhkan, waktu saya masuk AP II ini terlalu konvensional, core-nya apa satu pelayanan sistem udara yang aero, jadi kalo pesawat landing bayar landing fee, parkir bayar parking fee, mau connect garbarata bayar garbarata fee, itu aja. Terus non aero, ya tenant sewa, jadi modelnya konsesi sewa, gitu gitu aja, konvensional. Apa ya? Pendekatannya tuh landlord sebagai tuan tanah nyewain tempat bagi hasil keuntungan. Nah kalo sekarang kita ada dua, core dikelola parent sama adjunction dikelola oleh subrelease.

Ketiga parenting strategy, jadi bagaimana AP II ini sebagai grup mengatur antar anak dengan induk, pendekatan kita strategic control apa aja, pertama strateginya perencanaan dan financialnya kinerja keuangan. Jadi anak perusahaan kita ada tiga AP Solusi, AP Kargo, dan AP Propertindo, nah tadi adjunction bisnis kita letakkan di anak perusahaan, jadi konsepnya itu sinergi grup. Anak sekarang kontribusinya mendekati 18% kita proyeksikan akhir tahun ini terhadap total revenue total pendapatan kita, dari yang awal saya masuk cuma 7-8% aja. Jadi tahun ini dia kontribusinya Rp 1,7 triliun dari total rencananya Rp 9,5 triliun, itu yang kita bilang 18%, kita rencanakan tahun depan 20%.
Rencana Pembangunan Soekarno Hatta II bagaimana pak?
Jadi kalau liat Soetta ini aslinya 1.800 hektare kini 2.000 hektare, tambahannya 200 hektare buat runway 3 yang baru ini aja. Kita sedang lakukan revitalisasi Terminal 1 aslinya dibangun 9 juta. Sedang jalan program revitalisasi. Terminal 2 9 juta juga sama sama sedang di revitalisasi. Jadi karena itu terminal operasi kita tidak bisa tutup semua, nah kita akalin revitalisasinya per sub terminal, ini bakal makan waktu tiga tahun persatu sub terminal makan waktu setahun, jadi nanti 2018 ke 2019 itu selesai 1C 2F, 2019 ke 2020 1B 2E, 2020 ke 2021 1A 2D. Jadi nanti setelah di revitalisasi rencananya bisa buat 25 juta yang awalnya per sub terminal cuma 3 juta nantinya boleh dibilang 8jutaan lah. Jadi masing-masing nanti akan 25 juta. Jadi nanti kalau idealnya itu terminal satu 25 juta, terminal dua 25 juta, terminal tiga ini sudah 25 juta, total 75juta.

Nah untuk Terminal 4 kita masih tender desainnya, bukan tender konstruksi. Karena pekerjaan desain selesai satu tahun, ada tiga tahap pertama konseptual desain, basic design, engineering design. Konseptual desain itu kalo kamu tanya ke saya itu Terminal 4 mau buat internasioanl atau domestik nah saya belum bisa jawab tergantung nanti konseptual desainya nanti katakan apa. Nah kalau wah atau tidaknya bagaimana itu ada di basic design, sampai detail biaya pakai material apa itu di engineering design. Kapasitasnya 45 juta, ini adalah lahan terakhir yang kami miliki maka kami akan maksimalkan ini.

Nah ini nanti di revitalisasi Terminal 1 dan 2 ini kita sekaligus kami kaitkan dengan konsep LCC, kenapa? Karena pemerintah intruksikan Indonesia harus punya LCC terminal. Total revitalisasi itu akan memakan biaya Rp 3,7 triliun, Terminal 1 Rp 1,9 triliun dan Terminal 2 Rp 1,8 triliun, akan kita habiskan dalam waktu tiga tahun. Nanti akan muncul konsep LCC terminal, nah yang dimaksud pak Jokowi itu LCC untuk internasional. Jadi, nanti untuk terminal satu kita jadikan LCC untuk maskapai domestik, terminal dua nanti kita bagi LCC untuk maskapai domestik dan internasional. Nah yang terminal tiga itu khusus untuk full service carrier terminal.

Apa yang membedakan setelah revitalisasi?
Satu pelayanannya jadi nanti akan sangat efisien untuk customer check point-nya, jadi nanti setelah revitalisasi jumlah counter check in itu kita buat sedikit, yang kita banyakin itu self checking kiosk-nya. Operasinya itu akan sangat menentukan di sisi udara, rata-rata LCC itu tidak mau parkir lama-lama, kalau full service carrier kan mesti lengkap semua fasilitasnya, jadi pererakan sisi udaranya nanti beda LCC sama full service.

Nah accesibility nih, kita udah punya kereta bandara commuter rail terhubung di BNI City nih udah mau satu tahun. Kita juga bangun stasiun kereta bandara, nah dalam proses pembangunan di soetta akan ada heliport, biasanya pengusaha yang super sibuk nih yang pakai. Sampai sekarang masih proses pekerjaan, Insya Allah Lebaran tahun depan selesai, kapasitas sekitar 4-5 heli bersamaan di sisi udaranya, ya kan lahannya kecil cuma cukup efektiflah buat nambah moda baru, daerah Neglasari namanya.

Lalu masih dalam perencanaan akan ada elevated highway, dari Tomang langsung masuk ke pusat, tidak ada sodetan-sodetan kaya sekarang. Sekarang masih proses persiapan tender diurus sama BPJT paling cepat akhir semester I-2019. Nanti kalau elevated highway jadi kalau mau masuk ke Soetta kita akan belokan ke Sky City, di situ akan ada TOD yang terkoneksi dengan skytrain people movement, yang hubungkan Terminal 3, Terminal 1, Terminal 2, sampai ke stasiun kereta bandara. Kemudian nanti tahun 2019 kita akan bangun skytrain ke Terminal 4. Jadi nanti yang bawa mobil langsung parkir di sky city, mobil di sana mau ke terminal dia naik skytrain. Jadi kalau orang bandara itu paling senang itu yang dominasi dalam bandara itu public transportation jadi nanti transportasi di dalam itu bisa mudah kita atur.

Nah, ini bandara paling mentok 100 jutaan, setelah kita selesai revitalisasi termina satu dan dua, lalu selesai bangun Terminal 4 paling mentok kita bisa dapet 120 juta kapasitas. Berarti kalo soeta sudah menembus 120 juta, berati kita harus punya the second Soetta. kita kini sudah mulai feasibility study.

Nantinya Bandara Soekarno Hatta II dibangun di lahan reklamasi?
Itu alternatif, kan harus terkoneksi sama kawasan ini kan. Di Paris itu reklamasi, di Korea reklamasi, di Shanghai juga reklamasi, Beijing pun sama reklamasi. Pertimbangan lahan hampir sama seperti Soetta 1 sekitar 2.000 hektare rencananya, meskipun bertahap.

120 juta penumpang perkiraan di tahun berapa?
Sekitar 2025-2030 mungkin kita maksimalkan 2025-2027 itu akan tembus, anggap saja 2028 kan cepat 10 tahun dari sekarang lah. 10 tahun itu nggak kerasa belum lagi kita disibukan sama yang eksisting ini yang sambil jalan juga kan. Nah ini yang suka dilupakan pengembangannya Bandara Soetta ini kalo benar revitalisasi nggak sekarang mas harusnya dari kapan tahu, masa nunggu jadi 24 juta dulu baru revitalisasi kan.

Target tahun berapa?
kita kan sekarang feasibility study selesai tahun depan, belum ngurus izin kan kita butuh waktu, paling cepat kalo izinnya cepat tahun 2022 itu bisa lah konstruksi. Kisarannya nggak akan kurang dari Rp 100 triliun kalau dilakukan pakai reklamasi dan itu kan program masterpiece negara bukan lagi program AP II, sudah harus jadi kebanggaan negara. Negara lain juga reklamasi, Kansai itu reklamasi, Maldives itu negara kecil aja reklamasi mau bangun runway pake reklamasi. Soetta I dan II dengan alternatif transportasi yang dijelaskan tadi, kita rencananya ya 15-20 km jauhnya, dan itu ideal banget buat terkoneksi, bisa pakai LRT atau people movement. Yang sudah selesai itu pra-FS, kalo FS itu sudah mempertimbangkan yang teknis, kalo pra-FS kan masih umum, beda sama Terminal 4 yang sudah mau masuk ke desain, Terminal 4 di dalam di Soewarna lapangan golf.

Prospek untuk penerbangan internasional?
Saya rasa kalau internasional kita lihat AP II ini sudah biasa bawa populasi besar di negara berkembang. Kita juga berpengalaman selama 34 tahun lebih kelola bandara, capex kita finansialnya bagus, peluang kita saya rasa sama saja karna standarnya global sama saja seperti yang kita terapkan di sini.

Internasional ekspansi itu kita bisa milih pendekatannya dengan B to B, kalo di dalam negeri kan kita gak banyak milih belum lagi kalau penugasan. Jadi ada tiga pertimbangan kita bisnis follow the trafic, network, dan people. Kita lihat peluangnya, misal Filipina traffic-nya bagus nggak, peluangnya banyak nggak orang Indonesia di sana. Jadi maksud saya apa kita mungkin pengelola bandara di Afrika gitu, ya kita liat lagi ada network nggak, traffic, people, kalo ternyata tidak ke situ ya jangan yaudah jangan dipaksakan.

Prospek tahun depan bagaimana dan berapa belanja modal yang disiapkan?
Tahun depan Rp 12 triliun, kalau tahun lalu Rp 16 triliun itu kan Rp 4 triliunnya PMN, domestic bond aja kita kan series dari tahun 2018 kita dua tahun Rp 3 triliun, jadi setengah yang baru kita serap. Ya kita liat nanti kebutuhan bagaimana project-nya seperti apa, ya kita juga kan ada tiga bandara sudah menunggu, Lampung, Bengkulu, sekarang kan Palangkaraya tugas pertama yang mesti dipercepat sebelum triwulan I selesai operasi terminal Palangkaraya harus sudah realisasi karena Presiden (Jokowi) mau meresmikan. Kita belum optimalkan global bond karena kita sumber pendadaan dalam negri masih bgaus, kita juga peghasilan kan rupiah ya nggak valas. Jadi kita lebih baik di-support commercial loan dan domestic bond sudah cukup memadai.

Pendapatan tahun ini berapa?
Kita sedang fight lah kan belum selesai, mungkin lebih relevan kalo bicara EBITDA. Kita lagi invest nih paling heavy 10 tahun lalu, nah kita sekarang ini lagi harvest-nya panennya. Nah setelah mereka tidak sebanyak lagi seperti di awal, nah tiga tahun lalu kita invest lagi untuk 5-10 tahun lagi. Nah itu makanya awal saya bilang kita mau sustainable competitive growth, tumbuh kompetitif berkelanjutan, jangan sampai aset tidak memadai untuk generate revenue baru, aset sudah tua revenue generation turun, banyak yang terjebak di situ.

Udah terjadi kaya gitu ini aja Soetta terminal baru jadi. Bahasanya itu dieksploiasi habis habisan puluhan tahun lalu. ternyata sadar kecepatan pertumbuhan sangat tinggi, backlog 20 juta. Jadi sebenernya kalo dihitung Terminal 4 itu cuma buat penuhi backlog, runway 3 juga. backlog kita ini banyak di udara iya, di terminal juga iya.

Smart airport?
Jadi kita ini mau masuk ke soft infrastruktur, kan kala bandara didominasi hard infra runway, taxiway, segala macam, dia hard effort di hard infra. Soft infra ini bisa lebih cepat dan lebih murah, nah kita bikin smart airport. Kita memahami bahwa ini butuh capex butuh waktu juga butuh kompetensi. Ini kita masuk ke 1.0, 2020 slesai ke 2.0. Smart dan connected, smart itu semua hal yang di otomasi, nah kalo connected itu multi stake holder colaboration.

Contoh ada pesawat dari Jakarta ke Surabaya, kalau tersambung maka bandara lawannya itu punya data semua, berapa orang di situ, berapa bagasinya. Nah kalau pakai smart airport di bandara sudah terhubung jadi akan efektif, nanti di garbaratanya ada sensor ke detected di cctv.

Hide Ads