Menanti Laju MRT Jakarta

Wawancara Khusus Dirut MRT

Menanti Laju MRT Jakarta

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 04 Feb 2019 19:08 WIB
Halaman ke 2 dari 3
2.

Persiapan Pengoperasian

Menanti Laju MRT Jakarta
Foto: Grandyos Zafna
Lebak Bulus - Bundaran HI 16 km kereta MRT, moda transportasi baru di Jakarta akan beroperasi dalam waktu kurang dari 2 bulan ke depan, deg-degan nggak?
Biasa aja

Kenapa biasa saja? Kan ini baru dan sudah lama banget ditunggu-tunggu oleh masyarakat?
Karena memang kita merasa sudah sangat siap untuk memulai sebelum kita fase kontrol dan cukup yakin bahwa Maret akan bisa beroperasi.

Jadinya Maret?
Ya, kira-kira minggu ketiga atau minggu keempat itu operasional. Kemarin sudah saya sampaikan antara tanggal 24-31 Maret kita akan beroperasi komersial.

Jadi sudah dipastikan nanti minggu terakhir bulan Maret beroperasi? Ada kemungkinan buat mundur?
Sampai sekarang ini kita belum lihat kemungkinan itu, karena progress kita sudah 98,6% kemudian kita lihat sendiri proses yang *style run* sejak 24 Desember dan ini berjalan baik, dan positioning berjalan baik. Kemarin kita minggu ini tes 8 kereta secara otomatis bersama-sama juga berjalan baik. Kita akan tes lagi, kita akan mulai full trail run itu 26 Februari jadi kita punya waktu yang cukup sebenarnya 3-4 minggu untuk mempersiapkan. Di seluruh indikator. Kita tentu tidak bisa menjamin 100% hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi seluruh indikator teknis yang menuju ke proses operasi komersial itu terlaksana dengan baik

Ada hal-hal kristis yang mungkin masih belum sesuai dengan perkiraan?
Ya aspek-aspek teknis memastikan bahwa kereta itu bisa misalnya 30 menit ontime tidak ada delay, persiapan-persiapan sumber daya manusia (SDM), soal training, soal sertifikasi. Tapi menurut saya itu bukan hal substansif lagi, substansif itu adalah sistemnya siap, keretanya siap seluruh personil siap dan hubungan operasi sudah siap nah itu terukur dan terkontrol dengan baik.

Katanya kan MRT Jakarta ini dari Lebak Bulus ke Bundaran HI dipastikan bisa ditempuh dalam waktu 30 menit, apa yang bisa dijadikan garansi bahwa 30 menit itu adalah waktu yang tepat?
Ya garansinya karena sistem ini dikendalikan secara otomatis communication base train control dengan sistem pengoperasioan otomatis itu menjamin, bahwa kereta berangkat jam 7 pagi ya persis akan tiba jam 7.30. Ya kemarin kan anda lihat sendiri kita tes kereta, itu yang ditawarkan kehandalan. Berangkat 7.05 ya 7.35 di Bundaran HI ya sudah tiba.

Kenapa seperti itu? ya karena otomatic train operation menjamin itu titik jam sampai detik itu harus sama. Bahkan titik di mana berhenti di setiap stasiun, karena titik berhentinya juga sudah terukur itu ada pintu kereta platform screen door dan itu harus memastikan titiknya sama. Kalau platform screen door nya terbuka tapi tidak sama dengan pintu keretanya maka tidak akan terbuka gitu, karena penumpang tidak akan bisa turun. Nah ini hari-hari ini yang kita pastikan. Integrated positioning pertama yang kemarin 8 kereta itu berjalan dengan baik. Kita akan ulangi lagi yang kedua, kalau yang kedua lolos siap beroperasi

Berarti ini praktis menambah jam terbangnya MRT, sampai menuju ke pengoperasian ke bulan Maret ya?
Ya betul, jadi melatih masinis kita yang sudah disertifikasi untuk betul-betul siap mengoperasikan secara riil. Kalau sekarang kan dia mengoperasikannya belum ada penumpang oleh sebab itu nanti pada 12 Maret kita sudah ada penumpang, di situ operasi riil dilakukan. Tapi belum komersial, komersialisasi nanti pada saat kita lakukan keseluruhan.

Berarti masyarakat bisa nyobain MRT gratis dulu?
Ya, pada saat itu 12 Maret, kita umumkan masyarakat bisa mencoba MRT secara gratis. Masuk dari berbagai stasiun, masuk dari berbagai pintu dan mencobanya.

Caranya bagaimana?
Caranya ini akan kita buka pendaftaran secara online jadi masyarakat bisa daftar. Dan nanti akan ada QR code yang diberikan dan itu dibawa dan harus ditujukan ke petugas stasiun nanti masyarakat bisa naik.

Untuk teman-teman yang tidak bisa menggunakan QR code, silakan diprint kertasnya nanti dibawa dan diserahkan ke petugas. Kenapa kita butuh yang seperti itu? Karena kita butuh sistem kontrol yang sedang berjalan. Kalau sudah beroperasi kan sistem kontrolnya by tiket, kalau yang ini belum ada tiket jadi kontrolnya seperti ini. Kita undang masyarakat, kita berharap 28.000 per hari dalam proses uji coba ini. Karena target kita kan beroperasi sebanyak 65.000 penumpang, ketika kita lakukan integrasii-integrasi kita sampai di 130.000 penumpang.

Berarti nanti ketika uji coba, seluruh gerbong akan diisi?
Seluruh gerbong akan kita isi, jadi seperti operasi komersial ada seluruh stasiun-stasiun yang berfungsi dan kita akan operasikan secara normal.

Berarti untuk akses masuk, interior juga sudah selesai?
Ya mungkin ada satu-satu yang sedang dalam proses. Tapi secara keseluruhan kita sudah siap beroperasi komersil.

Ketika beroperasi secara komersil tiket bagaimana, sejauh ini sudah fix kah harga tiketnya?
Masih sedang dalam proses finalisasi dan kita harap bulan Februari ini akan ditentukan harganya. Kita sudah mengusulkan harganya dan sudah didiskusikan oleh pemerintah provinsi, nilai subsidinya sudah disepakati jadi tinggal waktunya saja.

Berapa?
Belum tahu, tapi yang kita usulkan itu Rp 8.500 per 10 km, Rp 8.500 atau Rp 10.000 tergantung itu adalah hitungannya naik Rp 1.500 per km. Jadi hitungannya per km itu Rp 700 jadi kalau stasiun paling dekat dari sini Bundaran HI ke Lebak Bulus ya itu Rp 2.200 dan jauh Rp 9.800 by distance.

MRT inikan pendapatannya tidak cuma dari tiket, juga ada pendapatan dari non tiket. Boleh dijelaskan sedikit nanti bagaimana MRT akan menghasilkan pendapatan?
Jadi, investasi kita Rp 16 triliun, kemudian penumpang yang akan kita bawa itu 130.000 penumpang. Di setiap stasiun itukan ini punya nilai ekonomi dan ada pihak-pihak yang mendapat nilai manfaat dari investasi yang dilakukan oleh pemerintah dan kita mau memanfaatkan bisnis dari situ untuk mensupply pendapatan tiket kita yang disubsidi tidak akan bisa menarik untung dari situ. Tapi dengan box business itu misalnya pemberian nama stasiun, itu bisa kita jual dengan yang ada di sini, kedua placement iklan ya, ketiga soal telecommunication system itu juga, dan ritel itu di bawah. Jadi kalau sudah bicara soal pemanfaatan di kawasan stasiun, pembangunan TOD bisa masuk tahap berikutnya setelah beroperasi.

TOD yang akan dimasuki MRT itu akan dalam bentuk hunian? Atau seperti apa?
Tidak, kita mengelola kawasan kita gak bicara mengenai hunian. Tapi prinsipnya begini kita menginginkan semua kawasan di mana transport system itu terkoneksi. Itu dibuat senyaman mungkin dan membuat masyarakat nyaman menikmatinya. Nah oleh sebab itu di kawasan itu tentu ada hunian, ada pusat kegiatan ada kawasan publik yang cukup, area komersial dan ini bagaimana MRT akan sebagai operator utama dari TOD-TOD itu akan mengatur menatanya minta persetujuan dari pemerintah.

Jadi nantinya kalau ada gedung-gedung yang mau menaikkan bangunannya ya dia harus memberikan pembayaran kepada mekanisme ini untuk mengelola kawasan ini, jadi ada cross subsidi atau sesuatu yang dia nambah manfaat tapi kemudian pemilik gedung harus bisa memberikan membangun kawasan, sehingga dia jadi tumbuh bersama nah ini yang akan ada di MRT Jakarta. Konsep baru di Indonesia, belum pernah kita terapkan tapi sudah sukses digunakan di beberapa negara lain seperti Hong Kong dan Jepang.

Omong-omong soal integrasi tadi, salah satu pertanyaan masyarakat kan MRT ini nanti setiap stasiunnya bisa langsung nyambung ke moda lain nggak sih? Karena kan hanya dilalui dari Lebak Bulus- Bundaran HI saja? Sejauh ini sudah ada integrasi di setiap stasiun?
Sudah jadi, bicara intergrasi itu ada tiga, pertama integrasi fisik dengan Transjakarta integrasi fisik langsung, stasiun dengan stasiun itu seperti Bundaran HI, Dukuh Atas, Blok M, CSW. Yang kedua adalah integrasi rute, bagaimana rutenya MRT, penumpang itu di feed oleh transportasi yang lain kita sudah bekerja sama dengan TransJakarta. Misalnya di Lebak Bulus, kita minta orang lagi tidak masuk bawa kendaraan ke dalam kota. Tapi berhenti di Lebak Bulus atau Fatmawati, caranya apa? Naik TransJakarta.

Kami kerja sama dengan TransJakarta untuk membangun rute-rute baru selain rute eksisting agar mereka bisa masuk dari Bintaro misalnya atau dari Lebak Bulus. Mereka akan di feed dan langsung headwaynya juga akan dibuat sama. Jadi kalau sepuluh menit ya sepuluh menit, penumpang tiba-masuk dan langsung naik. Jadi itu rute.

Ketiga adalah integrasi ticketing, ini yang akan dibicarakan, perusahaan patungan sedang dibentung ntuk nantinya ada integrasi tiketing untuk satu tiket jadi bisa naik seluruh transportasi di Jakarta. Kemudian dengan kereta Bandara, KCI di Dukuh Atas itu dibicarakan.

Berarti nanti setelah integrasi tiketing itu kita tidak perlu banyak kartu lagi? Jadi hanya satu kartu saja?
Ya itu sedang kita upayakan, jadi joint venture company untuk integrasi tiketing tadi.

Tapi nanti ketika beroperasi awal ini MRT untuk uang elektronik lainnya juga bisa digunakan?
Bisa, jadi pada saat nanti beroperasi awal, pertama adalah MRT sendiri itu bisa dipakai. Kedua adalah kartu-kartu lain yang dikeluarkan oleh bank itu juga bisa dipakai. Jadi jangan ragu kita bisa gunakan itu. Tapi dalam prosesnya kita gunakan itu supaya ini semua demi kenyamanan penumpang, tentu kita tidak ingin di dompet kita hanya penuh dengan kartu macam-macam ya, nanti kartu kita kerja sama dan dukungan dari Bank Indonesia (BI) dukungan dari pemerintah provinsi.

Integrasi pembayaran kapan targetnya?
Target saya akhir tahun ini, akhir 2019 seluruh Jakarta, TransJakarta 1 juta penumpang, MRT 130.000 penumpang dan lain-lain sudah bisa diintegrasikan. Teknologinya memungkinkan kita melakukan itu dengan cepat.

Hide Ads