Hubungan Tiongkok-Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dan prospek yang sangat cerah. Setelah Presiden Joko Widodo berhasil terpilih kembali sebagai Presiden RI, Presiden Tiongkok Xi Jinping langsung mengirimkan ucapan selamat kepada beliau pada kesempatan pertama. Dalam lima tahun terakhir, hubungan Tiongkok-Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo telah berkembang pesat dan mencapai hasil yang berlimpah.
Sedangkan untuk lima tahun ke depan, Tiongkok berharap untuk berupaya bersama Indonesia dalam memajukan hubungan kemitraan strategis komprehensif antara kedua negara agar berkembang ke level yang lebih tinggi, demi meningkatkan kesejahteraan rakyat di kedua negara.
Pertama, mempertahankan momentum pertukaran tingkat tinggi dan pertukaran antar-pemerintah pada semua tingkatan. Ini akan memperkokoh kepercayaan strategis antara kedua negara, serta akan menjadi panduan politis dan jaminan kebijakan yang kuat untuk mendukung perkembangan hubungan bilateral.
Kedua, memperkuat sinergisasi antara Inisiatif "Belt and Road" (B&R) Tiongkok dengan gagasan "Poros Maritim Dunia" Indonesia. Kedua negara akan memacu pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, meluncurkan kerja sama substantif Koridor Ekonomi Komprehensif Regional, serta membantu Indonesia dalam program pembangunan daerah di luar Jawa. Selain itu, kedua negara juga perlu aktif mengeksplorasi kerja sama di sektor kapasitas produksi dan industrialisasi, demi menciptakan tumpuan baru dalam upaya sinergisasi strategi pembangunan kedua negara.
Ketiga, memperkuat people-to-people contact. Kedua negara perlu mempererat pertukaran di bidang pariwisata, pendidikan, wadah pemikir (think tank), media, kepemudaan, keagamaan, pemerintahan daerah, dan lain-lain. Kontak pertukaran ini penting untuk memperkokoh landasan dukungan publik bagi hubungan kedua negara.
Keempat, memperkuat koordinasi multilateral. Kedua negara perlu mempererat koordinasi kerja sama dalam kerangka multilateral, termasuk PBB, WTO, dan G-20, juga dalam kerangka regional yang berfokus pada ASEAN. Koordinasi ini diperlukan untuk melindungi kepentingan bersama kedua negara sekaligus kepentingan bersama negara-negara berkembang, serta untuk mewujudkan pembangunan damai di tingkat regional maupun global.
Apa pandangan Anda terhadap gesekan perdagangan antara Tiongkok dan AS?
Tindakan AS memicu gesekan perdagangan dengan Tiongkok merugikan kepentingan kedua negara sekaligus merugikan kepentingan seluruh dunia. Yang ingin saya tekankan di sini adalah, AS adalah pihak yang pertama-tama memicu konflik perdagangan ini, bukan Tiongkok. AS adalah pihak yang pertama melancarkan serangan dengan menaikkan tarif impor, bukan Tiongkok. AS adalah pihak yang berulang kali bersiasat melancarkan tekanan ekstrem, bukan Tiongkok. AS adalah pihak yang terus maju-mundur dan tidak mengedepankan itikad baik dalam perundingan, bukan Tiongkok. Pemerintah AS sepenuhnya bertanggung jawab untuk kemunduran besar dalam negosiasi dagang antara kedua negara.
Semua tindakan Tiongkok hingga saat ini sepenuhnya adalah respons terhadap perlakuan AS yang tidak beralasan itu, sepenuhnya merupakan upaya Tiongkok untuk membela diri. Sikap Tiongkok ini adalah demi melindungi kepentingan Tiongkok sendiri yang legal dan sah, sekaligus untuk melindungi paham multilateralisme dan sistem perdagangan bebas. Hubungan perdagangan antara AS dan Tiongkok selaku dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia memiliki arti yang sangat penting bagi masing-masing negara, sekaligus memiliki fungsi yang signifikan bagi keseimbangan pertumbuhan ekonomi seluruh dunia. AS seharusnya bermitra dengan Tiongkok untuk bersama mengemban tanggung jawab memajukan pertumbuhan ekonomi global.
Namun AS justru bertindak semaunya sendiri, dan secara sepihak memicu perang dagang. Ketika Tiongkok mengutamakan niat baik dalam perundingan, AS justru berulang kali mengkhianati kesepahaman yang telah dicapai bersama, dan secara sepihak menaikkan tarif impor terhadap Tiongkok. Terkait perang dagang, Tiongkok sebenarnya tidak ingin berperang, namun Tiongkok juga tidak takut perang, dan Tiongkok siap berperang apabila terpaksa. Tiongkok berharap AS memahami situasi ini dan kembali pada jalur yang benar, untuk melangkah bersama Tiongkok demi mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan berdasarkan prinsip saling menghormati.
Dapatkan Anda menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi menjelang memanasnya kembali perang dagang? AS menuduh Tiongkok telah mundur dari posisi, apakah tuduhan ini valid?
Di pihak AS terdapat sejumlah oknum yang sepertinya keliru menilai situasi, dan meremehkan keputusan dan tekad Tiongkok untuk membela hak dan kepentingan nasionalnya sendiri. Mereka terus-menerus menuntut harga yang tinggi, dan ketika Tiongkok menolak untuk memenuhi tuntutan mereka, mereka kemudian mengancam menggunakan kenaikan tarif impor.
Tiongkok senantiasa menaati komitmennya, dan justru AS yang sering berubah-ubah posisi. Pada Mei 2018, Tiongkok dan AS telah mencapai kesepakatan dalam menyelesaikan masalah perdagangan, dan kesepakatan ini telah dipublikasikan sebagai pernyataan bersama di Washington. Namun hanya berselang beberapa hari kemudian, AS sudah melanggar kesepakatan ini. Pada Desember 2018, kedua negara telah mencapai kesepakatan dalam hal angka pembelian dari Tiongkok terhadap produk AS, tetapi dalam perundingan berikutnya AS justru dengan seenaknya menaikkan harga. Tuduhan "mundur dari posisi" atau mengkhianati komitmen tentu tidak bisa dilimpahkan kepada Tiongkok. Sikap AS yang menuduh bahwa Tiongkok telah mundur dari posisi dalam perundingan adalah sikap yang tidak bertanggung jawab, dan tuduhan ini adalah "fitnah".