Perang Dagang AS-China dan Pengaruhnya ke RI

Wawancara Khusus Dubes China untuk RI

Perang Dagang AS-China dan Pengaruhnya ke RI

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 20 Jun 2019 06:25 WIB
Perang Dagang AS-China dan Pengaruhnya ke RI
Foto: Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian. Foto: Danang Sugianto-detikFinance
Apakah rakyat Tiongkok benar-benar berharap keadaan ini akan berakhir?

Dalam perang dagang tidak ada pemenang. Perang dagang tidak sesuai dengan kepentingan Tiongkok, tidak sesuai dengan kepentingan AS, dan juga tidak sesuai dengan kepentingan seluruh dunia. Tiongkok tidak ingin berperang, tetapi Tiongkok juga tidak takut untuk berperang, dan Tiongkok siap berperang apabila terpaksa. Tiongkok senantiasa menyerukan kepada AS untuk memahami situasi yang sebenarnya, kembali pada jalur yang benar, untuk melangkah bersama Tiongkok demi mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan berdasarkan prinsip saling menghormati.

Apakah dampak perang dagang bagi perekonomian Tiongkok sendiri?

Ekonomi Tiongkok adalah bagaikan samudra luas, bukannya kolam kecil. Dari Maret 2018, gesekan perdagangan Tiongkok-AS telah berlangsung satu tahun lebih. Gesekan perdagangan ini memang menimbulkan dampak tertentu bagi pertumbuhan ekonomi Tiongkok, tetapi secara keseluruhan dampaknya masih terkendali. Ekonomi Tiongkok saat ini masih tetap bergairah. PDB Tiongkok tahun lalu bertumbuh 6,6 persen, dan ekspor bertumbuh 9,9 persen. Sedangkan dalam kuartal-I tahun ini, pertumbuhan PDB Tiongkok sebesar 6,4 persen, dan pertumbuhan ekspor sebesar 1,4 persen. Dari Januari hingga April 2019, nilai investasi asing yang terealisasi di Tiongkok mengalami pertumbuhan sebesar 6,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Fakta ini membuktikan bahwa perekonomian Tiongkok memiliki ketahanan yang kuat, potensi yang besar, energi yang tinggi, serta kemampuan yang semakin mumpuni dalam menghadapi serangan dari luar. Perekonomian Tiongkok memiliki momentum positif untuk mempertahankan pertumbuhan yang sehat. Prospek perekonomian Tiongkok sangat cerah.

Dapatkah Anda menjelaskan seberapa besar pengaruh pasar AS terhadap produk Tiongkok?

Pengaruhnya terbatas. Menurut data terbaru dari otoritas bea cukai Tiongkok, AS adalah mitra dagang terbesar ketiga bagi Tiongkok setelah Uni Eropa dan ASEAN. Volume perdagangan Tiongkok-AS dari Januari hingga Mei 2019 sebesar 1,42 triliun yuan, atau 11,7 persen dari total volume perdagangan internasional Tiongkok, turun 9,6 persen. Walaupun perdagangan dengan AS mengalami penurunan, namun pada periode yang sama volume perdagangan komoditas Tiongkok justru naik 4,1 persen. Ini membuktikan bahwa pasar AS tidaklah sepenting yang dibayangkan sebelumnya.

Terkait produk-produk yang terpengaruh tarif impor dari AS, apakah Tiongkok punya pasar yang baru untuk menggantikan pasar AS?

Tiongkok adalah mitra perdagangan terbesar bagi lebih dari 120 negara dan wilayah. Berbagai negara di dunia berharap memperkuat kerja sama ekonomi perdagangan dengan Tiongkok. Menurut data terkini dari otoritas bea cukai Tiongkok, dalam lima bulan pertama tahun ini, ekspor Tiongkok ke Uni Eropa, ASEAN, dan Jepang masing-masing bertumbuh sebesar 11,7 persen, 9,4 persen, dan 0,9 persen. Ekspor Tiongkok ke negara-negara yang tergabung dalam Inisiatif B&R mengalami pertumbuhan sebesar 9 persen, yang lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan ekspor Tiongkok secara global. Namun di pihak lain, Tiongkok sendiri juga adalah sebuah pasar raksasa.

Ketika Tiongkok membuka pasar di luar negeri, pada saat bersamaan Tiongkok juga terus mengembangkan potensi pasar di dalam negeri, serta memperluas keterbukaan pasar Tiongkok seluas-luasnya terhadap dunia luar. Langkah ini menciptakan interaksi yang semakin positif antara Tiongkok dengan dunia.

Konon banyak investor Tiongkok yang mulai hengkang dari AS?

Dunia usaha menyatakan suara dengan kaki mereka. Kenaikan tarif impor yang diterapkan pemerintah AS terhadap produk Tiongkok telah menghambat kerja sama investasi dan perdagangan antara kedua pihak. Sikap AS ini juga telah berdampak pada kepercayaan pasar dan stabilitas operasional perekonomian kedua negara, bahkan seluruh dunia. Faktor ketidakpastian akibat gesekan perdagangan antara Tiongkok dan AS telah menyebabkan kalangan bisnis di kedua negara mengambil sikap wait and see untuk berinvestasi. Investasi Tiongkok ke AS terus menurun, sedangkan pertumbuhan investasi AS ke Tiongkok juga mengalami penurunan yang signifikan.

Menurut data Tiongkok, nilai investasi langsung perusahaan Tiongkok ke AS pada tahun 2018 sebesar US$ 5,79 miliar, menurun 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai investasi real AS ke Tiongkok pada tahun 2018 sebesar US$ 2,69 miliar, dengan tingkat pertumbuhan hanya 1,5 persen, jauh lebih rendah dibanding tingkat pertumbuhan pada tahun 2017 yang sebesar 11 persen. Fakta ini membuktikan bahwa tindakan AS menaikkan tarif impor bukan hanya merugikan negara lain, tetapi juga tidak membawa keuntungan bagi mereka sendiri.

Hide Ads