Buka-bukaan AirAsia soal Rahasia Tiket Murah

Wawancara Dirut Indonesia AirAsia

Buka-bukaan AirAsia soal Rahasia Tiket Murah

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 12 Agu 2019 10:50 WIB
3.

Hilang dari Online Travel Agent

Buka-bukaan AirAsia soal Rahasia Tiket Murah
Foto: Dirut Air Indonesia AirAsia Dendy Kurniawan/Rachman Haryanto
Kemarin menarik soal Hilangnya AirAsia dari OTA? Itu siapa yang menghilangkan?

Dihilangkan bukan hilang hehehe. Yang jelas ya mereka ya, sebagai tempatnya pemilik platformnya kan ya Traveloka. Mereka kan kerja sama dengan kami, orang beli tiket bisa lewat kami ataupun traveloka. Nah waktu itu mendadak kok nggak ada tiket kami di Air Asia, sementara seat available, kita tanya traveloka nggak dijawab. Kemudian beberapa hari muncul lagi, kami yaudah lah mungkin masalah sistem, tapi udah tetap kecewa kita karena nggak dapat jawaban resmi dan klarifikasi. Sebentar muncul, eh berapa hari hilang lagi. Kami follow up lagi nggak ada kejelasan juga dari mereka.

Kami tidak ingin penumpang tersesatkan kan. Misal penumpang cek Traveloka tiket AirAsia kok nggak ada, yang muncul di benaknya apa, pasti mengiranya seatnya udah habis padahal tidak. Agar penumpang kami tidak salah persepsi akhirnya ya kami klarifikasi, kami tidak lagi kerja sama dengan mereka kalau mau pesan tiket AirAsia silakan langsung ke website.

Banyak rumornya ya saya nggak mau spekulasi mengenai persaingan tidak sehat, mending saya fokus urusin bisnis. Sekali lagi ini jadi urusan b to b sama Traveloka aja ya.

Nggak mau selidiki maskapai mana di belakang penghilangan ini?

Itu biar urusan lembaga lembaga saja lah ya yang berkerja kami siap support aja. Pokoknya kami nggak mau spekulasi, Traveloka nggak mau kerja sama dengan kami, ya oke nggak apa-apa.

Justru malah setelah kejadian itu traffic Airasia com menanjak 100%, kenapa karena orang penasaran, mereka lihat platform kita bagus interaktif.

Sudah mantap nggak mau masuk ke OTA lagi nih?

Oh nggak nggak, kalau mereka ngomong ke kami mau kerja sama lagi yaudah lah kami lapang dada, buka pintu selebar-lebarnya. Tapi ya ayo aturannya yang jelas, win-win gitu, nggak boleh ada yang dirugikan lah.

Tiket AirAsia hilang di OTA lain juga?

Banyak, nggak tau kenapa tuh wabah penyakkt.

Seberapa besar pengaruhnya terhadap penjualan tiket?

Nggak besar sih. Mereka ini kan membantu kita, dengan nggak ada mereka ya jelas ada pengaruhnya sih memang, tapi ya kami prediksi 2-3 hari lah, selanjutnya back to normal. Ini malah menurut kami lebih better sekarang lah.

Kemarin sempat masuk KPPU, dimintai keterangan apa?

Ada beberapa isu sih, soal OTA kami jelaskan kronologinya aja lah.

Banyak orang yang melihat persaingan di industri penerbangan ini kayak perang antar maskapai, tanggapannya seperti apa?

Perang selama sehat nggak apa apa ya, kompetisi lah selama itu sehat ya. Seperti saya bilang kalau kompetisi sehat pasti menguntungkan masyarakat, harga tiket pasti jadi terjangkau, pelayanan juga pasti lebih. Jadi berlomba untuk berikan yang lebih buat penumpang.

Sampai ada dugaan kartel, itu bagaimana lihatnya?

Nggak sih kalau kita nggak terlalu terganggu, memang marketshare domestik saya kecil, hanya 2 joma sekian persen. Saya strong di internasional. Meski pesawat kita sedikit dibanding maskapai lain di Indonesia, tapi internasional kami nomer 1. International connectivity kita adalah yang terbesar di Asia, lebih dari 300 destinasi se Asia. Sampai kota kecil di Cina kita terbang kesana ,bukan cuma Shanghai, Beijing itu hnya bisa diakses dengan AirAsia.

Balik lagi kenapa nggak berpengaruh? Karena memang internasional kita no 1, mau ada kartel mau nggak, saya nggak masalah. Domestik juga cuma 2% gitu lho kita nggak merasa terganggu sih. Kalau di internasional kami yakin lah kami konektivitas terbesar di Asia sulit lah dikejar bukannya mau sombong.

Sekarang ekspansi kita plannya ke domestik, mulai 2019 ke lima tahun ke depan memang ini fokus kita ke domestik. Kita keluarkan rute baru nih Jakarta-Sorong, Jakarta-Lombok, Jakarta-Semarang, Lombok-Jogja, Bali-Lombok, Bali-Labuan Bajo, bentar lagi Jakarta Belitung. Tahun ini sudah launching semua, Belitung bentar lagi.

Targetnya bisa naikin berapa persen di domestik?

Betul mau kita tingkatkan, targetnya sih mau nomor satu lagi tapi masih jauh lah. Kita nggak muluk-muluk lah bisa sampai 5% lah dua tiga tahun lagi. Target panjangnya, ya bisa seimbang lah sama maskapai lokal lain.

Apakah karena mau ekspansi, AirAsia ini dikasih gangguan mulai dari OTA sampai penurunan tiket?

Nggak apa-apa sih, kita udah biasa sama gangguan, asal jangan diganggu dedemit aja lah susah ngurusnya. Selama gangguan sifatnya teknis bisa kita selesaikan. Tapi saya nggak mau spekukasi dan urusin soal persaingan usaha tidak sehat. Kita fokus aja lah, kata kuncinya dua efisiensi dan inovatif.

Pesaing terberat di Indonesia maskapai apa?

Terberat sih nggak ya, kalau sama bisnisnya ya Citilink ya, sama bisnisnya, sama-sama LCC. I would say Citilink ya.

Lion Air nggak masuk hitungan?

Lion Air mungkin sama bisnis modelnya, tapi kita punya segmen penumpang yang berbeda. Kalau Citilink sih sama.

Rute terbaru ini ada bersinggungan nih sama yang lain, bagaimana?

Kalau masalah singgungan itu selalu terjadi, misal saya buka virgin route tinggal nunggu aja maskapai lain datang. Sama halnya kalau saya masuk ke tempat yang udah eksisting dua tiga penerbangan disana, saya mau masuk ke sana bukan berarti kita mau rebut pasarnya, memang bisnisnya seperti itu.

Kita terbuka, justru malah jadinya persaingan, bisa aja dorong efisiensi kita lagi, penumpang diuntungkan harga bisa rendah. Misalnya ada satu rute hanya satu maskapai, dia jual Rp 1 juta, ada yang masuk baru dia matok Rp 800-900 ribu, yang eksisiting nggak mungkin mantengin sejuta kan pasti turun.

Menambah rute berarti menambah pesawat lagi dong, berapa rencananya?

Pastinya ya, tahun ini kita rencana akan menambah lima, di akhir 2019 kita tutup dengan 24 pesawat. Sekarang kita punya 25 pesawat, rencana akhir 2018 itu jadi 29 pesawat. Kita masih menunggu empat lagi, insyaallah akhir Agustus datang satu lagi, kemudian di September satu lagi, Oktober satu lagi, Desember satu lagi.

Hide Ads