Dari Rp 1.000 itu berarti OVO masih menanggung kerugian?
Masih, nah itu step by step kan. Kita ini di industri masih baru banget. Kalau diikutin ewallet itukan baru tumbuh saya kira 2 tahunan ya sejalan dengan OVO aja, sebelumnya ada tapi penggunaanya tidak semassive sekarang. Kan disebut-sebut di pemberitaan ya katanya OVO itu sudah yang terdepan. Dibandingkan penetrasi emoney yang dari perbankan juga sudah sangat besar, fintech nah itu juga masih perlu edukasi.
Jadi, kita mulai berusaha mengurangi cost karena masyarakat sudah mulai teredukasi. Kita juga ingin bantu pemerintah untuk inklusi keuangan, penetrasinya masih kecil. Jadi kalau penetrasi digital payment itu masih sekitar 7% di riset morgan stanley. Masih kecil itu, tapi ini ada pertumbuhan luar biasa dalam dua tahun ini. Akan terus tumbuh ke depannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jangka waktu berapa lama bisa tumbuh di atas 10%?
Oh saya kira dalam dua tiga tahun ke depan ya 10% tahun depan mestinya sudah terlampaui.
Kalau pengguna OVO paling banyak di mana sebarannya?
Nah ini kelebihannya kalau pengguna digital payment ecommerce itu lebih terdistribusi, karena dia mengikuti penetrasi internet kita. Apalagi basisnya mobile, sekarang sudah di 373 kota ya dan memang di pulau Jawa masih dominan.
Tapi begini pengguna internet kita secara nasional juga masih di Pulau Jawa masih terkonsentrasi. Kita bisa lihat kalau penetrasi perbankan itu penetrasi internet, ecommerce sudah lebih terdistribusi ke luar Jawa. Sulawesi dan Sumatera gede untuk pengguna OVO. Terjadi pertumbuhan yang bagus di Makassar dan Medan.
Banyak pengguna yang mengeluh dengan biaya isi ulang ini, bagaimana tanggapan bapak?
Di abang Grab kan tidak kita kenakan biaya. Karena itu kami melihat banyak juga nih pengguna kami yang topup melalui offline channel melalui driver, kami gratiskan makanya, itu sengaja ya.
Bisa disebutkan berapa biaya yang dikenakan bank untuk OVO?
Bervariasi sih setiap bank. Yang jelas kan kalau ada yang melalui agregator itu kami kan dicharge bukan hanya dari bank, di bank aja per transaksi Rp 1.000 kan ada tambahan biaya lainnya ada biaya switching juga. Ada beberapa bank yang juga lebih dari itu.
Lalu apa alasan akhirnya memberlakukan biaya transfer ke bank sebesar Rp 2.500?
Iya kan kita tak lepas dari infrastruktur perbankan dan di situ ada cost. Sekali lagi kita usahakan tetap terjangkau tetap murah. Kami juga diarahkan, kan bisnis. Kemarin kan ramai yang bilang kita bakar duit. Sekarang bakar duit salah, charge salah.
Saya kira wajar lah misalnya begini, ada orang jualan baju, produksi baju kan ada costnya ada harga kainnya, ada harga tukang jahitnya, pertama-tama oke deh untuk mengenalkan bajunya digratiskan dulu. Tapi apa iya mau produksi baju dan gratis terus kan enggak. Kalau bisnis kan selama keuntungannya wajar kan boleh, supaya tumbuh.
Bahkan kebijakan ini kami ambil masih ada cost yang kami tanggung. Beberapa pemain ewallet lain itu sudah lebih dulu mengenakan biaya isi ulang. Ada yang sejak 2018, ada yang 2019 kemarin itu sudah ngecharge, kami termasuk yang paling belakangan.
lanjut ke halaman berikutnya