OVO sudah mulai berlakukan tarif transfer ke bank dan isi ulang, kira kira ada ketakutan ditinggal pengguna nggak sih pak?
Saya kira nggak, karena begini kalau kita lihat angkanya, setelah kemarin itu kita kenakan biaya transfer nggak ada penurunan. Tetap sama saja. Karena masyarakat kan saya kira semakin pintar ya semakin cerdas gitu, mereka melihat bahwa oh ini kompetitif kok.
Terus yang paling penting selama harganya reasonable, terjangkau kan saya kira masyarakat mau kok membayar apalagi kalau misalnya yang ditawarkan itu layanan-layanan yang sangat memudahkan. Itulah saya kira yang kami berinovasi gimana supaya lebih seamless.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riset dari Morgan Stanley itu tahun lalu bikin survei sangat representative itu, disebutkan di situ bahwa pertumbuhan masyarakat Indonesia itu memang semakin prefer semakin suka, semakin ingin memanfaatkan atau bertransaksi menggunakan channel digital. Karena convenience, apalagi masyarakat urban, anak muda jarang bawa uang cash gitu ya. Nah itu mereka disurvei itu mayotitas fact majority menyatakan bahwa mereka lebih suka dan ingin, mau menggunakan pembayaran digital.
Yang kedua, dari model pembayaran itu, ternyata mereka lebih suka memilih kalau pembayaran digital yang memang berbasiskan yang merupakan produk dari perusahaan fintech seperti OVO. Karena alasan utamanya kita akan terus berinovasi agar sangat mudah, seamless nah itu yang jadi sangat penting.
Buat keamanan sendiri, kan banyak pengguna yang bilang takut simpan banyak-banyak di apps takut kebobolan bagaimana tanggapan bapak?
Saya kira di OVO kita sih sangat komit ya, teknologi yang ada di OVO kelas dunia. Di sini juga engineer juga banyak yang bergabung di sini bukan hanya dari dalam Indonesia tapi juga kita bawa best talent engineer dari India dan negara lain juga. Yang memang industri ewalletnya lebih advance dari kita.
Di kita juga membangun unit fraud ya, jadi fraud unit ini di-handle dengan sangat serius, dimonitor secara ketat, security jadi saya kira. Security di OVO menjadi hal yang sangat diprioritaskan gitu. Kemudian saya kira sudah sangat transparan ya di aplikasi nasabah ada history transaction ada apa, anytime bisa complain, kita berusaha untuk responsif terhadap komplain. Saya juga tiba tiba jadi customer service banyak yang tanya ke instagram saya berusaha untuk respons.
Bagaimana pengembangan OVO tahun 2020 ini?
Ya kita sekarang mulai menggarap serius financial services jadikan selain OVO menyediakan layanan pembayaran tapi kami juga sudah masuk ke lending. Nah lending juga targetnya UKM, kayak misalnya kita kerja sama dengan Tokopedia dan pinjaman untuk merchant online yang kebanyakan kan UKM. Kemudian investment, OVO kan juga ada saham di Bareksa, tujuannya kita mengenalkan reksa dana, membantu kementerian Keuangan untuk pasarkan obligasi pemerintah ritel ke masyarakat umum. Selama ini kan reksa dana, obligasi pemerintah biasanya dibeli hanya oleh satu orang yang sangat kaya, kedua dari dana pensiun atau lembaga yang institusi. Sekarang kan masuk ke masyarakat umum. Nah ketiga kita sudah masuk ke insurance kerja sama dengan Prudential.
Untuk point masih akan ada tahun ini?
Masih, masih dong itukan salah satu program marketing dan edukasi kita, jadi pointnya 1 poin sama dengan 1 rupiah.
Bagaimana persaingan OVO PayLater dengan bank?
Saya kira, fintech sekarang di Indonesia penetrasi kartu kredit relatif kecil gitu kan. Karena itu, sementara kan masyarakat membutuhkan skema pendanaan lah gitu. Sementara kita lihat pertumbuhan ecommerce itukan luar biasa. Karena itu, PayLater sekarang mulai populer bukan hanya di kami tapi juga di beberapa yang lain.
Jadi memang sama seperti karakter fintech pada umumnya di mana kami menyasar dan pemerintah mengharapkan fintech untuk bisa layani masyarakat menengah ke bawah.
lanjut ke halaman berikutnya