Mengungkap Saham Gorengan yang Heboh Gara-gara Jiwasraya

Wawancara Khusus Direktur BEI

Mengungkap Saham Gorengan yang Heboh Gara-gara Jiwasraya

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 30 Jan 2020 06:01 WIB
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widito Widodo
Foto: Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widito Widodo (Danang Sugianto/detikcom)
Jakarta -
Pasar modal Indonesia belakangan ini menjadi sorotan. Bukan karena performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tembus rekor, tapi lantaran hebohnya skandal PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang ditaksir merugikan negara mencapai Rp 13,7 triliun.

Mega kasus ini kini ditangani oleh Kejaksaan Agung (Kejagung). Tak butuh waktu lama, Kejagung sudah menetapkan 5 orang tersangka dalam kasus ini. Dua di antaranya merupakan investor tenar di pasar modal yakni Benny Tjokrosaputro dan Heru Hidayat.

Kasus Jiwasraya ini terkuak bermula dari Jiwasraya mengalami gagal bayar untuk produk JS Saving Plan yang mencapai Rp 12,4 triliun. Kemudian heboh lantaran perusahaan tak memiliki dana cadangan.

Kemudian Kejagung bekerjasama dengan BPK menguak penyebab utama sengkarut keuangan Jiwasraya yakni salah investasi. Perusahaan dianggap melanggar undang-undang lantaran berinvestasi di banyak saham-saham tidak likuid dengan fundamental yang tidak mumpuni alias saham gorengan.

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku wasit pasar modal pun ikut dibikin pusing atas kejadian ini. Pandangan masyarakat awam berubah bahwa pasar modal tempat oknum-oknum mencari untung melalui aksi goreng saham.

detikcom berkesempatan untuk mewawancarai Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widito Widodo. Laksono menguak tentang kemisteriusan aksi goreng saham hingga cara menghindarinya.

lanjut ke halaman selanjutnya


Bisa digambarkan perkembangan pasar modal saat ini?
Mulai dari yang positif kapitalisasi pasar Indonesia itu sekarang yang tertinggi di 6 ASEAN countries mencapai US$ 530 miliar. Nomor 2 nya Thailand US$ 522 miliar, lalu Singapura US$ 492 miliar, Malaysia US$ 400 miliar, Filipina US$ 262 miliar dan Vietnam US$ 192 miliar.

Kalau bicara RNTH (rata-rata nilai transaksi harian saham), memang kita lagi turun, tapi tidak sendirian turun di ASEAN. Dari 6 negara ASEAN tersebut 4 turun, yang naik 2. Filipina kurang lebih flat. Ini perbandingan RNTH 2019 full year, sama RNTH 2020 year to date. Kalau di Thailand naiknya 18%, itu tertinggi di ASEAN, Filipina hanya naik 0,6%, Singapura turun 7%, Malaysia dan Indonesia sama turun 22%, Vietnam turun 53%. Jadi kalau dibilang turun ya memang turun, tapi secara regional juga turun.

Ini terjadi penyebabnya bisa macam-macam. Kalau kami lihat antara transaksi institusi dan ritel itu turunnya sama. Institusi itu turun sekitar 30%, ritelnya turun 32%. Kalau kita lihat si bond yield kita kan turun terus, artinya harga obligasi naik, ya mungkin banyak yang investasi di sana.

Apakah ada pengaruh kejadian belakangan ini, pasti iya ada pengaruhnya. Dalam hal misalnya kasus Jiwasraya, itu pasti ada dampaknya juga, tapi secara general marketnya turun.

Di tengah perkembangan pasar modal yang begitu masif dari sisi jumlah investor maupun emiten, apa saja yang sudah dilakukan BEI untuk melakukan perlindungan investor?
Sebenarnya banyak, paling mudah misalnya penetapan UMA (unusual market activity). UMA itu pada dasarnya adalah sinyal, bahwa investor itu perlu berhati-hati terhadap suatu saham. Walaupun masalahnya UMA terkadang diterjemahkan kebalikannya, kalau ada UMA oh ini saham lagi digoreng.
Jadi kita mesti lihat juga motivasi dari investor ritel tersebut, apakah motifnya berinvestasi atau berspekulasi. Kalau motifnya berspekulasi ya monggo. Tapi kita sudah memberikan warning. Di luar UMA ada suspensi untuk cooling down, ada suspensi yang bisa lebih lama, kalau itu sudah jelas. Yang terakhir yang sudah kita terapkan tahun lalu adalah notasi khusus. itu dasarnya sekali lagi salah satu cara kita untuk memberikan informasi kepada investor. Terutama investor ritel. Kalau investor institusi kalau investor institusi yang investasinya benar, mereka punya perangkat. Punya riset, punya komunikasi dengan brokernya. Jadi ada semacam SOP untuk berinvestasi.

Berarti ada yang salah dengan investor kita, ketika sudah dikasih sinyal tapi mereka tetap membeli saham yang diduga digoreng?
Kalau itu investor spekulan, ya kita tidak bisa menghalangi mereka. Kan motivasi untuk berinvestasi di bursa efek kan macam-macam. Ada yang motivasinya investasi ada yang pure spekulasi. Kalau spekulasi ya kalau rugi jangan teriak-teriak.
Belakangan beredar isu saham gorengan lantaran skandal Jiwasraya, bagaimana menanggapi hal itu? Benarkah ada saham gorengan?
Sebenarnya UMA itu sudah warning, bahwa ada sesuatu yang tidak sesuai antara pergerakan harga saham dengan fundamental perusahaan dan informasi yang ada, yang disampaikan ke market. Kalau misalnya ada perusahaan kecil tiba-tiba dapat order besar dengan alasan tertentu, kalau harganya naik dengan informasi yang sudah disampaikan melalui keterbukaan informasi enggak akan kena UMA, karena jelas alasan kenaikannya.
Tapi kalau tidak ada alasan jelas, ya itulah yang suka disebut oleh para pelaku pasar sebagai yang digoreng. Jadi ada kesenjangan antara pergerakan harga saham dengan fundamentalnya dan informasi yang diterima oleh pasar.

Tantangan kami di BEI dan para SRO secara terus menerus memberikan edukasi tentang bagaimana cara berinvestasi yang sehat atau proper seperti investor lain di negara-negara yang lebih maju. Tapi saham-saham seperti itu tidak hanya di Indonesia, di Hong Kong itu banyak. Jadi tergantung dari behavior dari investor itu sendiri. Tinggal kami di sini memperbaiki market conduct.

Kita akui bahwa kedalaman pasar kita, pengetahuan investor memang terbilang awam jika dibandingkan dengan produk perbankan. Jadi memang tantangan kita bagaimana kita continue memberikan edukasi. Tapi soal pengawasan itu tetap jalan seperti biasa.
lanjut ke halaman berikutnya


Lalu seperti apa tips untuk investor saham yang masih awam agar tidak terjebak di saham gorengan?
Investasi di saham itu adalah investasi yang memiliki risiko dibanding dengan misalnya deposito. Jadi informasi dasar harus tetap dimiliki. Kalau misalnya mau berinvestasi dan belum memiliki pengetahuan yang cukup. Caranya misalnya beli produk dari manajer investasi yang memiliki reputasi yang baik, kedua beli ETF karena itu tracking terhadap indeks. Ketiga fokus dulu ke saham-saham misalnya yang ada di IDX80 atau LQ45, kita nggak jamin tidak akan rugi, mungkin saja rugi kalau market turun dengan alasan tertentu, tapi paling tidak saham-saham di LQ45 dan IDX80 telah dilakukan penyisiran yang menurut kami cukup baik.
Tidak terlepas kemungkinan dan banyak sekali sebenarnya saham-saham di luar LQ45 dan IDX80 itu yang bagus, tapi untuk bisa berinvestasi di situ diperlukan riset. Baik riset dilakukan sendiri atau bertanya ke brokernya.

Kabarnya BEI akan mengeluarkan aturan terkait market maker, bisa dijelaskan terkait hal itu? Apa bedanya dengan praktik goreng saham?
Market maker itu suka dikenal dengan nama istilahnya liquidity provider, secara gampangnya BEI mengidentifikasi saham-saham yang dianggap memiliki fundamental yang baik. Tapi dengan alasan tertentu saham-saham itu tidak likuid. Kemudian kami menawarkan list saham-saham itu kepada anggota bursa, mau nggak kalian jadi market maker. Ada kewajibannya, yaitu harus menyediakan kuotasi baik itu beli maupun jual dengan range tertentu.

Di lain pihak kita juga memberikan mereka keleluasan dalam hal, pertama kemungkinan levy-nya (biaya transaksi yang dikenakan kepada investor setiap melakukan transaksi jual beli saham atas penggunaan jasa atau fasilitas transaksi Bursa) untuk transaksi saham tersebut bisa dikurangi atau mungkin dihilangkan. Kedua otomatis kalau mereka menjaga likuiditas tersebut kami tidak akan menjatuhkan UMA. Karena mereka sudah declare bahwa mereka hadir sebagai market maker.

Kita juga akan mengadopsi ini kita pikirkan bagaimana supaya orang ini tahu bahwa saham A, B, C, D punya market maker perusahaan X.

Nanti akan kita formulasikan apa perusahaan yang dianggap likuiditasnya kurang, apa yang kita sebut perusahaan ini fundamentalnya bagus. Ini masih dalam tahap penggodokan. Dalam tahap diskusi kami dengan OJK.

Tapi pada prinsipnya bukan perusahaan jelek yang digoreng jadinya. Jelek dalam arti kata fundamentalnya enggak bagus, kemudian ditunjuk market maker jadi ramai.

Apakah itu bukan berarti BEI menghalalkan praktik goreng saham?
Nggak dong. Ini berbeda, kami kan melakukan monitor. Perusahaannya juga kita yang milih, bukan anggota bursanya yang milih. Misalnya dia ajukan, mau market maker saham X, Y, Z, oh itu nggak bisa.

Bagaimana BEI meyakinkan para investor khususnya investor ritel bahwa pasar modal merupakan tempat investasi yang aman setelah hebohnya kasus Jiwasraya?

Badai pasti berlalu. Ini kan bagian dari proses perbaikan market conduct. Dalam suatu proses ya memang ada pahitnya. Tapi kami melihat dan juga banyak pelaku pasar yang sebenarnya bilang, ini kalau tujuannya untuk perbaikan ke depannya, ya ini adalah mungkin proses yang harus dilalui. Bursa yakin bahwa market conduct yang baik ujung-ujungnya akan mendatangkan investor yang baik juga, dan juga akan memperbaiki kualitas ataupersepsiterhadapBEI.

Hide Ads