Wawancara Khusus Direktur BEI
Mengungkap Saham Gorengan yang Heboh Gara-gara Jiwasraya
Kamis, 30 Jan 2020 06:01 WIB

Bisa digambarkan perkembangan pasar modal saat ini?
Mulai dari yang positif kapitalisasi pasar Indonesia itu sekarang yang tertinggi di 6 ASEAN countries mencapai US$ 530 miliar. Nomor 2 nya Thailand US$ 522 miliar, lalu Singapura US$ 492 miliar, Malaysia US$ 400 miliar, Filipina US$ 262 miliar dan Vietnam US$ 192 miliar.
Kalau bicara RNTH (rata-rata nilai transaksi harian saham), memang kita lagi turun, tapi tidak sendirian turun di ASEAN. Dari 6 negara ASEAN tersebut 4 turun, yang naik 2. Filipina kurang lebih flat. Ini perbandingan RNTH 2019 full year, sama RNTH 2020 year to date. Kalau di Thailand naiknya 18%, itu tertinggi di ASEAN, Filipina hanya naik 0,6%, Singapura turun 7%, Malaysia dan Indonesia sama turun 22%, Vietnam turun 53%. Jadi kalau dibilang turun ya memang turun, tapi secara regional juga turun.
Ini terjadi penyebabnya bisa macam-macam. Kalau kami lihat antara transaksi institusi dan ritel itu turunnya sama. Institusi itu turun sekitar 30%, ritelnya turun 32%. Kalau kita lihat si bond yield kita kan turun terus, artinya harga obligasi naik, ya mungkin banyak yang investasi di sana.
Apakah ada pengaruh kejadian belakangan ini, pasti iya ada pengaruhnya. Dalam hal misalnya kasus Jiwasraya, itu pasti ada dampaknya juga, tapi secara general marketnya turun.
Di tengah perkembangan pasar modal yang begitu masif dari sisi jumlah investor maupun emiten, apa saja yang sudah dilakukan BEI untuk melakukan perlindungan investor?
Sebenarnya banyak, paling mudah misalnya penetapan UMA (unusual market activity). UMA itu pada dasarnya adalah sinyal, bahwa investor itu perlu berhati-hati terhadap suatu saham. Walaupun masalahnya UMA terkadang diterjemahkan kebalikannya, kalau ada UMA oh ini saham lagi digoreng.
Jadi kita mesti lihat juga motivasi dari investor ritel tersebut, apakah motifnya berinvestasi atau berspekulasi. Kalau motifnya berspekulasi ya monggo. Tapi kita sudah memberikan warning. Di luar UMA ada suspensi untuk cooling down, ada suspensi yang bisa lebih lama, kalau itu sudah jelas. Yang terakhir yang sudah kita terapkan tahun lalu adalah notasi khusus. itu dasarnya sekali lagi salah satu cara kita untuk memberikan informasi kepada investor. Terutama investor ritel. Kalau investor institusi kalau investor institusi yang investasinya benar, mereka punya perangkat. Punya riset, punya komunikasi dengan brokernya. Jadi ada semacam SOP untuk berinvestasi.
Berarti ada yang salah dengan investor kita, ketika sudah dikasih sinyal tapi mereka tetap membeli saham yang diduga digoreng?
Kalau itu investor spekulan, ya kita tidak bisa menghalangi mereka. Kan motivasi untuk berinvestasi di bursa efek kan macam-macam. Ada yang motivasinya investasi ada yang pure spekulasi. Kalau spekulasi ya kalau rugi jangan teriak-teriak.
Berarti ada yang salah dengan investor kita, ketika sudah dikasih sinyal tapi mereka tetap membeli saham yang diduga digoreng?
Kalau itu investor spekulan, ya kita tidak bisa menghalangi mereka. Kan motivasi untuk berinvestasi di bursa efek kan macam-macam. Ada yang motivasinya investasi ada yang pure spekulasi. Kalau spekulasi ya kalau rugi jangan teriak-teriak.
Belakangan beredar isu saham gorengan lantaran skandal Jiwasraya, bagaimana menanggapi hal itu? Benarkah ada saham gorengan?
Sebenarnya UMA itu sudah warning, bahwa ada sesuatu yang tidak sesuai antara pergerakan harga saham dengan fundamental perusahaan dan informasi yang ada, yang disampaikan ke market. Kalau misalnya ada perusahaan kecil tiba-tiba dapat order besar dengan alasan tertentu, kalau harganya naik dengan informasi yang sudah disampaikan melalui keterbukaan informasi enggak akan kena UMA, karena jelas alasan kenaikannya.
Sebenarnya UMA itu sudah warning, bahwa ada sesuatu yang tidak sesuai antara pergerakan harga saham dengan fundamental perusahaan dan informasi yang ada, yang disampaikan ke market. Kalau misalnya ada perusahaan kecil tiba-tiba dapat order besar dengan alasan tertentu, kalau harganya naik dengan informasi yang sudah disampaikan melalui keterbukaan informasi enggak akan kena UMA, karena jelas alasan kenaikannya.
Tapi kalau tidak ada alasan jelas, ya itulah yang suka disebut oleh para pelaku pasar sebagai yang digoreng. Jadi ada kesenjangan antara pergerakan harga saham dengan fundamentalnya dan informasi yang diterima oleh pasar.
Tantangan kami di BEI dan para SRO secara terus menerus memberikan edukasi tentang bagaimana cara berinvestasi yang sehat atau proper seperti investor lain di negara-negara yang lebih maju. Tapi saham-saham seperti itu tidak hanya di Indonesia, di Hong Kong itu banyak. Jadi tergantung dari behavior dari investor itu sendiri. Tinggal kami di sini memperbaiki market conduct.
Kita akui bahwa kedalaman pasar kita, pengetahuan investor memang terbilang awam jika dibandingkan dengan produk perbankan. Jadi memang tantangan kita bagaimana kita continue memberikan edukasi. Tapi soal pengawasan itu tetap jalan seperti biasa.
Tantangan kami di BEI dan para SRO secara terus menerus memberikan edukasi tentang bagaimana cara berinvestasi yang sehat atau proper seperti investor lain di negara-negara yang lebih maju. Tapi saham-saham seperti itu tidak hanya di Indonesia, di Hong Kong itu banyak. Jadi tergantung dari behavior dari investor itu sendiri. Tinggal kami di sini memperbaiki market conduct.
Kita akui bahwa kedalaman pasar kita, pengetahuan investor memang terbilang awam jika dibandingkan dengan produk perbankan. Jadi memang tantangan kita bagaimana kita continue memberikan edukasi. Tapi soal pengawasan itu tetap jalan seperti biasa.
lanjut ke halaman berikutnya