Bos ASDP Buka-bukaan Pandemi Corona Jangkiti Bisnis Penyeberangan

Wawancara Khusus

Bos ASDP Buka-bukaan Pandemi Corona Jangkiti Bisnis Penyeberangan

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 23 Jul 2020 09:00 WIB
Dirut ASDP Ira Puspadewi
Foto: Dok. ASDP

Bisa digambarkan bagaimana perubahan aktivitas di pelabuhan dari sebelum masuknya COVID-19 ke Indonesia hingga diterapkannya PSBB?
Kalau di ASDP itu ada pelabuhan sebanyak 35, orang gak menyangka kita memiliki pelabuhan sebanyak itu. Kompleksnya ASDP kami mengelola pelabuhan dan kapal, kebanyakan hanya pelabuhan atau kapal saja, tapi dua-duanya.

Selama 2019 traffic passenger-nya mencapai 49 juta orang. Itu 60% ada di lintasan Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebenarnya dengan beberapa program digital yang kita mulai Agustus 2019 itu dengan cashless. Karena pada waktu masa Lebaran itu uang yang beredar di loket bisa mencapai Rp 8 miliar per hari. Kalau di bank mungkin uang segitu biasa saja, tapi kalau di pelabuhan uang sebanyak itu mengerikan. Karena banyak orang lalu-lalang. Jadi mulai dengan cashless.

Kemudian kami lihat di situ prosesnya termasuk bisa baca e-KTP, itu prosesnya hanya 16 detik dari kasih KTP sampai bayar cashless pakai mesin. Kami pikir itu sudah cepat. Karena dalam sejarahnya ASDP pernah menghadapi antrian terparah mencapai 26 km.

ADVERTISEMENT

Biasanya kan kalau musim Lebaran, saat arus mudik sangat besar dari Merak ke Bakauheni, kemudian untuk arus baliknya dari Bakauheni ke Merak. Tapi di 2019 itu dari kedua arus sama-sama besar pada saat yang sama. Jadi pelayanan 16 detik itu ternyata ketika peak season masih ada antrian dan lumayan panjang.

Kalau saya pribadi lebaran pertama di ASDP saya serem sendiri, saya itu nggak tidur karena jagain posko pelabuhan. Saya pikir itu gila juga ya, nggak sehat banget seperti itu. Karena memang di pelabuhan nggak ada yang pasti, kita nggak pernah tahu hari ini berapa kendaraan yang datang, kita hanya tahu trennya.

Ternyata ketika ada tol dari Palembangan ke Bakauheni yang tadinya ditempuh 12 jam jadi 5 jam, ternyata arus kenaikannya sampai 40%. Terutama di akhir minggu, libur panjang, itu tinggi sekali. Kalau seperti itu forecast pasti selalu salah.

Sementara Pak Jokowi menargetkan tahun 2024 Banda Aceh hingga Banyuwangi tersambung tolnya. Nah ini baru nyambung Palembang-Bakauheni aja sudah segitu, kalau sudah full serem banget. Kita tidak bisa memprediksi dan mengatur kapasitas pelabuhan sesuai dengan demand.

Lantas apa yang dilakukan perusahaan?
Karena itu kami mulai 1 Maret mulai memberlakukan reservasi online. Ini reservasi ini bisa dipesan 60 hari sebelum hari H sampai 6 jam sebelum keberangkatan. Bisa di website, di ferizy.com, bisa di aplikasi android, bisa di Alfamart. Ini kita dahulukan di Merak-Bakauheni dan KEtapang-Gilimanuk karena 60% dari total penumpang yang kita layani ada di dua jalur tersebut.

Jadi dengan digitalisasi dan cashless itu kita menjadi lebih akuntabel dan yang paling penting bisa mengatur antrian dengan waktu yang lebih terukur. Jadi orang bisa mengatur kira-kira mau sampai pelabuhan jam berapa itu bisa diatur, bukan datang nunggu berjam-jam.

Target dari digitalisasi itu seperti apa?
Kalau adopsinya sudah penuh, orang dari dari loket sampai naik kapal kira-kira hanya 1,5 jam, itu kalau kondisi lagi antri banget. Beberapa tahun lalu itu bisa sampai 6 jam. Itu kalau dalam keadaan peak, misalnya dalam peak itu penumpang bisa sampai 100 ribu, motor 25 ribu, mobil 20 ribu itu dalam 1 hari.

Sebenarnya di reguler setiap 12 menit ada kapal, cuma karena antriannya banyak sekali, masuknya susah. Tapi dengan waktu yang dia bisa memilih ya pasti dia tidak akan lama menunggunya.

Kita beda sama tol, kalau tol kan ada gerbangnya, abis bayar lancar. Kalau kapal kan batching, 1 batch baru jalan. Terus kenapa si kapal gak bisa 10 menit sekali, ya gak bisa, kan kapal besar sekali, harus cari tempat dengan manuver. Jadi bisa 1-1,5 jam dalam keadaan peak, tapi kalau dalam keadaan bisa lebih cepat.

Kapal juga kan ketika masuk, dia bersandar, terus dia harus keluarkan mobil dan truk, itu butuh waktu setengah jam, penumpang keluar, kemudian masukin lagi kendaraan, itu bisa 1 jam. Jadi karean loading dan unloadingnya yang perlu waktu.

Menurut Anda apa yang paling penting untuk dibenahi di pelabuhan?
Salah satu masalah yang besar dan langsung dirasakan pelanggan adalah antrian, jadi secara operasional memang ada yang harus diselesaikan secara serius. Kemudian yang lain lagi adalah pelayanan. Karena sudah lama ASDP merasa karena didirikan oleh pemerintah, kemudian kita punya armada, jadi seperti kita merasa posisi kita lebih tinggi dari konsumen. Karena saya punya armada, ya anda ikut saya. Tapi nggak bisa lagi, kita harus melayani. Mungkin dulu KPI-nya menyeberang dengan selamat itu sudah bagus, sekarang kita ingin orang menyeberang dengan selamat dan keluar dengan tersenyum. Nah itu kita harus masih belajar lebih, karena harus konsisten.

Bagaimana ASDP bisa bertahan selama masa PSBB?
Menangis. Jadi sebenarnya pada awal tahun itu kita sudah bisa memetik buah dari digitalisasi, jadi pada Januari dan Februari itu kami sudah mencapai 25% dari target laba 2020, bayangkan baru 2 bulan. Tapi ternyata Maret terjadilah ini. Turunnya bisa sampai 80-90% dalam semua kategori. Kalau secara agregat semua lintasan 50%. Tapi untuk logistik turunnya hanya 26%, karena logistik masih jalan. Kita beruntung yang menyelamatkan kita adalah logistik. Walaupun turun juga karena banyak pabrik yang tutup dan konsumsi turun juga.

Tapi nomer satu yang menyelamatkan kita adalah karena kita punya tabungan. Kas kita cukup banyak. Tapi kan tabungan tidak sustainable. Kami buat stress test, kita prediksi kalau kita nggak dapat uang sampai akhir tahun sama sekali, maka kita bisa bertahan hidup sampai pertengahan Juni 2021. Itu dari uang sendiri. Tapi itu nggak sehat juga kan, untungnya masih ada pemasukan dari logistik.

Lalu bagaimana dengan target laba tahun ini?
Kan Januari, Februari, Maret masih bagus, tapi Mei kita sudah rugi, Juni kita rugi Rp 40 miliar. Juni kita untung Rp 320 juta. Untuk target kita induk saja Rp 35 miliar, itu revisi target. Sudah bagus masih bisa untung.


Hide Ads