Kisah di Balik Rumah Mungil di Gang Sempit Cipulir yang Mendunia

Ngobrol Bareng CEO Delution Enterprise

Kisah di Balik Rumah Mungil di Gang Sempit Cipulir yang Mendunia

Herdi - detikFinance
Senin, 21 Sep 2020 10:33 WIB
The Twins/Fernando Gomulya/Delution
Foto: CEO Delution Muhammad Egha/Herdi Alif Alhikam

Bagaimana The Twins bisa masuk ajang internasional, apakah diundang, ada pencari bakat atau bagaimana?
Jadi begini, dulu awalnya sebelum ada The Twins, kami juga pernah memenangi award pada ajang yang sama di tahun 2017, Splow House namanya. Dulu lumayan hype juga, cuma nggak sebesar sekarang, mungkin karena yang sekarang ini di gang sempit ya.

Award-nya sama soal rumah kecil juga. Nah itu kita submit karya kita waktu itu. Untuk The Twins sih kayaknya ya karena kita pernah masuk award itu jadinya kita diundang lagi, kita submit, menang lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Soal material yang digunakan pada rumah The Twins, apakah ada sesuatu yang spesial. Pasalnya, mungkin bagi orang awam The Twins akan terlihat kontras dengan kanan kirinya?
Oh itu nggak ada yang spesial, biasa aja semuanya, material itu tergantung treatment-nya aja. Kita gunakan material yang umum dipakai, nggak ada yang aneh-aneh, tekniknya juga nggak aneh-aneh.

Ini nih kayak lantainya aja ini, cuma acian mentah biasa aja, nggak pakai keramik kan kayak rumah-rumah Jawa zaman dulu begini kan. Kusennya juga, yang dipakai umum aja. Plafon juga gypsum standar-an aja. Nah dinding depannya juga yang kelihatan keren, padahal ini biasa aja, cuma pakai teknik kamprot, jadi kesannya natural aja.

ADVERTISEMENT

Malah ini pintunya aja ada yang cuma pakai triplek lho, cuma treatmentnya beda, kita yang cariin tripleknya cari yang kualitasnya bagus, yang warnanya cerah. Malah ini biasanya minim-minimnya orang pakai HPL lho buat pintu, kita triplek aja bisa bagus.

Nah ini cuma barang-barang biasa, gimana bisa menemukannya? Nah di situ lah fungsinya ada arsitek, kita arahin pakai ini, pakai ini. Orang awam mungkin nggak tahu, cuma kita kan bisa tahu.

Beranjak dari The Twins, seperti apa pandangan Anda terhadap profesi arsitek di Indonesia, seberapa besar masyarakat sadar akan pentingnya kerja arsitek?
Menurut saya masyarakat memang belum aware sama pekerjaan arsitek, jadi hal tersebut terjadi karena adanya gap di masyarakat, di mana seorang arsitek yang bagus kerjanya itu nggak bisa digapai oleh masyarakat. Jadi kayak pengacara, seorang arsitek kalau dia sekali dapat proyek keren namanya naik dia akan menyeleksi lebih ketat pesanannya. Hal itu menurut saya sih wajar, karena memang namanya profesi kan mencari untung, apalagi kalau dia orang money oriented, pasti dia akan cari pelanggannya kalangan mid up.

Nah karena gap ini jadi masyarakat di bawah, katakan lah kalangan mid low, mereka nggak punya kesadaran soal pentingnya peran arsitek. Mereka kadang bangun rumah, bangun aja, perencanaannya kurang. Ketemu arsitek juga arsitek yang kurang mumpuni yang bodong, maka hasil rumahnya nggak sesuai, budget juga berpotensi terbuang. Nah ini lah yang mau disentuh sama Delution, gap ini yang belum terisi mau kita isi. Kita sentuh kalangan mid low.

Kalau boleh cerita, ngerjain rumah-rumah kecil bahkan macam The Twins itu nggak menguntungkan buat kita. Ribet. Budget juga minim jadi pusing juga realisasinya. Tapi kita ini mau idealis juga sesuai dengan new paradigm gitu lho, kita mau ada impact ke masyarakat juga, jadi iconic space itu bisa dilihat dimiliki diterima masyarakat kalangan manapun.

Kami kalau mau untung ya, ya mending ngerjain orderan corporate aja, udah banyak tuh kita garap interior-interior corporate. Itu macam mesin kita sebenarnya buat mendapatkan keuntungan, bisa 10-15 kali lebih untung daripada bikin rumah macam The Twins.

Nah karena gap tadi juga bikin imej arsitek di masyarakat itu ada yang salah, kita dianggap tukang gambar doang. Padahal fungsi kita itu consulting, konsultasi, klien datang jelasin dia mau bikin rumah begini, begini, budgetnya segini, kita arahin nih, mending kayak begini, materialnya pake ini, kita bantu juga rencanakan dananya. Konsultasi, itu yang bikin kita punya harga.

Soal gap tadi saya rasa wajar dan memang begitu adanya, cuma kembali lagi kami DELUTION punya idealisme sendiri, maka kami juga terima aja kalangan low mid. Ya macam The Twins itu lah punya uang Rp 100 jutaan mau bikin rumah datang ke kita.

Pertanyaan terakhir, apakah ada karya DELUTION lainnya yang bakal didorong menuju ajang internasional lagi?
Masih pastinya, karya kita kan banyak. Cuma mungkin pertama saya jelaskan sebelumnya kalau award udah banyak, salah satunya tadi Splow House lebih dulu dari The Twins, di tahun 2017.

Kalau mungkin tahun ini next-nya kita bakal dorong unit cluster perumahan kita buat jadi jagoan. Kan kita punya anak usaha developer, DELUTION Land, ini ada Linaya project pertama kita, cluster di daerah Ciputat, itu isinya ada 30 rumah. Masih progress, targetnya tahun ini atau tahun depan selesai, sekarang sudah 60% kira-kira yang laku.

Nah uniknya ini kita main rumah minimalis lagi, kalau Splow House itu 90 meter luas tanahnya, The Twins 70 meter. Linaya ini lahannya cuma 60 meter luasnya. Ini desainnya kita optimis lagi buat maju ke award berikutnya, mungkin ya paling nggak bisa masuk nominasi lah kalau nggak menang.

Kita semangat juga menyambut produk ini karena ini anak pertama developer kita yang dibentuk 2018, kami yakin ini juga bisa dobrak dunia penyediaan rumah. Yang biasanya biasa-biasa aja, sekarang kita buat bagus begini.



Simak Video "Apakah IHSG Akan Melaju ke 7.300?"
[Gambas:Video 20detik]

(zlf/zlf)

Hide Ads