Jakarta -
Pengembangan ekonomi berbasis inovasi saat ini dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi yang efisien. Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro menceritakan inovasi bisa menjadi salah satu cara untuk tetap bertahan dalam dunia usaha.
Bambang juga mengungkapkan jika Indonesia saat ini memiliki visi 2045 untuk keluar dari daftar negara berpendapatan menengah dan menjadi negara yang berpendapatan tinggi. Kira-kira apa saja inovasi yang dibutuhkan dan sudah dilakukan oleh Indonesia untuk mewujudkan visi 2045?
Berikut kutipan wawancara detikcom dengan Menristek:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bisa dijelaskan konsep innovation driven economy yang sedang didorong oleh pemerintah saat ini?
Pertama kita punya visi 2045 sebagai bangsa dan negara kita harus punya tujuan yang akhirnya bisa perbaiki kehidupan masyarakat. Visi 2045 itu salah satu ambisi kita sebagai negara ketika merayakan 100 tahun kemerdekaan adalah Indonesia menjadi negara maju atau high income country. Nah saat ini Indonesia sedang berada di posisi upper middle income ya berpendapatan menengah atas tapi masih di awal sekali di tahun 2020 ini. Tapi tinggal 25 tahun kita bisa naik kelas dan keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah.
Masalahnya ternyata di dunia yang bisa lolos dari jebakan kelas menengah itu sangat sedikit. Kebanyakan akhirnya stuck artinya benar-benar terjebak dan tidak pernah keluar dan tidak berhasil naik. Kita ingin jadi negara yang sedikit tadi yang bisa lolos.
Nah kebetulan yang saya pelajari negara-negara yang tadi berhasil lolos dari jebakan pendapatan kelas menengah terutama di Eropa Barat dan Asia Timur jauh dan Amerika Utara kuncinya mereka bisa lakukan loncatan dan loncatan itu basisnya inovasi. Negara itu akhirnya berhasil masuk di negara berpendapatan tinggi atau maju karena konsisten melakukan ekonomi yang berbasis inovasi.
Contohnya?
Contoh nyata di Korea Selatan, menariknya Korsel itu tahun 1950an-1960an Korsel itu tahun 50an masuk negara miskin di Asia barengan dengan Indonesia. Mereka selesai perang Korea, Indonesia baru selesai pengalihan kedaulatan dari Belanda.
Nah tetapi tahun 70an Korsel berhasil loncat jadi negara kelas menengah. Indonesia sayangnya akhir 80an itu baru jadi lower middle income nah Korea Selatan di tahun 90an itu mereka naik lagi dari menengah ke negara pendapatan tinggi. Korea itu jadi salah satu negara yang bisa naik kelas dalam waktu cepat.
Korea Selatan bisa kenapa Indonesia tidak? Padahal start-nya sama? Sama-sama negara miskin, Indonesia kaya sumber daya alam kaya biodiversity Korsel nggak punya apa-apa?
Korea memang dari awal sadar dengan kekurangannya itu, karena itu dia fokus pada sumber daya manusia (SDM) penguatan SDM itu ada tujuannya. Disiapkan agar mereka bisa jalankan ekonomi berbasis inovasi, jadi syarat pertama untuk punya ekonomi berbasis inovasi adalah adanya manusia yang jadi talent yang benar benar siap untuk lakukan inovasi. Jangan lupa untuk sampai ke inovasi diperlukan research and development (R&D) yang juga kuat.
Jadi SDM Korsel itu diarahkan untuk R&D menjurus ke inovasi akhirnya Korsel menentukan model pembangunannya dengan ekonomi berbasis inovasi. Sektor andalannya adalah manufaktur. Tapi walaupun hanya manufaktur mereka tak hanya jadi assembly. Tapi dia lebih jauh lagi ingin jadi produsen dari produk manufaktur tersebut. Dia kembangkan merek dan produk development dia lakukan dengan mengedepankan inovasi berbasis R&D.
Dari SDM nya R&D nya sampai inovasi yang berujung product development akhirnya Korea Selatan terkenal sebagai produsen HP terkemuka di dunia. HP Korea itu terkenal di dunia bukan karena harganya murah bukan karena diskon atau macam-macam subsidi. Dia memang karena teknologi baru berkembang terus, fitur baru diperkenalkan. Itu muncul karena lakukan R&D sendiri dia tidak sekadar beli lisensi dari orang lain dia lakukan sendiri itu yang kemudian menjadi ciri khas dia seperti Ericsson di Swedia dan Nokia di Finlandia dan kita lihat hari ini Samsung jadi yang terdepan, karena itu di Indonesia kita harus punya pemikiran seperti itu.
Masalahnya di Indonesia kita ini kaya SDA biodiversity dan sering tergoda fokus di ekstraksi SDA sendiri. Menggali tambang, menanam, dan cepat menjual hasil kebunnya. Justru dari hasil pertanian pertambangan itu di situlah inovasi berperan. Seharusnya dengan pendekatan R&D teknologi apapun hasilnya di SDA kita di pertanian maupun pertambangan di situlah inovasi harusnya berperan sehingga nantinya Indonesia bisa tetapkan ekonomi berbasis inovasi dan mengedepankan SDA.
Kalau Korea bisa lakukan tanpa SDA harusnya kita punya kemampuan itu. Sekarang kita revolusi industri ke-4 harus sejalan dengan revolusi industrinya sendiri. Misalnya ekonomi kreatif digital. Kita tampaknya akan menjadi ciri ekonomi Indonesia berbasis inovasi ke depan dan bawa Indonesia keluar dari middle income trap di 2045.
Berapa besar anggaran untuk riset dan development yang ada di Indonesia? Apakah sudah memadai?
Mungkin saya gunakan tidak anggaran ya karena seolah ini urusan pemerintah. Saya gunakan investasi dan pengeluaran untuk R&D. Di Indonesia realisasi hanya 0,25%, Korea Selatan tadi yang terdepan di dunia 4,3%. Jadi Korea untuk investasi R&D total 4,3% dari GDP dan jangan lupa GDP Korea masih lebih besar. Perbedaan secara absolut. Bukan itu yang terpenting, harus dibedah lagi.
Di Indonesia yang 0,25%, itu 80% dari pemerintah 20% dari luar pemerintah termasuk swasta dan industri. Korea 4,3% itu 70% dari swasta, pemerintah hanya 30%.
Jadi keberhasilan inovasi kalau dilihat dari pembiayaan itu tidak berarti bahwa semakin besar anggaran pemerintah inovasi kita berkembang cepat justru yang penting adalah sektor swasta mau besar di R&D inovasi di Indonesia akan berkembang cepat. Ikuti pola Korea tadi, siapa yang butuh inovasi? Pemerintah itu posisinya fasilitasi dorong inovasi ekosistem inovasi itu sendiri. Yang butuh inovasi yang punya motif dorong inovasi adalah swasta. Kan mereka ingin eksis di market ya butuh kompetitif, dia harus punya produk untuk lakukan pembaruan, produk ga itu itu aja dan terus berkembang.
Contohnya HP itu cepat sekali berubahnya, kalau satu merek bisa satu tahun sekali. Tapi kalau berbagai merek ini bisa sebulan sekali. Nah kebaruan inilah dari kebutuhan inovasi bagi perusahaan swasta dan industri yang paling butuh. Industri mau invest lebih banyak untuk R&D agar lahirkan inovasi bagi mereka.
Dalam lakukan R&D mereka bisa bikin unit sendiri seperti perusahaan besar di dunia dan kerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Kita nggak bicara dari anggaran pemerintah dan APBN tapi seberapa jauh swasta masuk ke R&D.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Apakah Indonesia punya insentif untuk pelaku usaha yang gencar melakukan R&D di Indonesia? Jika iya apa saja insentifnya?
Memang ada satu yang belum kita punya, yaitu tax insentif yang signifikan bagi swasta agar mau invest di R&D. Tapi sekarang kita sedang selesaikan Peraturan Menteri Keuangan soal super tax deduction mudah mudahan itu bisa dorong. Kenapa perlu insentif? Karena swasta itu melihat R&D sebagai hal yang berisiko karena bukan berarti kalau punya R&D bisa langsung ada product development yang membuat produk bersaing bisa gagal juga, atau produknya mengecewakan. Nah risiko itu harus dikompensasi dengan insentif.
Rancangan PMK yang digodok adalah berikan tax deduction sampai 300%. Misal perusahaan kamu 1 juta dolar untuk R&D maka nanti pajak badannya bisa dikurangi 3 juta dolar ini diharapkan menarik. Negara lain di ASEAN berikan itu 200-400%. Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Jadi kalau kita tidak berikan, kegiatan riset dari swasta industri itu dilakukan di negara itu, karena dapat fasilitas di situ. Upaya kami menarik sebanyak mungkin tarik swasta jadikan R&D sebagai daya tarik negara kita. Selain bisnis utama mereka.
Lalu negara mana saja yang sudah sukses menerapkan ekonomi berbasis Inovasi?
Sebenarnya begini kalau saya tarik dari sejarahnya. Inovasi sejalan dengan revolusi industri akan lahirkan inovasi. Inovasi pertama mesin uap yang ditemukan oleh James Watt. Saat itu mesin uap adalah inovasi yang luar biasa karena ciptakan kebaruan yang luar biasa sekali karena sebelumnya dilakukan secara manual.
Kemudian berubah jadi mesin uap, artinya tenaga yang dihasilkan uap. Artinya ada inovasi yang membuat kenapa Inggris sempat jadi superpower dunia saat itu sebelumnya superpower karena kekuatan AL-nya. Ketika James Watt temukan mesin uap dia jadi superpower ekonomi.
Revolusi industri kedua oleh Thomas A Edison dia orang AS. Listrik hasil inovasi itu membuat AS jadi negara terkemuka di dunia. Jadi terdepan dan hebatnya AS dia tetap jaga kekuatan R&D nya sampai revolusi ketiga komputer di seluruh dunia.
Ketiga ada Microsoft dan Apple ini muncul dari AS. Revolusi industri keempat melahirkan banyak inovator baru di bidang kreatif dan digital. Seperti Amazon, Google, Facebook dan perusahaan yang lebih kreatif atau IKEA dari Swedia.
Itu yang lakukan inovasi sesuai zamannya itu revolusi industri keempat. Negara mana yang melakukan? Negara yang maju dan negara yang mau maju contoh Korea tadi. Korea itu lakukan terobosan inovasi di akhir revolusi industri kedua dan awal revolusi industri ketiga.
Jepang bisa berubah jadi ekonomi kedua terbesar karena dia jalankan ekonomi berbasis inovasi khususnya di otomotif dan elektronik. Dia ciptakan inovasi untuk bersaing dengan AS. Kita banyak belajar dari Jepang dan Korea. Jepang belajar bikin mobil dari AS tapi dia nggak cukup hanya dari Ford, Chrysler, dan General Motors. Di situ dia kembangkan inovasinya. Mobil Jepang ada ciri yang berbeda, mobil Jepang jadi market leader bukan lagi AS.
Inovasi itu muncul karena kemampuan industri baca kebutuhan market. Ini saya ambil contoh mobil Jepang. Kenapa dia bisa kuasai pasar dan geser AS. Ya kalau di tahun 50an itu mobil besar ya bahan bakarnya pasti boros dan membutuhkan space jalanan yang juga relatif lebar.
AS penghasil minyak, jual minyak nggak ada masalah. Daya beli AS bagus, kalau naik nggak masalah. Orang AS besar-besar dan utamakan kenyamanan dia ingin mobilnya besar. Setelah tahu dia mikir yang butuh mobil bukan hanya AS makanya Jepang sasar Asia.
Orang di Jepang waktu itu tidak sebesar di AS. Jepang tidak punya BBM tidak hasilkan minyak. Kalau mobilnya boros dia tidak feasible. Maka lahirlah mobil Jepang kecil, hemat bensin dan cocok untuk keperluan orang Asia terutama. Muncul trademark mobil Jepang hasil inovasi, akhirnya mengalahkan mobil AS sendiri.
Saya sampaikan inovasi itu bukan hal baru, inovasi sudah ada revolusi industri pertama. Dinamis dan berkesinambungan. Karena kalau inovasi berhenti anda pasti tersusul.
Waktu HP pertama kali populer akhir 90an tahun 2000an. Orang semua bilang Nokia, saat itu populer dan inovatif untuk zamannya. Tapi dia tidak inovasi tahapan berikutnya. Dia bukan yang pertama ciptakan smartphone, hal hal kecil ini akhirnya menggerogoti market share Nokia, smartphone makin banyak kamera makin canggih, aplikasi banyak. Akhirnya Nokia yang terlambat akhirnya dia out dari smartphone dan itu kalah dari Apple dan Samsung. Inovasi tidak boleh berhenti terlalu lama, harus jalan terus, bukan berarti untuk selamanya.
Semakin modern semakin pendek umur teknologi, Kecuali yang revolusioner. Jadi intinya negara-negara yang disebut negara maju ini, memang yang sangat maju dengan inovasinya. Swedia itu negara 10 juta orang tapi dia sangat maju dalam inovasinya dan dianggap paling inovatif. Dia produknya ikuti revolusi industri kedua, dengan produk Volvo dan Ericsson selalu ikuti perkembangan zaman. Dia temukan Skype kemudian bluetooth kemudian juga yang kedua Spotify. Kelihatannya sepele tapi itu inovatif, karena itu Swedia terdepan untuk inovasi, dia juga kembangkan ke ekonomi kreatif.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Kamu tahu kan H&M itu kan fashion yang mengembangkan Swedia. Orang terkaya di Swedia saat ini nggak ada pabrik garmen. Kuncinya dia pegang kreatifnya dalam bentuk riset desain fashion dia kembangkan desain fashion yang cocok untuk anak muda, musim dan kebutuhan. Dia tahu persis yang harus dipahami yang dapat nilai tambah terbesar ini adalah pemegang merk yang lakukan produk development.
Yang pegang desain itu yang nilai tambahnya besar. Bukan di pabrik, yang besar adalah brand desain dan product development. Swedia luar biasa baik H&M dan IKEA yang produsen furnitur. Bukan karena furnitur besar dia buat desain di awal dan marketing di akhir. Distribution itu terakhir dari IKEA.
Di tengahnya proses produksi berbagai pabrik di Indonesia. Paling kaya di Indonesia bukan bagian tertentu di furnitur IKEA. Di situ esensi ekonomi dan inovasi. Kita kuasai hulunya karena hulu di sini yang ada di sumber daya manusianya produk development.
Bagaimana upaya pemerintah untuk mengarahkan SDM orang Indonesia agar fokus kepada pengembangan teknologi?
Di revolusi industri keempat, manusia Indonesia sudah punya basic talent ya terutama di segi kreatifnya ada sudah punya kemampuan, sedangkan digitalnya. Punya kemampuan cuma memang secara kuantitas kurang. Kita masih perlu tambah jumlah orang, teknisi engineer, maupun pengusaha yang mau kembangkan ekonomi kreatif dan digital.
Ada tiga kelompok. Pertama teknisi yang lahir dari sekolah vokasi. Engineer dan programmer lahir dari university. Pengusahanya kalau hanya teknisi dan engineer kita istilahnya lebih ke ahli komputer tapi nggak bisa naikkan nilai tambah, karena perusahaannya milik orang lain. Esensi inovasi yang punya brand dan product development dan desain itu yang paling kaya.
Selain cetak lebih banyak teknisi di sekolah vokasi kita kalau bisa heavy ke digital apakah coding dan lainnya. Engineering juga penting, product development datangnya dari pengusaha tapi kan harus ada yang mengerjakan.
Yang bisa bawa teknologi ke market jadikan produk kompetitif harus ada entrepreneur-nya. Startup itu pengusaha yang berbasis teknologi. Dengan startup diharapkan makin banyak yang lahir di Indonesia. Kita kekurangan pengusaha yang mau masuk ke bidang digital dan kreatif tadi. Karena risiko besar. Bisa lihat bagaimana perkembangan zaman itu pengaruhi orang terkaya di dunia.
Waktu revolusi industri ketiga Bill Gates itu nggak ada lawannya jadi orang terkaya. Tapi begitu revolusi industri keempat Jezz Bezos Amazon langsung core digital dan product development dari Amazon sendiri. Orang-orang ini pasti melakukan riset, meskipun marketing riset dan menghargai riset. Itu pengusaha yang kita inginkan. Yang inovatif dan mau bawa hasil riset suatu produk dan daya saing bagi mereka.
Berapa banyak startup yang dibutuhkan oleh Indonesia agar bisa mendorong ekonomi berbasis inovasi?
Begini kalau startup bisa jumlah dan kualitasnya, kalau saya lihat secara jumlah makin banyak di program kami Kemenristek Inovasi Indonesia. Banyak teknologi digital untuk mencoba bawa produknya yang bisa menembus pasar. Kita juga ingin jadi semakin besar. Ada startup yang masuk jajaran orang terkaya lah misalnya.
Saya yakin gairah jadi startup pasti lebih tinggi dari Indonesia. Karena yang kuasai aset di AS itu ya Google dan Facebook mulai dari mahasiswa langsung ciptakan bisnis yang besar. Tentu itu diharapkan akan menular ke startup lainnya.
Intinya segi jumlah butuh banyak. Kalau dari segi jumlah belum tahu jumlah berapa. Indonesia kekurangan entrepreneur. Ya kalau 1% dari jumlah penduduk ya mayoritas inginnya startup karena untuk masa depan akan semakin kuat persaingannya. Pengusaha berbasis teknologi ini yang akan melampaui persaingan di masa depan.
Kita harus dorong pengusaha yang mantap di bidang teknologi ini bisa naik ke atas. Indonesia itu kalau orang terkaya relatif statis ya, dari zaman saya kuliah dulu profilnya nggak banyak gonta-ganti ranking aja. Dari nama pengusahanya, grup usaha, bidang usahanya nggak terlalu dinamik. Tapi yang minyak mungkin agak surut, kalau dulu ritel tidak diperhitungkan tapi sekarang jadi kuat.
Tidak seperti di AS atau Swedia. Dulu mungkin di Swedia yang kaya yang punya Volvo, tapi sekarang yang kaya H&M. Di Jepang itu kan ada merk Toyota, Sony segala macam. Tapi sekarang orang terkaya di Jepang pemilik Uniqlo. Meski ritel ini ritel yang beda kedepankan ekonomi kreatif.
Diharapkan Indonesia ada pergerakan seperti ini lebih banyak contoh sukses yang jadi unicorn dan decacorn. Ketika nama dimasukkan ke daftar orang terkaya top 50 aja belum mungkin. Masih sektor ritel, rokok dan bidang lainnya.
Apakah inovasi berbasis teknologi ini bisa membuat masyarakat sejahtera? Bagaimana caranya?
Segala macam produk yang menggunakan pendekatan teknologi. Ini membuat masyarakat nyaman sebagai pengguna. Teknologi digital yang awalnya disebut menciptakan pengangguran, tapi sebenarnya efisiensi.
Ada startup yang dibina untuk mengembangkan nelayan. Selama ini nelayan dari laut ikan segar dijual ke pelelangan ikan atau pedagang perantara. Kalau itu kan masih panjang jalannya. Dia akan ke wholesaler yang besar, ritel ke pasar dan baru ke supermarket restoran dan pembeli akhir.
Kesejahteraan akan jelek dan jadi kelompok termiskin. Bukan karena salah mereka tapi karena rantai tata niaga yang panjang. Nah di akhir ini pembeli juga mendapatkan harga yang tinggi mahal.
Dengan pendekatan digital, nelayan tangkap ikan segarnya, dengan marketplace dia bisa jual langsung di akhir. Ada ikan tuna dan kerapu bisa langsung beli dan dideliver dan nanti si perusahaan digitalnya itu harus siapkan delivery servis yang dibuat adalah jenis kerjaan baru yang ciptakan lapangan kerja baru.
Ikan kan bukan pekerjaan biasa tapi khusus harus ada cold storage moveable yang bisa tahan ke pembeli akhir. Kalau rantai tadi dipotong dengan digital bisa sejahtera petani atau nelayan, customer juga bisa beli dengan harga lebih murah.
Produsen income lebih besar, konsumen harganya lebih rendah. Jadi dua duanya lebih baik kan kalau dengan rantai niaga yang panjang. Banyak sekali manfaat digital. Dalam masa pandemi ini yang selamatkan ekonomi digital less contact ekonomi. Bisa dilakukan pembelian online delivery sistem logistik dan bisnis jalan transaksi jual beli terjadi dan tetap bisa produktif di bidangnya masing-masing. Kita harus melihat kehadiran inovasi di bidang teknologi digital akhirnya kenyamanan konsumen dan kesejahteraan masyarakat sendiri.
Indonesia sudah berhasil menciptakan alat kesehatan pendeteksi Corona, bagaimana ke depan? Apalagi yang akan dikembangkan?
Begini, untuk inovasi itu jangan berhenti, kalau jedanya terlalu panjang maka akan ada orang lain yang melakukan. Sama juga seperti membuat alat ini, relatif singkat 3-4 bulan untuk tes menggunakan antibodi.
Ventilator, PCR, dan produk lainnya. Kita tidak boleh berhenti. Rapid test ada yang lebih akurat lebih tinggi sensivitasnya. Di alat rapid test yang terbaru ini membantu tahu kondisi kita yang sebenarnya tapi ini masih antibodi ya.
Sekarang lebih berkembang lagi antibodi diperbaiki sudah ada inovasi baru dari UGM GeNose apakah dia terinfeksi dari hembusan napas, cukup hembuskan napas kita nanti dianalisa mesin berbasis AI kurang dari 2 menit apakah orang ini COVID atau tidak. Ini sudah uji klinis tahap 1 97% akurasinya. Kita ingin uji klinis yang lebih besar dan komprehensif dibandingkan PCR test sehingga ketahuan berapa sebenarnya.
Rapid swab test, bukan dari darah tapi swab kita dimasukkan ke cairan tidak terlalu lama hasilnya keluar. Kalau keruh positif COVID dan kalau tidak keruh negatif. Ini sedang dikembangkan oleh LIPI dalam waktu 2 bulan ke depan baik GeNose ini bisa segera dipakai membantu testing dan tracing.
Berapa kali uji klinis lagi GeNose bisa digunakan secara massal?
Tahap kedua ini terakhir, uji klinis tahap 1 ini sesudah orang itu ketahuan misalnya positif dan dicek napasnya. Jumlahnya lebih banyak pertama 1 rumah sakit di Yogya dan kedua 10 rumah sakit di pulau jawa.
Kalau jadi relawannya ini kamu swab lalu hembuskan nafas. Nanti hasil swab dan hembusan nafas ini akan dianalisa keluar oh negatif setelah itu dilihat hasil swabnya nah negatif juga berarti konsisten GeNose dan PCR test kira kira itu uji klinis tahap dua. Kita harapkan percepat waktunya dan sampelnya lebih banyak. Mesinnya itu kan AI, kelebihan mesin learning dia belajar dan tidak hanya deteksi saja. Karena data yang masuk makin banyak, ada big data dari hembusan nafas orang-orang ya. Dia mesinnya belajar makin banyak data dan makin banyak belajar dan makin akurat