Sri Mulyani di Antara Utang, Pandemi, dan Manusia Setengah Dewa

ADVERTISEMENT

Blak-blakan Menkeu Sri Mulyani Indrawati

Sri Mulyani di Antara Utang, Pandemi, dan Manusia Setengah Dewa

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 09 Des 2020 14:27 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Pandemi COVID-19 juga ikut mempengaruhi kehidupan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Eks direktur Bank Dunia tersebut dihadapkan pada pengelolaan APBN yang super ketat dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Kepada detikcom, Sri Mulyani membeberkan formulanya dalam mengelola APBN di masa pandemi, utang pemerintah hingga mencegah praktik korupsi dalam pengadaan vaksin COVID-19. Sri Mulyani juga berbagi cerita bagaimana dirinya menjadi 'manusia setengah dewa' dalam menjalankan aktivitasnya selama pandemi, termasuk marathon meeting virtual dari pagi ke pagi.

Berikut wawancara lengkap tim Blak blakan detikcom bersama Sri Mulyani Indrawati.

Sudah masuk Desember, prospek ekonomi 2021 seperti apa. Capaian Kuartal III sudah oke. Kuartal IV dan 2021 akan seperti apa?

Ya kalau kita lihat kinerja ekonomi yang mengalami pembalikan dalam hal ini dari kuartal II ke kuartal III itu salah satu yang cukup signifikan untuk penyumbang dari pemulihan itu dari APBN. Maka kalau kita lihat APBN kita untuk 2020 itu defisitnya besar dan konsentrasi belanjanya memang cukup banyak pada triwulan III ini dan kita masih melihat untuk kuartal IV selain belanja negara yang masih bisa akan diselesaikan juga belanja di daerah, karena APBD juga cukup besar kita lihat 57% dari total nasional kita itu adalah APBD di daerah.

Saya memahami di daerah ada sebagian yang alami Pilkada, namun saya berharap akan tetap bisa menjalankan program-program terutama yang melayani masyarakat, entah itu untuk kesehatan, untuk bantuan sosial, entah itu untuk bantu dunia usaha. Karena itu yang kita lakukan dengan APBN 2020 juga begitu, kita pakai untuk melakukan di bidang kesehatan, menangani dari mulai membantu tenaga kesehatan, membantu rumah sakit, biaya perawatan yang terkena COVID, sampai dengan ini sekarang untuk impor vaksin atau untuk penanganan berbagai tes.

Namun saya ingin juga sampaikan walaupun kita melakukan langkah-langkah itu untuk perekonomian balik, ini hanya bisa jalan kalau COVID nya bisa terkendali, dan untuk bisa mengendalikan COVID peranan masyarakat itu penting banget, 3M itu tetap kita harus lakukan, pakai masker, untung kita karena secara virtual makanya kita tidak perlu pakai masker, kalau tidak kita harus pakai masker, jaga jarak dan kalau itu kita tidak salaman, meski tidak salaman saya tetap habis itu cuci tangan. Jadi masker, menjaga jarak, mencuci tangan itu tetap harus dilakukan kita semua.

Prospeknya kalau tahun 2020, kita memperkirakan perekonomian masih diantara minus 1,7% hingga minus 0,6%. Artinya di kuartal V mungkin kita masih di sekitar nol, sedikit di atas atau di bawah 0%, sehingga keseluruhan tahun masih minus 1,7% sampai minus 0,6%, keseluruhan pertumbuhan ekonomi kita.

Tahun depan kita masih berharap lebih baik, meskipun kuartal I mungkin masih berat. Karena kalau kita lihat siklus dari COVID ini masih cukup meningkat, terutama dengan Desember dengan adanya Pilkada, adanya liburan panjang dan berbagai kegiatan yang biasanya ditingkatkan pada akhir tahun memang risiko penularan COVID juga ikut meningkat, inilah yang kita harus waspadai. Sehingga kuartal I bisa saja Januari kita akan alami dampak dari kondisi saat ini. Namun kita akan menggunakan instrumen terutama APBN betul-betul menjaga keseluruhan kepentingan, kalau bapak Presiden menggunakan kata-katanya gas dan rem. Nah APBN itu bisa fasilitasi remnya pada saat di rem maka kita harus masuk untuk memberikan bantuan, kalau lagi di gas kita juga masuk untuk memberikan bantuan supaya sektor usaha bisa pick up.

Klik halaman selanjutnya.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT