Setumpuk PR di Balik Rencana Larang Warga DKI Sedot Air Tanah

Wawancara Khusus Dirut PAM Jaya

Setumpuk PR di Balik Rencana Larang Warga DKI Sedot Air Tanah

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 15 Okt 2021 07:00 WIB
Direktur Utama PAM Jaya Priyatno Bambang Hernowo
Foto: Dwi Andayani/detikcom
Jakarta -

Direktur Utama PAM Jaya Priyatno Bambang Hernowo membeberkan setumpuk pekerjaan rumah (PR) di balik rencana pemerintah pusat melarang warga DKI Jakarta menggunakan air tanah. PR tersebut harus dibereskan oleh BUMD penyedia air minum di ibu kota RI.

Seperti diketahui, pemerintah pusat belum lama ini menyampaikan rencana untuk melarang warga DKI Jakarta menggunakan air tanah. Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti.

Dia mengatakan sudah ada pembahasan terkait hal tersebut. Nantinya ada beberapa sumber air yang bisa digunakan misalnya dari Jati Luhur, Serpong, sampai Juanda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal ini karena Jakarta tidak punya sumber air baku. Makanya masyarakatnya masih pakai air tanah," kata dia dalam konferensi pers di Kantor Kementerian PUPR pada 4 Oktober 2021.

Dia mengungkapkan ditargetkan tahun 2024 rencana tersebut bisa tercapai. Hal ini demi mengurangi penurunan muka tanah di Jakarta. Lebih lanjut dijelaskannya konsumsi air tanah harus dikurangi untuk mencegah penurunan muka tanah.

ADVERTISEMENT

Kepada detikcom, Direktur Utama PAM Jaya, Priyatno Bambang Hernowo membeberkan PR yang harus dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi seluruh warga Jakarta.

Berikut wawancara lengkapnya.

Terkait rencana larangan bagi warga DKI menggunakan air tanah, PAM Jaya selaku penyedia air di Jakarta menyikapinya bagaimana?

Ini artinya menjadi tantangan dan PR bagi PAM Jaya walaupun itu memang menjadi rencana strategis kita bagaimana kemudia kita bisa memenuhi akses layanan air minum 100%. Kan yang penting gitu karena kami yakin bahwa dengan kita menyediakan itu maka dampaknya akan sangat besar baik secara ekonomi lingkungan itu sangat berpengaruh.

Ekonomi dalam hal ini adalah ketika saya kemudian bisa mendapatkan akses layanan air minum perpipaan dari pamjaya maka itu jauh lebih terjangkau daripada kemudian mereka atau warga itu mendapatkan dari partikelir atau swasta lewat gerobak-gerobak itu. Katakanlah dalam sebulan itu mereka spending Rp 600 ribu itu bisa kemudian sampai Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Jadi ada penurunan spending domestiknya terhadap kebutuhan air minum perpipaan apabila mereka bisa terlayani.

Beberapa contoh yang saat ini memang mereka sebelumnya belum mendapatkan air minum perpipaan terus mendapatkan air minum perpipaan secara spending itu turun hampir 1/4 nya. Itu secara ekonominya. Secara lingkungannya sendiri ketika ada ekstraksi air tanah, terutama air tanah dalam itu akan terjadi penurunan muka tanah maupun penurunan muka tanah. Itu yang kemudian walaupun Jakarta itu penurunannya masih ada tapi terjadi perlambatan terhadap penurunan muka tanah tadi, karena memang kemudian ada beberapa peraturan yang bisa memberikan memberikan disinsentif terhadap penggunaan air tanah dalam itu. Itu yang terjadi di Jakarta.

Tapi itu belum cukup, kita masih kemudian membutuhkan air yang sedemikian banyak untuk bisa memberikan akses 100% kepada warga DKI. Ini sejalan dengan apa yang kita rencanakan initiative strategic kita untuk bisa memberikan layanan air minum perpipaan kepada seluruh warga DKI Jakarta.

Saat ini infrastruktur pendukungnya sendiri termasuk dari sisi perpipaannya bagaimana kesiapannya?

Kita biasa ada parameter yang merupakan KPI (key performance indicator/indikator kinerja) utama kita, sudah KPI, utama lagi, itu adalah cakupan layanan. Jadi cakupan layanan itu dihitung dari warga yang jadi pelanggan air minum perpipaan dibagi dengan jumlah penduduk Jakarta. Saat ini kita baru 65% yang sudah kemudian menjadi pelanggan. Artinya bisa jadi kemudian pipanya sudah di depan rumah tetapi mereka nggak mau jadi pelanggan. Itu nggak kita hitung. Ini betul-betul orang yang sudah mendapatkan akses layanan air minum perpipaan, sudah menjadi pelanggan, itu 65% menurut perhitungan kita. Tapi kemudian ada hitungan yang berdasarkan BPS, katakanlah satu rumah tangga itu 3,8 itu kita baru 45%. Itu baseline kita itu satu rumah tangga 6 orang.

Jaringan pipanya sendiri sudah menjangkau seberapa banyak wilayah?

Ada beberapa daerah yang memang belum kita jangkau ya. Artinya Jakarta Barat, Utara dan Jakarta Selatan. Problem terbesarnya yang menjadi prioritas kita adalah Jakarta Barat dan Utara karena praktis memang tidak ada akses atau alternatif terhadap kebutuhan air mereka selain kemudian yang berasal dari gerobak-gerobak swasta atau tangki-tangki air swasta itu. Kalau yang selatan balik lagi, selatan tadi memang sebagian besar masih bisa memanfaatkan air tanah dangkalnya ya, kalau dalam mungkin nggak terlalu banyak tapi yang dangkal yang banyak.

Secara persentase, berapa persen warga DKI yang belum tersentuh jaringan pipa air?

Jadi kalau kita bicara tentang aset, saya tadi bicara tentang cakupan layanan berdasarkan pelanggan. Tapi sebetulnya ada jaringan perpipaan yang sudah tersedia di depan rumah tapi mereka nggak mau jadi pelanggan, warga nggak mau jadi pelanggan karena masih menggunakan katakanlah air tanah dangkal dan mereka masih reliable dengan itu. Nah itu dua hal yang berbeda. Jadi ini adalah ukuran adminstratif, ini ukuran teknis. Nah ini kira-kira ada perbedaan sekitar 5%. Jadi kalau kita lihat kapasitas asetnya kita itu bisa kemudian masih bertambah sekitar 4%. Jadi 69% warga itu bisa terpenuhi kalau mereka kemudian jadi pelanggan kita semua dengan aset atau jaringan perpipaan yang sudah ada.

Artinya masih ada 31% yang belum terjangkau pipa air?

Jadi range-nya 31% sampai 35% karena tadi pelanggan kan kalau kita hitungannya pelanggan. Nah itu memang persoalannya tidak hanya di jaringan tapi persoalannya adalah airnya sendiri di Jakarta sudah didistribusikan kira-kira 22.275 liter per detik yang sebagian besar itu berasal dari Jatiluhur 16.800-an liter per detik. Kemudian yang berasal dari Tangerang itu 2.875 liter per detik.

Terus sisanya itu yang berasal dari sungai-sungai, air bakunya berasal dari sungai-sungai yang berasal dari Jakarta, kira-kira 1.400-1.500 liter per detik. Jadi sebagian besar memang ketahanan air di Jakarta itu tergantung dari air baku maupun air curah yang berasal dari luar Jakarta, hanya 6% yang kemudian berasal dari dalam Jakarta.

Kalau 100% warga Jakarta pakai air pipa, apakah pasokan airnya masih defisit?

Masih defisit. Kan kalau Jakarta dibagi dua gitu, Jakarta bagian barat ini secara pasokan sudah hampir habis lah, mungkin sisa 100 liter, kalau yang sebelah timur kira-kira masih ada 500 liter per detik. Artinya memang kita butuh tambahan air untuk bisa melayani 100% penduduk Jakarta. Kira-kira hitungannya adalah 12 ribu sampai 13 ribu liter per detik. Itu sudah dengan kita harus menurunkan tingkat kebocoran air dari 44 sekarang ke 26% nanti.

44% itu maksudnya apa?

Non revenue water, tingkat kebocoran, misalnya tadi saya sampaikan 20.725 liter per detik yang kita distribusikan itu hanya 56% yang kemudian ke bill artinya menjadi tagihan. Jadi sisanya itu hilang di dalam perjalanannya, bisa hilang karena faktor teknis, bisa hilang karena faktor komersial. Faktor teknis itu karena pipanya bocor, sambungannya nggak sempurna, terus kemudian karena umur teknis pipa yang sudah terlalu tua sehingga terjadi hal tersebut. Kalau hilang komersial adalah ya illegal tapping, illegal consumption, kemudian akurasi meternya sendiri sama data. Sebagian besar memang kehilangan airnya lebih banyak di kehilangan air fisik. Artinya kita memang harus membenahi infrastruktur jaringan perpipaan kita. Artinya ini memang ini lebih mahal.

Lanjut ke halaman berikutnya.

Berapa rata-rata umur pipa di Jakarta?

PAM Jaya itu kan umurnya hampir 100 tahun di 2022 itu adalah momentum di mana kemudian ada air masuk ke Jakarta lewat perpipaan. Artinya pipa yang ada itu masih kita pakai yang sudah mau 100 tahun, tapi ini DCI ya, artinya kekuatannya memang masih oke, tapi sebetulnya umur teknisnya sudah lewat lah, kira-kira 30 tahunan. Terus kemudian sebagian besar kita sudah di atas 25 tahun. Ini kemudian yang perlu kita perbaiki, perlu kita rehab.

Ini yang memang akhirnya dari semua kumpulan persoalan tadi inisiatif strategisnya adalah pertama tambahin air masuk ke Jakarta atau memanfaatkan air yang ada di Jakarta artinya 13 sungai, 108 waduk embung di situ kita manfaatkan sebagai sumber air baku, selain kemudian memang ada air masuk ke Jakarta rencananya spam regional Jatiluhur - Karian itu sekitar 7.200 liter per detik, kemudian ada tambahan 3 ribu liter per detik, 10 ribu sekian. terus kemudian kita manfaatkan yang internal 2 ribu sampai 3 ribu liter per detik.

Dengan tambahan itu tetap defisit?

Selama tingkat kebocoran air nya nggak turun, tapi kalau kebocoran airnya kemudian turun proyeksi kita tadi adalah 13 ribu, jadi itu terpenuhi lah kira-kira air yang masuk ke Jakarta selain ada spam regional yang sedang disiapkan.

Kebutuhan anggarannya supaya 100% warga Jakarta tersalurkan pipa?

Ini dengan kondisi yang sekarang ini artinya ada pressure, tekanan terhadap fiskal Pemprov maupun tentunya juga APBN, memang kebutuhan kita itu diproyeksikan untuk bisa mencapai 100% itu sekitar Rp 27 sampai Rp 30 triliun, kita berencana kan 2030 100%. Kita melihat dengan segala hal yang tadi saya sampaikan tadi inisiatif nambah air ke Jakarta, bikin jaringan perpipaan nya terus menurunkan kan NRW nya itu sekitar Rp 27 sampai Rp 30 triliun

Rp 27 sampai Rp 30 triliun itu butuh dukungan APBD/APBN seluruhnya atau swasta juga dilibatkan?

Jadi kita saat ini dengan PUPR itu sedang exercise strategi pembiayaan, dukungan pemerintah nya dan juga kemungkinan kita bikin KPBU atau KPDBU pemerintah daerah dengan badan usaha. Itu yang saat ini kami bersama Pemprov dan PUPR untuk melihat strategi pembiayaan yang kemudian secara kemampuan fiskal pemerintah itu mampu dan juga tidak menutup dari kerjasama dengan badan usaha. Itu juga salah satu yang kemudian kita masukan, berapa berapa porsinya itu masih dalam pembicaraan. Tapi ya saya sampaikan ini ke betul-betul yang kemudian SPAM regional ya Jatiluhur - Karian kan dalam waktu dekat ini dengan commercial of date nya itu 2024. Maka kita harus kemudian menyiapkan infrastruktur untuk bisa mengalirkan 7.200 liter per detik dari SPAM Jatiluhur dan Karian.

Dukungan lain yang dibutuhkan dari pemerintah?

Akhirnya kan pada persoalan affordability ya, ini kan kemudian harus willingness to connect sama willingness to pay kan. Affordability bagaimana kemudian warga yang menjadi pelanggan akhir dari SPAM DKI Jakarta itu mampu. Itu juga termasuk hal yang kemudian kita juga harus lihat, karena bagaimanapun juga ketika mereka nggak affordable artinya penyerapannya sendiri pun menjadi tidak seperti yang direncanakan, bahwa 5 tahun itu harus kemudian kita bisa mengabsorb 100%. Itu dari sisi politik tarif lah gitu ya karena tarif itu kemudian domainnya pemerintah ya untuk menentukan tarif kepada warga itu berapa.

Sebenarnya ada Permendagri ketika kemudian tarif itu tidak bisa menutupi maka pemerintah harus kemudian memberikan subsidi atas hal tersebut. Untuk DKI saat ini memang ada aturan yang bisa memungkinkan ada subsidi itu

Yang kedua adalah kemudian restriction (larangan) untuk kemudian mengambil air tanah itu. Tapi ini kan siapa yang duluan gitu kan, airnya harus ada dulu sebelum kemudian kita merestriksi gitu. Kalau kita restriksi lalu kemudian tanpa ada alternatif perpipaannya atau airnya itu kan nggak. Nah itu makanya restriksi itu akhirnya pada peraturan perundangan bagaimana itu bisa kemudian meminimalkan pemakaian air tanah baik itu tanah dangkal maupun dalam.

Sebetulnya di Jakarta air tanah dalam itu sudah ada disinsentif lah, komersial dan industri itu ketika mengambil air tanah dalam maka tarif pajaknya itu 2 kali sampai 3 kali lipat dari air minum perpipaan. Artinya kalau mereka berpikir secara ekonomi saja sebenarnya mereka seharusnya switching ketika sudah ada air minum perpipaan. Itu adalah disinsentif dari air tanah dalam.

Dan yang ketiga adalah akhirnya kan ini kejar-kejaran dengan waktu, utilitas yang ada di Jakarta kan juga sudah sedemikian, jadi kita harus kemudian membangun perpipaan yang relatif panjang kira-kira kalau jaringan backbone nya sekitar 130 km itukan juga membutuhkan koordinasi dengan banyak pihak, baik izin maupun kemudian rekayasa rekayasa katakanlah rekayasa lalu lintas, yang memungkinkan kita bisa konstruksi sesuai dengan waktu yang diharapkan.

Itu 130 km yang dibutuhkan untuk 100%?

Nggak, kami belum hitung itu tapi ini lebih ke jaringan backbone, jaringan distribusi utamanya, jadi misalnya kita harus mengalirkan dari Pondok Kopi sampai kemudian di Muara Karang itu kira-kira seperti itu.

Tarif air PAM Jaya saat ini berapa?

Tarif rata-rata kita sekitar Rp 7.900 per m3, itu berarti per 1.000 liter, jadi Rp 7,9 per liter untuk gampangnya membandingkan dengan air minum kemasan.

Sudah ada penelitian mungkin masyarakat mau membeli air dari PAM Jaya kalau harganya berapa?

Itu tadi kita biasa ada yang disebut demand survei itu kemudian nanti akan melihat willingness to pay nya berapa. Nah saya harus recall lagi tapi itu masih affordable.

Kalau nanti 100% warga Jakarta tidak boleh pakai air tanah, perlu disubsidi tidak untuk warga yang kurang mampu?

Sebetulnya tarifnya sendiri sudah mensubsidi, Artinya kita punya batch 7 tarif dari yang sangat sederhana sampai yang industri itu beda, jadi yang sosial sederhana itu Rp 1.050 per m3, sementara kalau industri Rp 14.650, ada subsidi silang komersial dan industri lebih tinggi.

Terakhir, urgensinya seperti apa sehingga harus ada peralihan dari air tanah ke air pipa?

Urgensinya adalah untuk anak cucu kita mungkin kita nggak pernah berpikir bahwa jarang kita berpikir, kita berpikirnya adalah sekarang kita masih oke-oke saja kita nggak pernah kemudian merasakan bahwa muka tanah kita turun. tapi sebenarnya di beberapa daerah di Jakarta itu juga sudah turun bahkan lebih rendah daripada permukaan air laut. long run nya adalah bagaimana kemudian walaupun ini tidak didominasi oleh ekstraksi air tanah tapi ekstraksi air tanah adalah salah satu sebab.

Dengan kemudian kita memindah itu maka kita berkontribusi terhadap sustainability dari lingkungan Jakarta, dan itu adalah untuk anak kita, untuk cucu kita, untuk keturunan kita mereka berhak untuk mendapatkan lingkungan yang minimal sama dengan sekarang atau harusnya lebih baik daripada sekarang.


Hide Ads