Mengenal Toto Sugiri, 'Bill Gates' Indonesia Sang Taipan Baru RI

Ask d'boss

Mengenal Toto Sugiri, 'Bill Gates' Indonesia Sang Taipan Baru RI

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 01 Feb 2022 17:15 WIB
Otto Toto Sugiri - Presiden Direktur DCI Indonesia
Foto: Iswahyudi

Sempat sulit kah cari kerja karena dengan background akademis tidak banyak dikenal di Indonesia?

Sangat sulit tahun 1981-2982. Pada 1981 ya cari kerja programmer perusahaan yang punya komputer, yang butuh programmer hampir nggak ada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari pekerjaan pertama, ada teman saya dari lulusan dari Jerman lebih senior ajak saya membuat perusahaan software lalu membuat soft untuk perusahaan-perusahaan. Untuk perusahaan dari mulai accounting satu pengalaman baru buat saya saya bilang 'Ok deh'. waktu itu ada proyek membuat software memfasilitasi pembelian kredit untuk nelayan.

Ini masih belum jadi pengusaha?

ADVERTISEMENT

Memang nggak kebayang jadi pengusaha, yang penting kerjanya saya suka. Jadi cukup mengangkat membuat software. Sampai tahun 83 saya dibujuki untuk membantu perusahaan keluarga, itu paman saya kebetulan pemilik Bank Bali. Jadi setelah diiming-iming mau dibeliin komputer gede ok juga gitu. akhirnya saya masuk.

Komputer gede kayak gimana?

Waktu itu memilih komputer itu yang cukup besar biasanya, waktu itu masih pakai apple masih pakai PC tahun 83. Akhirnya saya masuk setup IT-nya di sana, dengan tim, membuat software di perbankan. Jadi itu proses belajarnya, itu 6 tahun di situ.

Sebelum akhirnya bikin perusahaan sendiri?

Nggak sengaja bikin. Jadi selama awal awal 4 tahun pertama membuat software dipakai karyawan bank bisa lihat manfaatnya dari mulai pulang malam biasanya pulang 9-11 malam bisa pulang jam 5 sore karena pakai software kita itu suatu kebiasaan kepuasan sendiri. Tahun 89 memutuskan untuk berhenti. Kemudian bersama kawan-kawan bergabung membuat Sigma. Jadi perusahaan software, jadi tahun 89 membuat software yang bisa membuat produk dipakai banyak perusahaan.

Waktu itu kan Sigma cukup sukses ya. Apa titik terendah saat menjalankan Sigma?

Rasanya dibilang terendah frustasi hampir tidak pernah karena kita exited lah ya di situ dengan perusahaan kecil cum modal cukup bayar gaji dan expenses selama 10 bulan pokoknya kita haru bisa nih. Kalau nggak ada income ya bubar, paling cari kerja lagi. Tetapi beruntung kita dapat kesempatan untuk pak SAR menangani beberapa bank. Mungkin timingnya nggak sengaja as 89 kan sesuatu 88 banyak bank baru dibuka, kita berhasil.

Di situ awal mendirikan data center?

Itu masih membuat software untuk perbankan.

Itu saat krisis 98 masih dengan Sigma?

Masih. Nah 98 munculah krisis, kalau dibilang down atau apa, sedikit. Waktu itu saya pikir pelayan kita perbankan semua, perbankan banyak ditutup krisis moneter sebetulnya banyak kehilangan klien, tetapi perusahaan kita nggak apa-apa. Karena kita nggak punya utang, punya cukup tabungan untuk lebih survive. sampai satu titik 98 itu sudah deh simple-lah pemikirannya, capek nih ngeluh mulu. Sekeliling semua mengeluh karena krisis dan lain-lain.

Akhirnya keluarlah bikin Bali Camp di bali bikin software developer campus merekrut programer. Lalu kita cari kerjanya di Amerika di Eropa, pembuatan program untuk perusahaan di sana. Inisiatif kedua kita membangun data center, tujuannya waktu itu untuk membantu klien klien perbankan yang masih survive supaya lebih efisien di dalam negeri.

Akhirnya, sudah deh data centernya dipindahin ke kita, kita yang kelola, biayanya 100, kita cas deh 70 jadi kalian dapat savingnya. Kita toh harus bisa mengelola dengan lebih baik. Itu awalnya membuat data center. Kalau yang satu lagi Bali Camp saya bilang daripada kita mengeluh lebih baik kita membuat suatu dan coba merambah keluar jual jasa kita dan menarik sebelumnya dengan ini programmer kita juga akan tidak berhenti proses belajarnya. Jadi dua hal itu yang dilakukan pada krisis.


Hide Ads