Buka-bukaan Bos Bank Aladin: Cap Anak Menteri-Bangun Bank Syariah Digital RI

Wawancara Khusus

Buka-bukaan Bos Bank Aladin: Cap Anak Menteri-Bangun Bank Syariah Digital RI

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 02 Feb 2022 09:02 WIB
Presdir Bank Aladin, Dyota Mahottama Marsudi
Foto: Danang Sugianto

Seperti apa visi dari Bank Aladin ke depan? Apa saja harapan Anda dari keberadaan Bank Aladin sebagai bank digital syariah pertama di Indonesia?

Visinya sesuai tagline kita. Kalau misalkan sudah lihat di Alfamart tuh kan kita isinya itu bank syariah masa depannya. Indonesia kan populasinya mayoritas muslim ya, jadi 88% dari orang-orang kita agamanya Islam. Dan kalau misalnya kita lihat dari apa industri-industri lainnya misalnya misalnya F&B, fashion, kosmetik itu barang halal itu menjadi barang yang paling laku. Jadi market size mereka tuh besar-besar semua. Nah pertanyaannya adalah kenapa financial services nggak seperti itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jadi sebenarnya visinya Aladin ini berjalan secara paralel lah. Jadi kan saya juga baru join di Aladin kan April 2021. Sedangkan research yang sebetulnya dilakukan oleh share holder sudah jalan sebelum itu. Nah ini kita ketemu nih tesisnya sama dan take away-nya sama. Jadi kalau misalnya kita lihat financial services di Indonesia, kenapa kurang perform. Dalam artinya 88% populasi Indonesia muslim tapi hanya 6-7% memakai bank syariah. Kita riset alasannya kenapa? Alasannya simpel, yakni layanan dan produknya itu kurang kompetitif.

Kita tanya target segmen kita, yakni UMKM, sama underbank dan unbank ya, mereka populasi yang saat ini kurang dilayani oleh sistem perbankan. Nah mereka itu menjawab kalau melihat bank ada 3 hal, pertama, bisa dipercaya apa enggak, ya normal lah ya namanya juga bank gitu. Kedua itu syariah compliance, itu very surprising ya. Yang ketiga itu baru produk dan fitur.

ADVERTISEMENT

Jadi pas kita lihat sebenarnya orang tuh pengin comply gitu, tapi sayangnya belum ada pilihan yang bagus. Nah makanya saya selalu memposisikan Bank Aladin itu pertama kan bank syariah masa depan, tapi itu artinya apa? Kita itu benar-benar customer focus, mereka itu butuhnya apa, masalahnya apa, keinginannya apa, kita membuat produk yang menyesuaikan terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Kita benar-benar ingin menjadi bank syariah yang menjadi pilihan, nggak cuma masyarakat muslim saja sih sebenarnya, jadi masyarakat pada umumnya. Karena kalau misalnya secara produk dan services-nya setara atau bahkan lebih baik daripada bank konvensional kenapa sih non muslim nggak mau ikutan sama kita juga.

Apa yang menjadi kekuatan Bank Aladin Syariah dibanding bank digital lain yang ada saat ini?

Sebenarnya ujung-ujungnya kan apa sih yang membuat sebuah perusahaan atau sebuah barang menjadi laku. Itu bagaimana kita bisa fulfill keinginan customer kita gitu. Atau apakah kita bisa memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi. Jadi menurut saya masalah konvensional atau syariah itu masalah bisnis tesis. Ini target segmennya itu apa, mereka itu menginginkan apa.

Kalau kita very clear. Jadi dalam artian ya muslim mayoritas mau comply kok untuk hal-hal lain gitu. Atau untuk makanan gitu, mayoritas nggak mau makan makanan yang haram. Tapi kenapa kok misalnya financial service ya sudahlah enggak apa-apa deh, telan saja deh. Ya menurut kami ya karena ada gap di produk dan servis. Nah itu tesis kami. Tapi key-nya apa? Key-nya bukan agamanya. Karena agamanya akan selalu ada. Key-nya adalah bagaimana kita menawarkan produk dan servis yang unggul. Bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah-masalah mereka. Nah jadi ujung-ujungnya apa? Kita harus fokus ke customer.

Nah, customer kan itu kata yang luas ya. Profile mereka juga berbeda-beda loh. Ada yang mungkin sudah berkeluarga, ada yang mungkin masih jomblo, ada yang mungkin sudah ada KPR, ada yang belum, ada yang sudah haji, ada yang belum. Ya kasarnya ada orang kaya, ada middle class, ada orang yang kurang mampu, gitu kan. Nah, sebagai sebuah perusahaan, apalagi perusahaan rintisan ya, kita harus fokus. Kita enggak bisa bilang, oh iya saya akan ada premier banking kayak BCA, saya akan ada private banking kayak DBS, saya juga ingin punya cabang banyak kayak BRI. Nggak bisa, Caranya gimana?

Saya enggak pernah mau bandingin kita dengan bank-bank lain, karena menurut saya fokusnya saja sudah beda. Kalau misalnya kita lihat dari segi strategi, kita lihat dari segi cara marketing, lihat dari segi aplikasinya mereka, itu kelihatan, mereka target segmennya siapa. Yang saya lihat bank digital yang lain, target segmennya adalah orang yang sudah tahu bagaimana cara memakai sistem perbankan. Buktinya kita lihat partnership-nya, partnership-nya itu dengan Grab, GoTo, dengan bunga yang tinggi.

Bunga yang tinggi itu akan terasa kalau punya duit banyak. Kalau misalnya punya Rp 10 miliar bunga 9% ya lumayan, tidur-tiduran di rumah setahun bisa dapat Rp 900 juta. Tapi kalau punyanya Rp 1 juta, dikasih 10% pun cuma Rp 100 ribu. Jadi sudah clear banget di otak saya, oh bank-bank ini tuh fokusnya bukan customer segment saya. Makanya kami selalu fokus jalanin. Ya sudah kita kerja bareng-bareng Alfamart, di mana kita bisa melayani customer segment kami yaitu UMKM, underbank, sama unbank. Caranya gimana? Ya kita ngobrol dengan mereka, mereka kebutuhannya apa, sehingga produk Roadmap dan strategi kita itu sesuai dengan keinginan mereka.


Hide Ads