Tepis Badai Kritik Desain Istana IKN hingga Tak Mau Dibayar

Wawancara Khusus Nyoman Nuarta

Tepis Badai Kritik Desain Istana IKN hingga Tak Mau Dibayar

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 21 Feb 2022 14:03 WIB
Nyoman Nuarta GWK
Foto: Nandang Astika/detikTravel
Jakarta -

Seniman pematung, I Nyoman Nuarta mendadak jadi sorotan publik setelah desain Istana Ibu Kota Negara (IKN) yang didesainnya dipilih oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Terkenal sebagai seniman atau pematung, tak ada yang menyangka seorang Nyoman Nuarta juga ahli di bidang arsitektur. Meski lulusan jurusan Seni Rupa, Nyoman mengaku telah lama bergelut di dunia arsitektur, bahkan sudah mendirikan sebuah biro pada 1975.

Nyoman juga mengaku ketertarikannya terhadap dunia arsitektur sejak semasa SMA. Sejak duduk di bangku SMA, Nyoman mengatakan kerap kali memegang proyek arsitektur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sebenarnya kalau formalnya dari tahun 1975 sudah membuat biro arsitek bukan biro patung. Dari SMA sudah membuat bangunan-bangunan arsitek itu dikerjakan digambar sendiri. Tetapi ketertarikan saya terhadap seni patung dan arsitek tidak ada bedanya sebenarnya," katanya dalam program Ask d'Boss detikcom.

"Jadi supaya kenal saya seorang arsitek bukan barang baru, cuma memang pekerjaan saya kebanyakan pekerjaan pribadi," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Bersama detikcom, Nyoman Nuarta menjawab berbagai pertanyaan tentang filosofi desain istana yang dirancangnya hingga badai kritik yang datang kepadanya usai desain tersebut ditampilkan.

Berikut ini wawancara lengkapnya.

Lagi sibuk dengan banyak project besar ya, Pak?

Nggaklah, jadi memang terakhir ini saya dikasih tugas untuk membuat basic desain istana. Itu sudah rampung desainnya sudah rampung tinggal hitung-hitungannya bukan tugas saya. Jadi dalam pelaksanaannya basic design itu kita namakan swakelola, pada saat itu kita belum memiliki Undang-undang IKN sekarang sudah, kemarin saya dengar sudah ditandatangani pak Presiden, setelah itu mungkin akan berbeda.

Tetapi sebelumnya belum jadi, jadi caranya swakelola. Kenapa demikian? supaya kita tidak mengalami persoalan di kemudian hari gitu loh. Terutama masalah administrasi harus ada dasarnya. Misalnya kalau saya diberi kontrak dasarnya apa itu kan belum ada, jadi saya sifatnya membantu PUPR, secara sukarela.

Bapak lahir di Tabanan, Bali 70 tahun yang lalu. Lulusan ITB Fakultas seni rupa dan kini menjadi pematung yang karyanya di mana-mana. Jadi dari awal sepertinya memang sudah tertarik dengan seni rupa ya?

Iya betul.

Cerita dong masa kecil Pak Nyoman sehingga bisa menjadi seperti sekarang, siapa, dan apa yang mempengaruhi sampai berani menekuni seni rupa?

Jadi saya lahir, saya besar kecil itu tahu tanah, tahu air itu di kampung, di Desa Tegallinggah, dan saya menyukai pertanian. Kampung kami penghasilannya ya bertani. Saya dari kelas 3-4 itu sudah bertani dengan orang tua. Bahkan kelas 4 saya punya tanggung jawab mengelola ladang saya, dengan ternak ternak itu saya diberi tanggung jawab. Saya minta dengan orang tua saya, saya minta dikasihkan kekuasaan di situ. Orang tua saya khawatir ini anak kecil sok mau tahu.

Ini saya tentu ngarit itu belum fasih, lalu saya dekati tetangga-tetangga saya yang tidak punya ladang tetapi punya ternak. Saya tawarkan, taruh ternaknya di ladang kita, dia bisa membantu saya mencari rumput saya dan sebagainya gitu caranya. Dia bisa ngangon dititipkan sapinya juga di tempat saya ternaknya. Nah saya bisa terbantu oleh itu. Dari kecil saya sudah berpikiran seperti itu. Sampai terus saya sudah ke Bandung beliau-beliau itu masih bekerja untuk orang tua saya.

Saya dibesarkan di kampung oleh paman saya yang saya kira orang tua saya yang asli. Ternyata ini lucu nih keluarga saya. Bapak kami dan paman kami kakak adik, ibu kami kakak adik, kakak nikah sama kakak, adik nikah sama adik, jadi nggak ada bedanya. Saya waktu kecil, baru kemarin saya tahu. Saya nggak peduli tetapi istri saya suka penasaran. Waktu bayi itu saya sudah dibawa ke kampung ikut sama tante saya tetapi saya memanggilnya ibu.

Bapak saya adalah seorang petani paham sekali mengenai budaya. Jadi orang-orang desa kalau konsultansi datanglah ke ayah saya yang menjadi ahli adat, tata krama Bali, beliau sangat tahu itu. Jadi saya terbiasa hidup dari kecil di lingkungan budaya. Bapak saya seniman kampunglah ya.

Tetapi dia berbakat. Saya lihat, dulu kan dia buron ya waktu zaman revolusi. Keluarga kami pada mengungsi di hutan-hutan karena dikejar-kejar Belanda sama Jepang. Di situ sambil sembunyi dia memahat bagus sekali. Barangkali dulu dia bisa sekolah berbakat sekali, tetapi kan ini di desa.

Pak Nyoman, berarti dari dulu dekat dengan budaya, dan dipengaruhi oleh keluarga yang dekat dengan hal tersebut?

Betul.

Sampai akhirnya memilih seni rupa dan menjadi pematung itu dipengaruhi siapa, Pak?

Jadi saya di Bali mengenalnya cuma melukis, zaman dulu itu idolanya pengin ketemu Afandi, Sunjoyono itu idola kita dulu waktu kecil. Di sekolah saya, guru saya bapak Ketut Dharma Susila dia pelukis tetapi kepala sekolah. Dialah yang melihat saya, jadi saya diadu-adulah sama yang kelihatannya berbakat.

Kita punya majalah dinding, sekarang saya dapat A besoknya dapat B, teman saya dapat A. Jadi setiap hari kita nggak mau kalah. Itu teknik setelah kita lama-lama baru sadar, ternyata begitu cara mendidik guru saya pak Dharma itu.

Kalau arsitek saya ikut membantu pondasi di sekolah itu, dulu ikutan waktu SMA bikin lapangan sepak bola saya buat sistemnya seperti apa. Kan dulu nggak ada namanya buldoser. Jadi dibagi itu dicangkul itu kita bagi berapa murid berapa ratus murid, masing-masing kerja setengah meter, satu meter dengan kedalaman sekian. Saya diserahkan 'pokoknya kamu bisa yang ngaturnya'. Dulu saya bukan arsitek yang menunjuk-nunjuk, tetapi di lapangan.

Bicara soal arsitek, Pak nyoman sendiri kan terkenalnya sebagai seniman pematung. Jarang orang mendengar bapak seorang arsitek, kemudian tiba-tiba muncul dengan gelar jabatan membuat desain arsitek istana baru di ibu kota di Kalimantan. Boleh cerita sejak kapan bergelut dengan arsitektur, sehingga bisa kepikiran untuk desain istana?

Saya sebenarnya kalau formalnya dari tahun 1975 sudah membuat biro arsitek, bukan biro patung. Dari SMA sudah membuat bangunan-bangunan arsitek itu dikerjakan digambar sendiri. Saya kan SMA, tadinya orang-orang di kampung saya akan ambil arsitek kan ada insinyur kan di kampung kalau insinyur naik kelas. Nah itu jadi semua termasuk dokter saya mengharapkan saya jadi arsitek.

Tetapi ketertarikan saya terhadap seni patung dan arsitek tidak ada bedanya sebenarnya. Maka dari itu saya kasih contoh, saya membangun GWK, arsiteknya saya juga, pematungnya saya saya juga, engineering-nya saya saya juga. Cuma perlu disahkan oleh ahli ahli.

Kebetulan GWK itu ahli struktur, itu ada teman saya saat di asrama dulu. Dia sekolah sekarang profesor doktor dalam bidang struktur. Dia yang menghitung segala macamnya, saya tetap memberikan konsep-konsep karena ini patung tidak mudah seorang ahli struktur masuk ke sana. Dari Jepang menawarkan diri, dari Inggris menawarkan diri, dia bingung karena saya menghendaki harus begini, dia bingung.

Itu kita semua yang merancangnya. Sekarang di base patungnya pemiliknya karena bukan saya lagi di GWK sehingga basenya patung tetap. Itu mungkin pertimbangannya pendana, bagaimana itu yang punyanya mengambil sikap seperti itu.

Jadi supaya kenal, saya seorang arsitek bukan barang baru, cuma memang pekerjaan saya kebanyakan pekerjaan pribadi seperti GWK, seperti Monjaya, itu kan pekerjaan pribadi cuma perlu pengesahan-pengesahan dari ahli-ahli.

Jadi secara tidak formal bapak seorang arsitek begitu?

Iya, karena buat saya arsitek itu gelarnya insinyur atau arsitek, arsitek gelarnya arsitek. Nah yang lebih penting karyanya atau gelarnya? Tinggal pilih itu.

Bicara soal Istana Negara Ibu Kota Baru kemarin, akhirnya ini lumayan bikin heboh ketika Pak Nyoman menampilkan gambar itu ada pro ada kontra juga. Cerita dong pak gimana awalnya sampai bapak kepikiran membuat itu? Apakah bapak diminta langsung secara pribadi oleh Presiden Jokowi? Atau ketika isu ada ibu kota baru, Pak Nyoman secara inisiatif mendesain istana atau bagaimana?

Begini. Saya bertemu Pak Jokowi itu ketika jabatan kedua kalau tidak salah. Itu pun ada yang unik, yang memperkenalkan saya adalah perdana menteri India, kan lucu. Jadi tamunya datang ke Indonesia 'Bisa nggak lihat Nyoman ada nggak di Jakarta?' Tadinya mau saya ajak ke GWK, nggak ada waktu. Saya ajak aja ke patung saya di Jakarta tetapi kecil, patung kuda itu Arjuna Wijaya. 'Ok lah nggak apa-apa di Jakarta aja'. Janjianlah kita diatur oleh protokol istana. Saya bilang ke protokolnya, saya itu nggak kenal dengan Pak Jokowi. 'Ah nggak mungkin' katanya gitu.

Ya sudahlah akhirnya disuruh nunggu di depan patung, Thamrin itu ditutup. sendiri. Karena kenal lama dengan Perdana Menteri India ini, Pak Modi ini karena pernah memberikan penghargaan kepada saya Padmashree itu katanya salah satu penghargaan tertinggi untuk sipil, kita kenal presiden juga kita kenal, kalau di sana kan Perdana Menteri yang berkuasa.

Saya ingin menghormati tamu, saya beli baju India, saya modifikasi tidak terlalu kelihatan India. Kemudian karena panas pakai topi biasanya juga saya pakai topi. Turun beliau berdua pakai buggy, Pak Jokowi yang nyetirnya. Pak Jokowi turun duluan. Saya mau nyapa, beliau lurus aja ke meja mimbar.

Pak Modi ini belakangan langsung peluk pelukan sama saya 'sudah kangen nih Nyoman'. Karena mungkin nggak ngeh, dikira mungkin saya orang India karena saya pakai baju India. karena kan kita menghormati tamu saya pakai itu. Akhirnya melihat itu, Pak Jokowi ngeliat ke belakang 'Ini siapa nih?'. Akhirnya melihat begitu Pak Modi bijaklah, beliau memperkenalkan 'ini Nyoman dulu saya pernah kasih penghargaan'. Barulah ingat Pak Jokowi.

Justru baru kenal dengan pak Jokowi?

Baru kenal. Jadi isu yang dituduhkan kepada saya Nyoman Nuarta jelas yang dipilih karena tim suksesnya Pak Jokowi, katanya. Itu berat banget, ya tapi nggak apa apa. Jadi itu, jadi saya diundang oleh Menteri PUPR, Pak Basuki untuk menjadi juri master plan, entah apa pertimbangannya. Saya ditelepon Pak Gubernur Bali, katanya Pak Presiden ingin ketemu. Waktu itu lagi bulan puasa saya lagi ngobrol dengan raja-raja Ubud.

Ini tahun berapa? 2019?

Waktu pemilu kedua, lupa itu saya.

Akhirnya malam-malam saya lari menuju Kuta, saya datang ke situ ketemulah Pak Basuki. Karena dari Ubud ngebut sudah telat. Terus ngomong 'Pak Nyoman saya sudah ngomong dengan Pak Presiden Pak Nyoman dimasukkan sebagai dewan juri'. 'Oh iya terima kasih,' saya bilang begitu. Pak Jokowi turun, saya melihat beliau capek banget. Saya dibilang 'Mau ketemu nggak?' Saya bilang 'Nggak usahlah Pak Presiden kasihan, udah cukup saya ketemu bapak,'

Jadi ini sebelum bapak bertemu di Istana dengan Perdana Menteri India?

Sesudah atau sebelum itu saya lupa. Artinya belum pernah kenal dekatlah. Beliau hanya dengar-dengar nama saya. Jadi kurang lebih begitu.

Setelah itu kita mulai aktif ikut dengan jadi penjurian di Jakarta, menanglah Sibarani itu, saya yang menangkan. Setelah itu kita juga berpikir desainnya cukup bagus, ternyata berbeda. Lokasi sekarang itu kontur tanah itu luar biasa itu. Jadi sebagian itu desain awal tidak mungkin diterapkan, karena kita juga merasa Sibarani cs itu sudah studi di lapangan. Ternyata dia bikin flat begitu tidak ada tempat rata di sana, tempat berbukit bukit begitu. Ya kita juga belum pernah ke sana. Begitu ceritanya.

Jadi saya kemudian, beberapa lama kemudian, saya dapat panggilan PUPR, diundang ikut berpartisipasi khusus mendesain antara lain Istana, masjid agung, dan tempat ibadah lainnya, DPR ada 12 desain dalam waktu 10 hari.

Ini berarti semacam sayembara tertutup?

Itu biasa dilakukan seperti itu, cuma saya diundang sendiri. Saya berpikir kenapa saya diundang sendiri? karena sebelumnya mereka meninjau, Pak Menteri, Pak Jokowi itu melihat GWK. Waktu itu saya pernah ajak peresmian saya ajak ke atas, beliau melihat strukturnya begitu rumitnya. 'Waduh rumit banget ya' 'Iya Pak rumit sekali,' saya bilang. Akhirnya toh jadi juga kan.

Itu kan GWK ada lubang, yang kita bisa berjalan di kaca, kita bisa lihat struktur bawahnya. Beliau sempat lihat begitu, dia senyum-senyum entah apa artinya. Sudah gitu cuma segitu waktu di bawah salaman juga nggak sempat karena sudah dikeroyok banyak orang, saya mental gitu aja gitu.

Setelah itulah, karena pernah berhadapan kenal, tetapi seperti orang pikir saya sudah ngobrol akrab itu belum, itu jauh. Bahkan sampai kemarin itu presentasi kemarin baru akhirnya bisa ngobrol berdua. Jadi saya bilang orang banyak yang meragukan saya wajar wajar aja. Tetapi mereka melihat GWK yang ngomongin struktur baru dia pusing. Itu belum pernah ada struktur serumit itu.

Tonton video 'Nyoman Nuarta: Menangkis Badai Kritik Desain Istana IKN':

[Gambas:Video 20detik]



Bapak diundang apakah sendiri, diminta secara khusus, atau dibandingkan beberapa pilihan lain?

Kita itu ada 4 arsitek dan saya satu. Entah itu saya namanya pematung arsitek, pokoknya diundang disebutnya di situ ahli. Saya ikut, presentasi lah kita semua itu presentasi di depan Menteri, di depan Dirjen, diselesaikan dalam waktu 10 hari. Saya ini biasa kerja maraton, bisa kerja cepat sekali karena saya memiliki teknologinya.

Kemudian, 10 hari cukup untuk saya. Kita tampilkan dalam bentuk video-video. Tetapi tidak sesempurna itu, karena kita tidak tahu kontur tanahnya seperti apa dan sebagainya. Kita ngarang aja ada namanya juga gagasan, permintaannya sudah ada tapi kan tanahnya cuma kecil cuma 30 sekian hektar, tetapi permintaan banyak sekali, kita buatlah dengan info yang kita dapatkan.

Waktu kita paparan, maaf nih cuma kita yang lengkap. Ini boleh tanya ke Menterinya, kita yang lengkap. Bukan sekadar sketsa, konsep ada, gambar ada, bahkan video. Memang tidak sempurna namanya juga 10 hari tapi kita memperlihatkan kemampuan kita. Itu penting. Inilah kemudian kita serahkan.

Vakum cukup lama karena COVID barangkali, ada setahun tidak dengar kabar. Tapi ada mulai ada gosip-gosip saya dengar bahwa kita dipilih desain istana dan masjid agung. Ini yang dipilih baru gosip nih, tetapi setelah setahun sudah lama lupa saya, saya dipanggil lagi, untuk membuat basic design. Yang tadi basic desain, saya ingin basic design plus supaya tidak akan diubah-ubah orang. Jadi apa yang sudah disetujui Pak Presiden tidak diutak-atik terlalu banyak dengan alasan alasan tertentu.

Jadi basic desain ini sudah melibatkan ahli-ahli. Jadi ada 70 orang yang terlibat, ada profesor dokter, ahli struktur, ahli green building, ahli jalan, ahli jembatan. Tim ini saya yang usulkan, orang orang termasuk landscape, juga studi green building, ini kan berkaitan dengan panas dinginnya di sana. Kita ingin membuat gedung ini nyaman. Jadi orang-orang yang tidak paham bekerja membangun proyek yang besar, jadi dia pikir saya semua.

Kaya gini, pertanyaannya, jadi yang bertanya belum tahu cara membangun gedung. Kan nggak mungkin kita harus punya ahli struktur, kita pertama harus tahu kualitas tanah, mekanika tanah seperti apa. Kita bayar lagi itu untuk bor-bor itu. Itu dilakukan oleh PU, kita yang minta di mana yang harus di bor.

Karena begini, tanah itu macam-macam, yang berbahaya di sana itu ada serpihan batuan tanah liat keras sekali, tapi kalau kena air dia meleleh mengembang. Ini harus kita hindari. Berapa kedalamannya di sana? Ternyata kedalamannya 14 meter. Jadi cut and fill nya itu tidak boleh lebih dari 5 meter. Itu cara cara kita untuk menghindari jangan sampai menyentuh itu, khususnya jangan kena air.

Jadi desainnya ini bukan soal estetikanya saja, tetapi dengan whole desainnya itu juga diperhatikan keamanan, kenyamanan, topografinya?

Betul. Makanya agak aneh saya dengar arsitek mau buat Undang-undang arsitek, saya pikir bingung banget saya. Saya pikir undang-undang itu akan membatasi kreativitas. Ini seperti mau menjegal jegal orang gitu loh.

Berarti bapak tidak setuju?

Nggak setuju. Gini-gini tahun 76 saya ikut grup seni rupa baru, itu kita justru kita tidak setuju dengan isme-isme yang membatasi kreativitas. Terus ada pengkotakan-kotakan itu kita sikat itu. Itulah apa yang Anda lihat sekarang seni rupa sekarang luar biasa kebebasannya kreativitasnya, itu seniman Indonesia. Itu usaha kita tahun itu berapa tahun lalu. Masa sekarang arsitek kita masih seperti itu itu, membatas-batasi diri.

Begini, kalau gedung itu runtuh, jangan buru-buru arsiteknya, arsiteknya sudah melalui belum ahli struktur, gempa, dan segala macamnya sudah belum. Jadi kita mau mengambil alih pekerjaan orang, arsitek lebih masalah estetika dan fungsi dan kenyamanan, apalagi green design. Ini bukannya saya menggurui tetapi begitu seharusnya. Jangan mau bikin undang-undang, maksudnya mau membatas-batasi seorang.

Kita kembali lagi ke topik soal Istana yang baru di Kalimantan. Waktu itu bertemu Pak Jokowi ada permintaan khusus dari Pak Jokowi nggak istananya harus apa yang membedakan istana yang lama di Jakarta dan di beberapa daerah di Indonesia? Ada nggak permintaan khusus yang bapak ingat dari Pak Jokowi?

Begini, saya itu baru ketemu pak Jokowi kemarin ini, beberapa minggu itu nggak ketemu, dapat tugas itu nggak ada. Beliau ini Presiden yang sangat terbuka, yang paham terhadap seniman terhadap arsitek. Jadi nggak ada ikut campurnya, jangan pernah percaya itu. Nggak ada ikut campur. Cuma saya membantu alasan-alasan kenapa ide dari garuda.

Begini, garuda adalah lambang kita sudah sebagai bangsa Indonesia kita commit dengan itu. Tidak boleh diganggu gugat, itu kita harus pertahankan. Kenapa begitu? Kenapa garuda? Karena Indonesia ini terdiri dari 1.300 suku katanya. Bagaimana kita bisa membangun suatu identity dari masing-masing suku, masing-masing punya rumah khasnya, ada tekstilnya, ada ornamennya, makanannya, dan sebagainya.

Bagaimana kita bisa membangun istana dengan semua tampak itu? Kan sulit sekali dan nggak mungkin. Misalnya gini, kebetulan saya orang Bali, saya ingin memperlihatkan Bali dong, ya orang Padang, Jawa apa nggak marah. Mentang-mentang desainnya bikin orang Bali, bikin itu. Ini kita hindari.

Saya tidak mau desain istana itu menjadi hanya menampilkan sosok-sosok tertentu saja, kekhasan. Jadi harus merasa dimiliki seluruh bangsa. Yang sekarang marah-marah itu nggak ada dari suku-suku itu, yang ada dari arsitek-arsitek itu. Loh benar loh. Jadi ini gambarannya, kenapa pakai garuda, tetapi walaupun tidak pancasila, tetapi orang mengetahui.

Dari awal memilih garuda sebagai desain besarnya?

Di samping garuda itu gagah, banyak yang kita harus kita improvisasi di sana dari sayapnya, penampilannya memang gagah. Negara negara pakai lambang garuda itu banyak sekali. Ada Jerman, Amerika hampir banyak. Tetapi Garuda kita beda dong, itu loh. Yang bikin patung garuda banyak sekali bukan saya saja.

Sama kayak orang bikin patung kuda, kudanya si A kudanya si B banyak, kudanya saya beda. Sama juga kita membuat patung orang, patung saya saya dengan patung gaya si B beda. Karena subject matter beda. Jadi harus paham itu. Nah banyak yang menggurui saya. Bingung saya juga nih, saya sudah sekian puluh tahun menjadi pematung masih diajarin mematung. Saya bingung juga.

Dari yang saya tangkap berarti Pak Nyoman banyak mendengar suara-suara sumbang setelah merilis desain ibu kota negara baru ini pak?

Saya sih mendengarnya justru bukan saya langsung mendengarnya justru teman teman saya. 'Kamu tuh katanya begini begini' saya nggak pernah peduli. tetapi teman-teman saya nggak respons. Ah malas.

Perbedaan apa yang paling mencolok dari desain istana baru dengan istana sebelumnya? Selain rupa burung garuda?

Begini, istana kita itu bukan istana, dijadikan istana oleh kita tadinya rumahnya bos-bos belanda. Itu saya nggak mau itu lagi. Kita harus bangkit menjadi manusia Indonesia punya identitas sendiri, ini yang harus kita kejar. Bagaimana bisa bangsa yang berdaulat kalau kita saja niru, rumah kita niru, istana kita niru. Sampai ada yang ngajarin saya kenapa nggak seperti di Washington DC, saya bilang eh kamu itu melayu, kamu tuh itu punya, walaupun jelek tunjukkan diri kamu sendiri.

Lihat patung-patung saya. Waktu saya menjadi pematung, patung saya kan romeng-romeng kan sobek-sobek. Dulu waktu ujian ditanya 'Ini patung sudah jadi atau rangka saja?'. Coba bayangin jawabnya gimana? Dosen kita nanya begitu? Pusing saya kan namanya mahasiswa. Tetapi suatu saat ada yang cemburu luar biasa, saya diledek abis di depan orang depan Menteri, saya balikkan sederhana saja. Itu mas, bangsa ini memang sudah gila, patung saya, saya sobek-sobek malah tambah laku apalagi yang utuh saya jual pasti lebih laku. Abis mau jawab gimana. Ini kurang lebih begitu.

Kita ini harus pindah dalam program ini sebabnya pindah, kelakuan kita harus pindah. Makanya saya usulkan sempat ke Bapak Presiden dengan hormat waktu saya sempat ke istana. Kita ini sibuk dengan APBN dalam membangun, rakyat itu bisa loh menyumbang, kita nyumbang semua lah dengan tulus. Ini yang kita harus bangkitkan. Kasihan ibu Sri Mulyani mikirin duit melulu. Padahal kita ini mampu, sekarang 260 penduduk kita, anggap sekarang Rp 5-10 juta, itu sudah dapat bejibun itu. Kalau hanya untuk istana, supaya keren. Maka itu mumet gitu loh.

Apa bapak masalah kalau dana untuk istana digunakan dari APBN?

Aku mau menyumbang lebih dulu. Sekarang aja saya nggak mau dibayar. Benar.

Sampai saat ini nggak ada benefit dari sayembara yang diterima sama sekali sebagai hadiah sayembara?

Saya bilang, kasihan pemerintah bayar saya mahal loh. Betul-betul. Saya bilang lebih bagus jangan bayar saya, bayar yang lainnya. Karena saya ingin mengajak teman-teman saya, ayo kita bangun sama sama, semua harus begitu. Terutama yang kagum kagum lah yang nggak kagum biar aja nggak ikut nggak apa apa.

Saya tergelitik 'ini saja tidak dibayar'. Jadi ini nggak dibayar sama sekali?

Bukan, jangan ngomong ini saja tidak dibayar. Saya tidak mau dibayar. Itu beda ya. Saya nggak mau dibayar, karena apa? Saya ingin nyumbang untuk negara saya. Itu komitmen saya. Jadi desain itu jangan dipikirkan membayar saya. Jangan dipikirkan, pikirkan yang lain aja. Loh emang orang banyak yang bilang saya sombong, niat itu dari hati saya. Hidup saya nggak dari itu. Saya hidup dari patung saya. Itu sudah cukup.

Berarti ini karya yang diberikan tulus kepada negara? Sebuah karya yang benar-benar merepresentasikan Indonesia begitu?

Saya sudah sampaikan kepada Bapak Presiden, boleh nggak kita menggalang dana. Ini usul dari teman-teman, teman-teman kolektor. Kolektor saya nggak ada yang miskin. Hidup senang sekali, karena saya tidak dapat dari orang kecil tetapi dari orang kaya-kaya. Saya bahagia, yang beli patung saya orang kaya semua. Beliau beliau itulah 'Gimana pak Nyoman kita bisa ikut nyumbang nggak nih?' Gini deh aku akan setiap penyumbang kita kasih patung istana itu. 'Wah kita mau borong' Ada yang sudah begitu.

Jadi ini inisiatif bapak menggalang dana untuk menyumbang pembangunan Ibu Kota baru begitu ya?

Terutama untuk istana, kan ada gosip mahal. Kalau dibayar sama kita gimana?

Bagaimana responsnya Pak Presiden?

Beliau pikir-pikir dulu katanya, ya jelas dong seorang Presiden harus berpikir dulu, apakah salah begitu? Kalau kita ini kan sifatnya spontan tulus. Ya apakah bisa diterima. Ini contoh GWK itu sewaktu asetnya Rp 1,2 triliun saya sumbangkan ke negara 100% saham saya itu tidak dikerjakan. Termasuk pernah kita bawa ke Pemda Bali terserah mau diambil sahamnya gimana pokoknya harus jadi.

Kata Pak Gubernur itu bisa asal bertahap. Tetapi saya disuruh menjelaskan ke DPR, begitu saya jelaskan, baru duduk mereka menyerang saya. Ini jadi pertanyaan, jadi Anda-anda berpikir berbuat baik itu gampang di negara kita. Mudah-mudahan pada era Pak Jokowi itu gampang.

Ada lagi yang pesimis, saya sadar orang pesimis mana yang bisa membangun, nggak ada itu. Orang-orang optimis yang baru bisa diandalkan, orang pesimis haduh ngeluh aja.

Jadi jangan pesimis, justru harus optimis dengan berbagai macam ketidakmungkinan pun harus optimis ya, Pak?

Harus optimis, kalau kita pandang ini menjadi sesuatu yang baru dan akan merubah karakter bangsa, kenapa tidak? Makanya saya bilang jangan berpikir, saya ini sudah cukup hidup dari patung kok, benar-benar hidup dari patung.

Jadi tidak mengambil keuangan apapun ya pak dari desain ini?

Kalau nanti saya ikut terlibat jangan sampai saya punya utang, takut karena sudah tua. Jangan sampai itu aja. Saya akan kerjakan semampu saya.

Boleh kita diceritakan soal desain tentang bagaimana istana ibukota baru ini terlihat dari apa yang bapak sudah sampaikan pak Presiden?

Istana ini haruslah milik masyarakat dan dirasakan oleh masyarakat, jangan dijauhkan rakyat, maka dari itu saya memohon diberikan lahan 100 hektar untuk membangun botanical garden yang luas di depan istana. Dan juga jangan ada bangunan bangunan memblok view ke istana. Maksudnya begini kalau ini disetujui bapak Presiden sih sudah iya, tetapi kan yang lain lainnya.

Misalnya begini bayangkan saudara-saudara saya dari Bali datang ke sana pengin lihat istana tetapi istana ditutup tidak bisa lihat, kecewa kan? Datang saudara-saudara kita dari Aceh karena kebetulan ada tamu agung nggak boleh masuk ke istana. Kekecewaan ini yang seperti itu akan menjauhkan masyarakat.

Maka saya usulkan di depan istana itu ada bukit tingginya hampir sama dengan istana, bagus sekali ada 3 titik yang viewnya bagus ke Istana. Botanical garden agar jalur tamu agung akan lewat ke sana. Tetapi setidaknya saling membangun, kita buat jalan masyarakat tidak akan bingung untuk formal tadi. Jalan aja masyarakat ingin jalan. Kita mendesain tidak sekadar indahnya, tetapi juga mengatur flow supaya apa namanya protokoler. Jadi coba bayangkan saudara-saudara dari Manado datang ke sana nggak bisa lihat.

Jadi bisa berfoto dengan latar belakang istana dengan jelas begitu ya?

Selfie Pak Presiden itu sudah pesan sama saya 'Jangan lupa itu poin-poin untuk selfie' itu sudah pesan. Presiden sudah begitu, masa arsiteknya yang lain nggak ngerti.

Jadi Pak Jokowi juga titip spot selfie disediakan begitu ya?

Betul iya. Ini kedua kita sudah pengalaman memiliki monumen nasional, di Jakarta itu Monas. Lihatnya nggak sekarang? Aturannya dulu itu tidak boleh ada bangunan tinggi di sekeliling monas. Makanya lihat itu Hankam pendek, yang lain menjulang tinggi. Padahal aturannya tidak boleh. Tetapi harga tanah begitu mahal. Kebutuhan space mendesak nggak mau, pasti orang akan membuat tinggi, itu otomatis. Makanya aturan itu kurang kuat. Itu tergantung nanti siapa yang berkuasa.

Makanya menurut saya bebaskan di depan istana tidak boleh ada bangunan tinggi atau bangunan saja tidak boleh. Kecuali botanical garden. Karena begini paru-paru dunia dikenal dunia itu Kalimantan. Kita harus kembalikan, bukan kota bangunan-bangunan mencaplok hutan, bukan. Malah dibalik, kalau saya, saya balik hutannya yang mencaplok bangunan seperti gurita. Itulah AC kita, itulah smart city bukan smart city pencet sana pencet situ, bukan.

Kalau menurut saya namanya smart city itu kita bagaimana kita memanfaatkan alam. Ingat kita ini ini di khatulistiwa, panas. Kalau nyalain AC terus menerus mahal biayanya. Walaupun itu dari apa namanya solar sel. Tetap bagusnya bagaimana kita mendinginkan mengurangi CO2 itu dengan tanaman.

Konsepnya di dalam hutan ada kota, bukan hutan menjadi kota?

Betul. Di samping itu kalau bangunan saya di tengah bangunan ada pohon, ada hutan nya. Di sayap-sayap istana itu ada hutannya. Kurang lebih seperti itu. Jadi kita pendingin itu tidak berpikir pake AC, walaupun nanti tenaga AC-nya solar. Saya lebih bagus alami.

Seperti di studio kita ini di Bandung saya ini menanam pohon 3.000 pohon yang sudah besar-besar. Ini saya pakai baju hangat ini juga karena tempatnya sudah menjadi dingin juga. Itu di samping teman-teman menanam hutan beton saya benar-benar hutan

Berarti total ada berapa bangunan yang didesain Pak Nyoman dan tim?

Kita itu di istana itu ada 12 bangunan, di situ ada Istana, Kantor Presiden, lapangan itu lihat rata diratakan ada lapangan, terpaksa karena lapangan dibutuhkan untuk upacara.

Istana ini ada garis-garisnya, bilah-bilah sebenarnya. Ada dua alternatif bahan yang kita ajukan, satu tembaga satu kuningan. Itu dua-dua free maintenance, ada juga bahan murah tidak sustainable dan tidak free maintenance, rawatnya mahal. Kita usulkan ada tembaga, ada kuningan jadi lebih bertahan.

Jadi total luasnya berapa?

Luas yang dilihat ini luasnya 55 hektar. Tetapi kita ajukan taman ke depan itu, ini sebenarnya ada gambarnya tetapi belum kita launching, kalau mau lihat boleh sih tapi lama 10 menit. Nah itu 90 hektar di depan istana panjang. Kurang lebih di depan istana itu ada 2,5 kilometer. Wajarnya ribuan hektar kenapa kita bersempit-sempit.

Bangunannya cuma 8%, kan kecil itu, nah tanahnya besar. Jangan seperti sekarang Pemda-Pemda nggak punya tanah, sempit-sempit bingung aneh. Di daerah nggak punya tanah juga. Jadi kalau kita mau mengembangkan sesuatu sulit banget, tanah sudah mahal. Jadi saya usulkan lahan-lahan departemen itu harus dibuat besar. Bangunannya boleh secukupnya. Jadi tamannya luas tanamannya hutan-hutannya bagus gitu loh. Ini nggak seperti di Singapura dipepet-pepet. Karena kita memiliki tanah yang sangat luas.

Saat ini, basic design kemarin dimantapkan Detail Engineering Design (DED). Nah untuk DED-nya sendiri prosesnya sudah sampai mana?

Ini kan design and build, ini harus tender. Siapa yang memenangkan saya nggak tahu. Karena ini tender memang saya diminta pak Presiden ikut aktif terus mengawasi desain itu. Saya diminta mengawasi agar nggak berubah. Karena beliau sudah happy dengan desain itu. Jadi saya disuruh terlibat.

Dari Pak Jokowi itu kan ada statement bahwa Istana harus bisa pindah di semester I-2024. Artinya dalam waktu 2 tahun ke depan sisa waktu yang bisa dimiliki untuk membangun istana ini? Itu bisa? Possible?

Kalau seandainya kalau yang mengerjakan Gedung Garuda misalnya saya diperintahkan. Saya yakin bisa. Contoh, misalnya patung motor Pak Jokowi belum tahu ini, patung motor hanya saya kerjakan 3 minggu Mandalika. Itu besar loh 4 meter kali 6 meter, 3 minggu dan itu sulit. Mukanya harus mirip, motornya harus betul dan segala macam.

Ini permasalahannya, menurut saya cuma satu permasalahannya itu kita transportasi dari Bandung itu yang mahal sekali. Kemarin kita sudah survei satu truk itu Rp 50 juta. Jadi saya berpikir, kalau kita mengerjakan lebih bagus kita membeli truknya mungkin Rp 1 miliar. Lebih efisien karena sewa menyewa itu mahal. Ini hitung-hitungannya supaya membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih murah karena di situ kan belum ada, yang penting pelabuhan bongkar muatnya sudah ada yang deket di situ.

Jadi tantangan justru di logistik?

Iya logistik karena terlalu mahal, jadi kita mau buat gimana itu. Karena kita membutuhkan teknologi modern. Karena kita ingin strukturnya dari baja tahan karat, struktur kulit gedung gitu, dari bahan free maintenance.

Merawat Gedung Istana kan tidak setiap saat, ada tamu kita berhenti. Nggak bisa ini, agar tidak perlu seperti itu. Kita minta bahannya yang bagus salah satu usulan kita itu tembaga. Pak Presiden minta ada nggak yang bahan, ada satu yang murah ada kuningan itu juga tidak panas. Karena dia penghalang panas justru.

Jadi yang paling possible dibangun selesai di 2024 Istana Garuda itu?

Saya kira yang sulit itu, yang lain kan kerjaan biasa.

Jadi itu yang duluan dibangun ya Pak?

Nggak tahu, tergantung pemenang tendernya.

Sudah ada estimasi belum pak akan dimulai kapan? Kira-kira dimulainya pada saat itu selesainya kapan?

Ya kita segala macam sudah kita persiapkan sesuai pengalaman kita. Pengalaman struktur yang paling rumit itu GWK, di samping uangnya tidak ada itu memang berat.

Ketinggiannya dari permukaan laut 271 meter, angin nya saja besar. Kalau ini ketinggiannya 88 meter di atas permukaan laut (DPL), di atas jalan itu kan cuma 44 meter, dan lantainya ke atas cuma 4 lantai. Nggak ada yang tinggi. Menurut saya kalau segala macam lancar kalau pekerjaan saya. Kalau misalnya saya ditunjuk itu beres. Kalau kita kan nggak ada harus menunggu uang muka. Kalau ada perintah jalan.

Seperti kayak kita bikin patung Mandalika itu, mau dipakai syukur, nggak juga nggak apa apa.

Boleh cerita sedikit Pak, gimana awalnya bisa buat itu. Tadi Pak Nyoman sendiri bilang Pak Jokowi belum tahu bahwa patung itu dibikin?

Ya nggak etis itu patungnya beliau itu, biarlah diam-diam aja, ya kan.

Kenapa kepikiran bikin patung itu, Pak?

Gini, kalau saya menghubungkan dengan sikap beliau terhadap percepatan pembangunan kan luar biasa. Kita harus jujur. Mau suka atau tidak suka apa yang Anda lihat itu jangan lihat Presidennya, tetapi apa hasilnya luar biasa. Beliau terbang ke mana, saya lihat kayak, nggak, saya kayaknya nggak kuat. Syukur menteri PUPR kuat banget itu bolak balik. Pak Basuki bukan main. Saya bilang Anda ini punya nyawa berapa kok bisa seperti itu.

Nah, Pak Jokowi ini kan gemar naik motor. Satu-satunya Presiden yang gemar naik motor, gaya anak muda. Biasanya Presiden itu kan lebih anggun naik kuda, naik mobil yang gimana gitukan. Ini kan naik motor, motornya pun custom buatan anak bogor.

Mungkin maksudnya bukan berarti Pak Presiden tak bisa beli Harley, pastilah Presiden. Tetapi beliau ingin menghargai produk buatan anak-anak bangsa ini. Ini misinya besar artinya. Maka dari itu saya melihat, speed judulnya entah apa nanti namanya, dari saya itu speed. Sekarang ini akselerasi semua ini ditingkatkan.

Itu swadaya juga dari Pak Nyoman?

Nggak tahulah, pokoknya begitulah. Pokoknya gitulah.

Tetapi ini inisiatif dari Pak Nyoman?

Sama teman-teman, kita terserahlah.

Berapa waktu total bangun patung?

Tiga minggu sudah selesai. Sekarang ini sudah siap masuk sudah dipack, mungkin besok sudah naik ke truknya. Truknya model doli kita pakai yang 70 centi. Kalau nggak mentok ke mana mana.

Mungkin Pak Nyoman bisa cerita, secara singkat apa sih suka duka menjadi pematung di Indonesia. Apa juga harapan dengan dibangunnya Istana di IKN baru ini?

Ya kalau dukanya ada, tetapi tidak terlalu disesalkan. Kita sudah kehilangan patung-patung besar, dibongkar di mana-mana, yang dijarah mau dirusak, ditulis tulisin, dibongkar. Itu patung-patung super besar itu ya hilang juga. Ada patung kepala yang rencananya kita buat 60 meter, baru kepalanya sudah hilang. Kepala itu segede rumah, rumah besar lagi. Tingginya 20 meter, bisa hilang dijarah. Jadi kita lihat dukanya iyalah.

Kalau kita ngelamun mengenai duka itu nggak bangkit- bangkit. Buat saya di hidup itu biasa, ada yang suka dan tidak ada yang menghancurkan ada yang membuat. Itu sudah umum di dunia. Jadi nggak usah terlalu disesali kita jalan aja. Tetapi jangan kita mati karena penyesalan. Kita harus bangkit terus dan optimisme. Optimis itu nomor satu buat saya.

Kemudian kita kan selalu ngomong gotong royong-gotong royong, mari kita perlihatkan gotong-royong ada nggak dalam membangun istana ini. Kita pengin istana keren, ayo kita bangun sekarang bersama-sama. Jadi jangan ngomong doang. Ngomong gampang.

Kita ini terus terang saja, lebih banyak sukanya, kalau dukanya 25% yang lainnya senang-senang. Setiap kali kita bisa mewujudkan mimpi itu senangnya sudah luar biasa. Apalagi terus, orang lain senang. Kita kan membuat karya itu membuat orang lain senang. Melihat respons kita terhadap apa saja, terus orang lain senang, senyum-senyum kan kita dapat double. Itu sebenarnya jadi pematung itu buat saya itu.

Memang sedihnya pematung dipersulit nggak boleh begini-begitu. Dikaitkan-kaitkan dengan agama. Repot itu.

Harapannya tidak seperti itu ya pak?

Harapannya tidak seperti itu.


Hide Ads