Wawancara Khusus Presdir PTFI Tony Wenas

Buka-bukaan Masa Depan Bisnis Tambang Freeport

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 10 Mei 2022 14:40 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas berbagi cerita mengenai masa depan bisnis tambang Freeport di tengah kenaikan harga komoditas saat ini.

Kenaikan harga komoditas masih terus berlanjut saat ini. Sejumlah komoditas tambang mulai dari batu bara, tembaga, perak, emas, hingga nikel dan alumunium terkena dampaknya. Bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja Freeport?

Lalu, bagaimana masa depan bisnis Freeport di tengah proses pembangunan smelter baru di Gresik. Kabarnya surat utang yang diterbitkan kebanjiran permintaan dari para investor baik dalam maupun luar negeri.

Bersama detiknetwork, Tony Wenas berbagi cerita mengenai itu semua. Simak wawancara khususnya berikut.

Bagaimana bapak melihat harga komoditas saat ini, terutama dalam kondisi geopolitik sekarang terjadi perang Rusia dan Ukraina. Bagaimana bapak melihat harga komoditas dan prediksi ke depan?

Jadi kalau dilihat dari harga komoditas ada banyak komoditas itu tembaga, perak, emas, nikel ada aluminum dan komoditas networking source lainnya seperti CPO yang lagi ramai dan lain sebagainya. Itu kecenderungan naik semuanya.

Sebetulnya sebelum ada krisis Ukraina juga sudah naik, naiknya itu berbarengan dengan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara yang terus meningkat Indonesia salah satunya tahun lalu. Tahun ini nggak lebih dari 5%. Beberapa negara lai China juga sudah positif buat ekonominya beberapa waktu lalu, bahkan dari tahun 2020 semester kedua dia positif lagi.

Tentu saja ini tidak terlepas dari supply dan demand, demandnya tinggi supplynya terbatas sehingga harganya naik. Jika dikaitkan dengan apakah dengan adanya krisis Ukraina membuat harga menambah bertambah tinggi lagi? Mungkin saja, karena kan Rusia juga termasuk pemasok, produsen kalau tembaga Indonesia dan Rusia sama. Dia sekitar 700rb ton 800rb ton. Kalau Indonesia urutan urutan 8-10 demikian juga Rusia. Jadi sama seperti itu. Tetapi kan produsen lainnya juga sama Chili, Peru, ada China juga jadi sebenarnya Rusia bukan pemain utama di tembaga tetapi ada pengaruhnya.

Tetapi lebih lagi demand untuk elektrifikasi mobil listrik energy transition ini hampir semuanya membutuhkan tembaga jauh lebih banyak. Contoh misalnya PLTS, tenaga surya itu membutuhkan 1 megawatt membutuhkan 5 ton tembaga dan windfarm membutuhkan 1 ton tenaga. Elektrifikasi itu mobil listrik membutuhkan 4 kali lipat dibandingkan kebutuhan tembaga mobil konvensional.

Jadi, memang membutuhkan tembaga ini akan momen sekali terutama untuk menyalurkan listrik renewable energy yang sekarang ini lagi ramai di seluruh dunia, saya minggu lalu dari acara Bloomberg di New York itu 90% pembicaraan mengenai renewable energy survive dan renewable energy, energi itu tidak akan sampai ke konsumen tanpa tembaga. Jadi perkiraan kami bahwa harga tembaga akan tetap stay strong.

Berarti dengan energi terbarukan Freeport sendiri bakal mendapatkan kinerja, atau peluang peluang kinerja yang baik dengan adanya hilirisasi dan renewable energy yang sedang meningkat ini?

Ya puji Tuhan, alhamdulillah, jadi memang peningkatan demand itu berpengaruh positif kepada produsen tembaga, bukan hanya Freeport tetapi juga dengan perusahaan lainnya.

Kalau boleh tahu, Freeport ini produsen nomor berapa?

Kalau Freeport Grasberg Mine ini itu kira kira produksinya terbesar ke 2 atau 3 di dunia, tembaganya. Grasberg mine (Tambang Grasberg di Mimika Papua)

Berarti permintaan saat ini makin tinggi dengan adanya ini?

Karena ya itu, demandnya tinggi terutama untuk elektrifikasi terutama untuk menyalurkan listrik energy. Dan juga belum ada tambang-tambang besar baru yang dibuka. Sehingga murni demand dan supply.

Berarti tanpa perang pun demand sudah mulai tinggi?

Sebelum perang Ukraina dan Rusia harga tembaga sudah mulai tinggi.




(eds/eds)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork