Jakarta -
Pada tahun 2010 nama Gojek belum dikenal oleh siapapun. Startup ride-hailing pertama di Indonesia itu bahkan harus ditolak sana sini karena keberadaannya yang dirasa mengancam eksistensi ojek pangkalan.
Berselang 20 tahun kemudian, startup yang didirikan oleh Nadiem Makarim tersebut kini telah menjelma menjadi sebuah decacorn. Decacorn adalah istilah yang diberikan kepada perusahaan rintisan digital dengan valuasi lebih dari US$ 10 miliar atau sekitar Rp 145 triliun.
Sosok Mulyono menjadi salah satu pahlawan di balik keberhasilan Gojek mencapai posisinya saat ini. Siapa dia?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia adalah driver Gojek pertama dengan nomor registrasi Gojek 001. Perjuangan Mulyono sebagai driver pertama Gojek 12 tahun yang lalu membuatnya pantas disebut salah satu 'pahlawan' yang membesarkan Gojek hingga bernilai ratusan triliun rupiah.
Mulyono awalnya adalah seorang ojek pangkalan (opang) di wilayah sekitar Blok M, Jakarta Selatan. Bagi Mulyono, menjadi seorang driver Gojek saat itu sama sekali tidak mudah. Ia sering sekali mendapatkan penolakan, kekerasan fisik, bahkan pernah disandera.
Menjawab rasa penasaran terkait kisahnya, detikcom menyambangi langsung kediaman Mulyono Gojek 001 di daerah Bekasi. Kepada detikcom, Mulyono berbagi cerita perjuangannya di masa awal menjadi driver Gojek, kedekatannya dengan Nadiem Makarim, dan guyuran saham GoTo yang diterimanya. Berikut wawancara detikcom dengan Mulyono, sang driver Gojek 001.
 Driver Gojek 001, Mulyono Foto: Kholida Qothrunnada |
Boleh cerita awal perkenalan Bapak dengan Gojek? Saat itu tahu infonya dari mana atau siapa yang ajak? Katanya sebelum di Gojek, Bapak jadi ojek pangkalan dulu?
Basic saya emang ojek pangkalan (opang), di seputaran Blok M. Tahun 2010, waktu itu saya dapat info bahwasanya ada ojek yang melalui call center. Nah, saya tertarik dapat info tersebut. Ada temen satu pangkalan ngasih informasi. Tuh kalau mau ngelamar, ada ojek kita dicariin orderan melalui call center. Teman, yuk daftar yuk. Teman-teman saya ajak daftar nggak ada yang respon.
Terus saya datangin tuh kantornya, di belakang pasar Mayestik waktu itu kantornya di Jalan Kerinci. Saya cari sendiri alamatnya terus ketemu. Pasa nyampai lokasi kantornya itu kan nggak ada plang nama Gojek, nggak ada. Sempet ragu juga, ini serius kantor? Kantornya ya emang seluas pekarangan rumah saya. Bentuknya bekas garasi mobil, jadi kecil banget. Akhirnya, saya kepalang tanggung. Saya coba masuk, saya ketok pintunya. Saya tanya, bener ini kantor Gojek? Saya mau daftar jadi driver.
Nah, waktu itu syaratnya mudah banget. Fotokopi KTP, SIM udah. Terus setelah itu, satu Minggu kemudian kita dipanggil. Kita di training habis itu, bagaimana tata cara pengambilan order, tata cara menghadapi customer, melayani customer. Dan ruangan trainingnya itu cuman muat 3 orang. Hahaha kecil banget.
Setelah di training, yaudah kita jadi mitra Gojek. Saya nggak tahu bahwasanya pendiri Gojek Pak Nadiem. Nah, kebetulan setelah itu hari, selang saya udah aktif, saya ke kantor Gojek, saya ketemu dengan beliau. Saya ngobrol-ngobrol. Nah, ternyata Pak Nadiem ini, ibunya dia sering order ojek pangkalan ke saya. Akhirnya, klop lah dalam artian nyambung.
Saat itu Pak Nadiem sering ngobrol, terus mengajak teman teman opang yang lain. Jadi, saya yang sering nganterin. 'Mul yuk kita nyari pangkalan ojek yang lain'.
Jadi, Pak Nadiem itu sering sosialisasi ke temen-temen opang. Karena program pertamanya Gojek di 2010, memberdayakan waktu luangnya tukang ojek. Karena kami tukang ojek, waktu itu memang waktu luangnya sangat banyak. Karena orderan nggak pasti, dan kedua kita ngantre nunggu giliran. Kita sosialisasi ke temen-temen opang, tapi itu bukan suatu yang mudah.
Pak Mul bisa dicap jadi driver Gojek pertama itu gimana?
Saya sendiri juga tidak tahu, bahwasanya saya driver pertama, untuk registrasi 001 ini saya tidak tahu. Kalau pendaftar awal iya, tapi kalau pendaftar pertama mungkin Gojek yang punya data ya. Karena 001 bukan saya mau, tapi Gojek yang ngasih ke saya nomor Gojek 001.
Kenapa saat itu mau berpindah ke Gojek?
Waktu itu saya kepikiran gini, saya perlu penambahan pendapatan. Kalau saya hanya mengandalkan opang aja, biaya hidup semakin tinggi. Jelas, saya harus punya pendapatan tambahan. Nah, dengan saya gabung di Gojek, itu penambahannya cukup baik. Saya ada penambahan income.
Dan saya ini orangnya penasaran. Apa sih ini Gojek ini? Bagaimana sih? Awalnya ya hanya ingin tahu, sistem kerjanya, pendapatanya berapa, dan mau cari penambahan penghasilan. Itu sih.
Cerita dong perjuangan saat jadi driver Gojek di masa-masa awal. Berapa pendapatan per harinya saat itu?
Awal-awal Gojek berdiri itu, sesuatu yang sulit, nggak mudah. Gojek sendiri emang bener-bener mulai dari nol. Jadi kami di 2010, 20 mitra pertama ini, setiap kita ke mana-mana dibekalin brosur Gojek, kartu nama Gojek terus kita bagi-bagiin ke teman-teman, ke customer yang kita anterin gitu. Karena Gojek sendiri belum punya marketing, yang bisa membantu. Ya marketingnya kita-kita ini driver.
Pak Nadiem juga ikut turun langsung ke lapangan?
Pak Nadiem nggak setiap hari ikut bagiin brosur, karena pada saat itu beliau masih sibuk kuliahnya belum kelar. Jadi, sambil beliau menyelesaikan kuliahnya, sambil bantu gimana Gojek itu bisa berkembang.
Dan tantangan itu luar biasa, bukan suatu yang mudah. Kita ngasih informasi ke temen-temen opang ini, didengerin aja udah Alhamdulillah. Kadang-kadang kita ngasih brosur, brosurnya aja disobek depan mata kita. Mereka nggak mau, kasarannya mereka menganggap 'udah dah lo jangan nipu-nipu'. Itu dari 2010-2013 begitu. Bahkan sesuatu hal yang kadang kita terima itu, cacian, makian. Setiap kita menjalankan ngasih informasi Gojek, ya itu yang kita terima.
Respons Pak Nadiem ke driver gimana waktu itu?
Pak Nadiem itu selalu ngasih support ke kita. Ayo terus jangan patah semangat. Dan waktu itu kami dan teman-teman di angkatan 2010 ini, emang nggak banyak. Angka pertama kita itu 20 mitra. Waktu itu kami tetap solid, dan saling bantu membantu bagaimana caranya Gojek bertahan dan bisa berkembang. Itu yang selalu kita ingat dari Pak Nadiem, dan tantangan di luaran tetap kita hadapi.
Bahkan, kalau saya cerita di 2013, di suatu daerah di Tangerang, saya nganter paket tidak diperkenankan masuk dalam satu komplek sama opang. Sampai saya ditabok lah, karena saya pakai jaket Gojek. Gamparan, cacian, sering sekali kita dapet, tonjok beberapa kali sering banget. Yang kejamnya, saya pernah dikalungin senjata tajam. Itu sesuatu hal yang bahkan keluarga, anak, istri itu sampai melarang udah lah berhenti aja di Gojek. Diteruskan bahwasanya, udah balik lagi aja ke opang.
Kenapa tetap mau jadi mitra Gojek?
Saat itu saya berprinsip dan berpedoman kalau setiap pekerjaan bahwasanya mengandung risiko. Tapi, selama kita di jalan yang benar kita pasti selalu dilindungi. Sejak 2013, saya fokus ke Gojek nggak di opang lagi. Karena saat itu orderan udah banyak, jadi kita udah nggak sempat ngopang.
Tapi, tetap kita nongkrongnya di pangkalan kita nih, jadi kita nongkrong sama temen-teman kalau ada orderan kita ditelepon. Waktu itu kan, tata cara Gojek ngasih orderan ke kita ini, kita di telepon sama call center 'Selamat siang Pak, sore, malam, bisa tolong ambil orderan ini.'
Kalau kita bilang 'bisa' ya udah, setelah kita bilang siap bisa ambil orderan beberapa saat satu menit kemudian, ada SMS masuk. SMS alamat penjemputan dan alamat pengantaran. Tapi, kala kita bilang ke call center 'mohon maaf saya hari ini libur', ya udah call center akan menutup dengan 'Terima kasih pak, kita carikan driver yang lain'. Itu bahasa baku temen-teman di call center. Itu kayak gitu tahun 2010 sampai 2014 awal.
Di pangkalan ojek yang biasa nongkrong itu, cuma saya sendiri. Temen-temen nggak ada. Jadi, setelah saya jalan 2 tahun, ada teman 1 pangkalan 2 orang bilang 'Saya ikut dong', baru habis itu kita bantu daftarin.
Mangkalnya di daerah mana tuh?
Itu masih di Blok M, karena pada saat itu di situ untuk orderan Gojek lumayan ramai.
Simak juga video 'Ekosistem Gojek Membantu Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi':
[Gambas:Video 20detik]
Pendapatan per hari saat itu masih ingat berapa?
Saat awal saya gabung di Gojek, pendapatan kita bisa dapat 5-6 order sehari. Ya lumayan lah, kalau misal satu order kita nominal Rp 30 ribu, kalau dapat 5 kan dapat Rp 150 ribu tambahannya. Kan sangat membantu. Dan waktu itu, kita masih sambil ngopang soalnya. Jadi, enak.
Lebih kecil atau besar dibandingkan opang saat itu?
Kalau bicara pendapatan, waktu itu jadi Gojek lebih kecil. Tapi kan pasti. Dalam artian, saya pasti dikasih order setiap harinya. Kalau opang kan nggak nentu, kadang hari ini bisa dapat orderan 5 penumpang, besok cuma bisa dapat 1 atau 2, kita nggak tahu.
Kalau perbandinganya, setelah setahun kemudian ya lebih besaran pendapatan dari Gojek. Per harinya bisa sampai Rp 300 ribu, sedangkan pas dulu jadi opang paling Rp 200 ribu.
Di awal kemunculannya, ojek online banyak yang ditolak oleh para opang bahkan ada yang sampai dipukuli/dikeroyok berkali-kali. Apakah bapak mengalami penolakan seperti itu juga saat itu?
Bukan ngalamin lagi, sering. Saya salah satu korban. Bahkan saya di terminal Lebak Bulus dulu, saya selalu ke mana-mana pakai jaket Gojek. Saya ini kan lagi nurunin penumpang nggak ngambil penumpang, nurunin penumpang nih, tahu-tahu saya dilempar pakai batu kena kepala saya. Itu di tahun 2013 akhir mau masuk 2014.
Berdarah enggak, cuma saya jatuh. Kliyengan. Terus saya ditolongin sama orang sekitar. Setelah saya lumayan udah bisa tenang, pada ngomong 'Pak mau dibawa ke Rumah Sakit nggak?' Saya jawab nggak perlu saya sudah sadar, dan saya bisa naik motor yaudah saya pergi. Saya nggak tahu siapa, tapi kan yang ngelempar dari belakang.
Nah, tapi cerita lucunya yang ngelempar ini sekarang jadi driver Gojek. Dia cerita sama saya, ngaku dan dia nangis-nangis minta maaf sama saya. Jadi, ada lah hikmah dari semua itu.
Bahkan saya pernah di Jababeka, di tahun 2014an kalau waktu itu ketengilan saya. Jelas-jelas ada tulisan spanduk gede Gojek dilarang ambil orderan. Nah, pikiran saya nih Jababeka ke Ciledug kan lumayan nominalnya Rp 125 ribu. Saya ambil, padahal ini orderan paket. Saya nggak tahu, pas sampai rumah customer saya udah dikelilingin sama opang sekitar 8 orang.
Katanya, di sini Gojek dilarang ambil orderan. Saya jawab aja nggak tahu, terus mereka minta cancel. HP saya mau direbut, tapi saya nggak kasih. Kata mereka sama aja mau paket mau orang, pokoknya Gojek dilarang ambil orderan di wilayah Jabebeka. Itu saya ditendang, digampar, saya di keroyok. Terus saya diamanin dan ditolongin sama security komplek. Orderan saya cancel. Ya udah.
 Driver Gojek 001, Mulyono Foto: Kholida Qothrunnada |
Ini mungkin saya cerita pertama kali, saya belum pernah bilang ke mana-mana. Bahkan saya pernah disandera di JCC Senayan awal 2015. Kejadiannya sebenarnya malam, jadi di JCC ada event, ada teman Gojek digebukin sama opang di situ. Nah, waktu itu kan kalau ada temen-teman Gojek yang digebukin pasti langsung tuh 'Hijauin'. Tapi, si teman-teman Gojek ini siangnya nyerang banyak. Kan dulu sistemnya gitu. Kan kita punya grup WA, itu kan kesebar se Jakarta.
Niatnya tuh saya ke situ mau meredam. Ayo dong teman-teman, ini kan korban sudah dibawa ke kepolisian tinggal tunggu prosesnya aja. Jangan dong, main hakim sendiri. Setelah teman-teman pada pergi, saya malah ditahan sama opang. Karena saya nggak lari, saya pikir sudah selesai kan teman-teman udah pergi. Saya mau lanjut cari orderan.
Terus opang ada yang bilang, 'ono noh pentolannya'. Saya disandera, digamparin, saya disandera di belakang pangkalan opang di situ cukup lama 4 jam di sana. Saya ditanya, yang backup Gojek dari mana, saya bilang dari Paspampres.
Saya bilang ke opang, kan Bapak tahu justru saya mau bubarin teman-teman driver jangan main hakim sendiri, harusnya terima kasih sama saya. Udah saya jelasin semuanya, tapi mereka nggak terima. Dan suruh manggil komandan saya. Mereka ngobrol akhirnya, jam 8 malam saya baru bisa pulang.
Pak Nadiem tahu itu? Bapak sebenarnya tahu nggak sih latar belakang Pak Nadiem saat itu?
Pak Nadiem juga tahu. Saya ini punya kedekatan emosional sama dia. Waktu itu dia suka ke mana-mananya naik motor, kurang lebih 2 tahunan dengan beliau. Saya kan dulu juga sering ke rumahnya, antar jemput adiknya pak Nadiem sekolah, terus ibunya pak Nadiem suka suruh saya antar-antar dokumen. Saya tahunya waktu itu, kalau Om-nya Pak Nadiem itu orang penting, pejabat seorang Jendral TNI. dan Bapaknya seorang pengacara Nono Makarim. Itu aja sebatas itu.
Apa lagi duka saat masa awal menjadi driver Gojek? Bagaimana cara Bapak atau apa yang membuat Bapak tetap bertahan sebagai driver Gojek?
Dari 2014 sampai 2015 masih ada saya digituin. Bahkan, kalau wilayah Jakarta, Stasiun Sudirman, ITC Cempaka Mas, Stasiun Juanda itu luar biasa buat saya kalau saya ingat. Mereka itu intinya, nggak nerima dengan adanya Gojek. Karena teman-teman opang waktu itu berpikir orang-orang yang biasa sama opang, abis sama Gojek. Dan saya sendiri memahami itu. Tapi, biasanya besoknya saya datangi lagi. Saya ajak mereka untuk gabung ke Gojek.
Respons mereka, pasti pertamanya menolak. Saya datangin mereka baik-baik. Saya ngomong bang, saya yang kemarin abang gamparin. Terus dia bilang, lu udah gue gamparin mau ngapain lagi ke sini, nantangin? kata dia. Saya bilang, ke sini niatnya baik. Ayo dong bang gabung sama Gojek, lumayan lho bang saya ceritain bisa dapat Rp 300 ribu, Rp 400 ribu dan nggak harus nungguin. Tapi, kita dikasih order bang.
Terus dia bilang, 'tapi kan dipotong sama Gojek?', saya jawab 'tapi kan orderan kita terus ada terus bang'. Kalau penghasilan kita taruhlah Rp 10 ribu, kalau dikalikan 20 kan jadi banyak bang, daripada kita nungguin yang nggak pasti saya bilang gitu.
Perlahan teman-teman Opang mulai ada yang mau gabung. Kalau mereka satu wilayah diajak gabung nggak mau, strategi saya waktu itu deketin anak-saudara mereka. Kalau mereka saya ajak gabung dan mau, saya suruh mereka ngambil di wilayah tersebut. Nggak mungkin kan dipukulin. Karena waktu itu setiap daerah rawan saya datengin, karena saya pengin semua wilayah Jakarta kita ambil orderan itu nyaman. Misi saya itu aja.
Kenapa kok bisa semangat banget dengan Gojek?
Waktu itu saya mikir ini kan tempat saya cari nafkah. Saya harus nyaman. Kan kalau rawan, orderan juga jadi segitu-segitu aja. Banyak bangetlah perjuangannya. Tapi terus saya lakukan.
Saat awal kemunculan Gojek, masih ingat dulu sehari bisa bawa pulang uang atau berapa omzet terbesar yang pernah didapat saat itu?
Waktu itu, di tahun 2014 sampai 2015 saya bisa dapat order 25 sampai 30. Itu bisa dapat paling banyak Rp 500-600 ribu. Itu standar, bahkan teman-teman bisa dapat Rp 700-800 ribu. Start saya mulai dari jam 8 pagi, sampai jam 8 malam. Tapi, kalau saya udah capek ya udahlah nggak memaksakan diri. Dan itu nganternya kemana aja, bisa ke Depok, Tangerang, Jakarta, Bekasi.
Apakah ada keistimewaan yang didapatkan dengan posisi sebagai driver Gojek 001?
Keistimewaan kalau dari segi apa ya... sebenarnya kalau saya bilang nggak ada sih sama aja. Cuman, setiap ada eventnya Gojek, saya selalu dilibatkan. Itu lah salah satu bentuk apresiasi Gojek ke saya. Event-event pentingnya Gojek pasti saya selalu dilibatkan. Istimewanya di situ aja sih.
Apa pengalaman paling berkesan Bapak selama jadi driver Gojek?
Paling berkesan bisa sampai duduk berdampingan sama Presiden Jokowi pas tahun 2018, momen silaturahmi ojol Nusantara di Kemayoran. Itu, saya kayak mimpi sebelahan sama Pak Jokowi, sebelah saya Menteri. Kan pada saat itu juga ada teman-teman dari aplikator lain, tapi yang di sampingnya pak Jokowi sama Pak Menteri Perhubungan Budi Karya ya saya. Dan di belakangnya juga masih banyak Menteri.
Nah, itu momen yang menurut saya nggak kepikiran. Sampai saya cubit-cubit tangan ini mimpi nggak sih? Dan Pak Presiden itu ramah ngajak ngobrol saya, asli dari mana, udah berapa lama di Gojek, berapa penghasilan sehari, sampai sedetail itu. Dan menurut saya luar biasa. Mungkin itu pencapaian tertinggi buat saya. Basic saya opang, dan saya orang yang tidak berpendidikan tinggi. Itu dua kali saya ketemu Pak Jokowi saat itu momen mitra juara Gojek di tahun 2019, beliau masih ingat saya. Dan itu bangganya luar biasa.
Bagaimana rasanya jadi driver Gojek saat ini, di mana persaingan dengan driver lainnya semakin banyak?
Sebenarnya sekarang dengan semakin banyaknya kompetitor, Gojek ini sebenarnya punya pangsa pasar tersendiri. Karena kita terkenal dengan pelayanannya. Dan itu kompetitor lain, nggak bisa mengikuti itu sampai saat ini. Dan di Gojek ini, selalu ada inovasi-inovasi terbaru, entah itu buat customer, driver. Jadi, kami tidak pernah khawatir.
Dan Alhamdulillah sampai saat ini pun, dalam sehari bisa dapat Rp 200 ribu, saya syukuri dengan semakin bertambahnya usia, keprimaan saya berkendara saya segitu. Dan petinggi-petingginya Gojek juga, selalu perhatiin mitra-mitranya di lapangan.
Apakah ada barang/aset yang sudah dibeli dari hasil Gojek sejak pertama kali? Sudah beli apa aja?
Hahahaha, kalau ditanya saya sudah beli apa aja. Sebenarnya saya ini nggak punya apa-apa. Nggak bisa beli apa-apa. Saya cukup syukuri dan saya nikmati hidup ini saya bisa membesarkan anak-anak, saya bisa menyekolahkan anak-anak itu udah materi yang sangat luar biasa. Mungkin saat itu, kalau saya masih ngopang, anak saya belum tentu udah bisa pada sekolah.
Nah ini juga jadi aset ,dalam artian ini lah pencapaian saya beli rumah walaupun nyicil. Saya pilih beli rumah di Bekasi, saya memikirkan tempat kerja anak saya, yang kalau dari sini nggak terlalu jauh. Saya juga memikirkan, kalau saya ambil rumah di Depok, di Tangerang itu aksesnya terlalu jauh saya dari tempat kerja anak.
Saya dulu di Jakarta ngontrak di daerah Condet selama 12 tahun. Kalau saya ambil rumah di Jakarta saya nggak mampu, saya ngambil rumahnya di pinggiran. Dengan angsuran semampu saya ya, harus keluar di Jakarta. Nggak mungkin saya ambil rumah di Jakarta yang di sekitaran harganya udah di atas Rp 500 juta semua.
Kalau dibilang materi apa yang terbanyak saya dapetin dari Gojek, saya bisa mengenal teman-teman di Indonesia. Alhamdulilah teman-teman driver Gojek ini hampir semua kenal dengan saya. Dan saya punya komunitas Driver Oriental Indonesia (DOI) saya dirikan 4 tahun yang lalu, dan udah terbentuk chapter-chapternya di seluruh kantor Gojek yang ada di Indonesia. Itu lah harta terbesar saya.
Oh iya sama saya bisa naik pesawat. Saya belum pernah naik pesawat, itu saya diajak tim Gojek saat momen merajut Nusantara di tahun 2019. Saya kebagian ke Makassar. Dan saya pas itu di pesawat, saya kepikiran dosa kita semua, 2 jam itu udah nggak karuan-karuan. Takut luar biasa. Karena undangan dari teman-teman, saya hampir bisa mengelilingi kota yang ada di Indonesia kaya Surabaya, Semarang, Solo, bisa jalan-jalan secara gratis.
Kapan awal pertemuan dengan Nadiem Makarim? Boleh cerita bagaimana pertemuan pertama tersebut terjadi hingga akhirnya pernah juga bertemu saat Nadiem sudah jadi Menteri?
Ketemu pertama ya di 2010, kebetulan saya sendiri juga dulu nggak tahu kalau Pak Nadiem ini bosnya Gojek. Setelah seminggu kemudian, ada yang ngasih tau itu namanya Pak Nadiem yang punya Gojek.
Lah itu saya bilang, saya sering ketemu kalau lagi disuruh sama Ibunya cuma kan kita nggak pernah ngobrol. Setelah itu, dia bilang pas ketemu 'Pak Mul gabung juga di Gojek?' terus saya bilang 'oh iya siap bos'. Ya udah lah jadi sering ngobrol-ngobrol, dia juga sering minta saran dan masukan Gojek ke depannya gimana.
Bahkan waktu itu, orang Gojek yang pertama kali ngucapin selamat yang jadi Menteri itu saya. Karena saya yang diundang ke Kementerian, setelah satu hari dilantik jadi Menteri. Satu kebanggan lah.
Sekarang setelah jadi Menteri, sampai saat ini hubungan kita baik. Saya kontak langsung, saya ini kan punya nomor kontak langsungnya beliau, nomornya nggak tersebar luas. Nomor pribadinya itu ada dari 2010 sampai saat ini nomornya, masih itu aja. Belum ganti-ganti dan beliau sendiri yang pegang. Sampai saat ini masih japrian, nanyain kabar. Kalau saya Japri, Bos lagi di mana? Pasti dijawab.
Bahwasanya yang tadi saya bilang punya kedekatan sama beliau, karena sering jalan di motor. Bahkan nganterin pacaran pun saya sering. Pak Nadiem tidak pernah ada gengsi sama sekali.
Pas pernikahan kita konvoi, kita kawal Pak Nadiem, dengan driver Gojek. Ada sekitar 50 driver sampai resepsi ke rumah istrinya. Pak Nadiem itu melibatkan momen bahagia dia, juga teman-teman Gojek dilibatkan. Pacarnya itu yang saya antar itu, yang jadi istrinya sekarang Mba Franka.
Terakhir ketemu pak Nadiem saya itu pas kemarin launching GoTo kemarin. Saya disamperin pak Menteri, istrinya. Pak Mul apa kabar? Dan sapaan itu sudah suatu kebanggan buat saya. Bahwasanya, beliau tidak pernah melupakan saya. Saya setiap ketemu Nadiem, saya pasti akan nangis. Pas itu saya sempat ngobrol lama, sekitar 10 menit. Temu kangen, saya dipeluk-peluk itu Corona pas PSBB. Gojek ini kan tanpa ada orang-orang lama kan nggak mungkin sesukses ini kan?
Bapak menjadi salah satu driver yang mendapatkan saham GoTo saat IPO kemarin. Dapat berapa lembar saham? Masih dipegang sampai sekarang atau sudah dilepas/dijual?
Saya dapat 4.000 lembar saham. Jadi angkatan 2010-2016 itu mendapatkan 4.000 lembar saham. Yang dari 2017-2022 mendapatkan 1.000 lembar saham. Ini lah bentuk apresiasi Gojek, ke teman-teman mitranya. Nggak sedikit lho, ke 600 ribu mitra itu kan nggak sedikit yang dibagi saham.
Biar kata berbentuk saham itu kan jangka panjang. Mungkin aplikasi lain nggak bakalan bisa atau mampu. Sahamnya masih saya simpan, saya investasi. Kalau perlu saya tambahin.
Saya kaga ngarti sebenarnya, benar-benar nggak ngerti main saham. Kan bener-bener orang gaptek. Nah, setelah kita dikasih saham sama Gojek, Gojek bagus lho, baik kita diajarin. Cara mengelola sahamnya nanti gimana sih? Terus ada informasi di aplikasi Gojek kita. Pak nanti begini ya begini, dan sampai saat ini kita download nanti informasi lagi, tunggu ya informasi selanjutnya. Karena kan sampai 8 bulan itu benar-benar yang mau dijual ya dijual, yang mau investasi-investasi. Saya masih segitu sahamnya, belum ditambahkan karena ada kebutuhan keluarga yang lain.
Apakah Bapak juga investasi di saham sebelumnya?
Belum pernah sama sekali, Gojek yang mengajarkan.
Apa fakta menjadi driver Gojek, yang menurut Bapak nggak banyak orang yang tahu?
Oh bahwasanya, faktanya terkadang kita ini dicibirkan. Kita ini masih banyak kan diskriminasi. Kita masuk mal, harus copot atribut itu salah satu diskriminasi. Kita ini dibutuhkan, tapi kesannya kita diremehkan. Kita dapat orderan Gofood, belanjanya di mal. Tapi di mal tersebut kita nggak boleh pakai atribut.
Masih banyak banget, kalau saya sebut satu per satu. Bahkan ada satu mal, kita benar-benar tidak boleh masuk mal tersebut, kita nggak tahu model restorannya kayak apa, kita suruh tunggu di basement. Ya adalah salah satu mal di Kebayoran Baru.
Jadi, kita nunggu di basement, nanti dari pihak resto nganterin ke kita makanannya ke basement. Ini fakta! Bahwasanya kita dibutuhkan, tapi kita masih dianaktirikan. Itu lah yang kita upayakan ayolah, mulai terbuka ke kami. Fakta-fakta lain banyak, kami sering dapat perlakuan yang tidak adil. Dari segi pelayanan dari merchant. Ada pihak-pihak yang terkenal ini kita nggak boleh masuk.
Kasarannya, kalian butuh uang dari Gojek dari customer, tapi kami suruh begini. Jadi kami ini dianggap apa dari restoran sampean? Sampai suatu saat saya pernah debat, kenapa sih? Mereka yang makan dan nongkrong di tempat itu belum tentu orderan lebih besar dari yang pesan di Gojek. Dan itu kebanyakan dari restoran-restoran yang terkenal. Alasan dari dia (pihak resto) katanya privasi. Kan sialan! Itu fakta, itu sering kita hadapi.
Kalau fakta menyenangkan juga banyak, contohnya ya kita kasih pelayanan terbaik ke customer. Dan customer kasih tip, itu fakta. Saya pernah dikasih tip selama di Gojek, pernah di kasih tip Rp 500 ribu. Kebaikan-kebaikan itu banyak yang datang ke saya, itu fakta banget. Orang nggak kenal, banyak yang peduli dan itu di luar informasi saya sebagai driver Gojek.
Rencananya mau sampai kapan jadi driver Gojek?
Kalau ditanya sampai kapan, saya sendiri belum tahu. Tapi, saya mungkin kalau saya udah nggak mampu lagi naik motor saya akan pensiun. Selama saya masih mampu bawa motor, selama saya mampu melayani customer dengan baik dan saya akan tetap jadi Gojek.
Karena kalau bicara Gojek, saya ini emosionalnya sangat tinggi. Tanpa Gojek pungkiri, saya ini punya peran, walaupun nilainya nggak seberapa. Tapi saya ikut andil dalam membesarkan Gojek sampai saat ini. Dan itu menjadi emosional buat saya.
Kalau bisa ngomong langsung ke CEO/bos Gojek, Bapak mau ngomong apa terkait kesejahteraan para driver/mitra?
Kalau CEO Gojek sekarang kan Mas Kevin. Saat ini saya rasa kesejahteraan mitranya sudah sangat baik lah. Kalau menurut saya banyakin lah banyak program mitra. Dan ini sebenarnya sudah dilakukan. Ada makan hemat, beli paket dana hemat, banyak. Yang saya bilang Gojek ini keterbukaanya sudah mulai ada, dan buat Mas Kevin terus ada buat kita-kita.
Teruslah optimal ada buat mitra, terus berinovasi bagaimana caranya kita dapat orderan makin banyak, bagaimana menarik customer. Itu hal-hal program inovasi Gojek itu yang harus dilakukan. Jadi, saran saya sih mudah-mudahan Gojek semakin baik, dan selalu memperhatikan mitranya.
Oh iya, karena Gojek menjadi salah satu bagian terpenting dalam hidup saya. Itu anak saya yang terakhir kelima saya namain Kevin sama kayak CEO Gojek sekarang. Yang keempat saya namain Nadiem, pendiri Gojek.