Amankan 'Otak' Kapal Perang dari Ujung Jurang dan Utang

Wawancara Khusus Dirut Len Industri Bobby Rasyidin

Amankan 'Otak' Kapal Perang dari Ujung Jurang dan Utang

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 04 Jul 2022 08:30 WIB
Direktur Utama Len Industri, Bobby Rasyidin
Foto: Achmad Dwi Afriyadi

Len dari segi usia sudah panjang, tapi bisa dibilang banyak orang nggak tahu. Bisa dijelaskan?

Len ini kan tahun 1965, dulunya bagian dari LIPI namanya juga Lembaga Elektronika Nasional. Kenapa namanya Lembaga Elektronika Nasional karena waktu itu cita-citanya penguasaan teknologi elektronika di mana tujuannya adalah kemandirian kita secara teknologi elektronika.

Kemudian tahun 1989 sempat bergabung menjadi BPIS Badan Pengelola Industri Strategis yang diketuai Pak Habibie waktu itu. Kemudian tahun 1991 itu diubah menjadi badan usaha milik negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, PT Len ini sebenarnya kan bicara adalah kesisteman elektronika yang terdiri dari perangkat kerasnya, hardware-nya elektronika itu sendiri dan kemudian softwarenya, software dari kesisteman. Len itu sebenarnya adanya di sana.

Maka berkembangah waktu itu, Len ini membuat pemancar TV, Len membuat radio komunikasi, Len waktu itu membuat persinyalan kereta, Len membuat waktu itu sistem telekomunikasi fiber optic, macem-macemnya di situ. Karena Len itu lahir dari elektronikanya dan kesisteman software elektronika.

ADVERTISEMENT

Kenapa Len ini tidak terkenal karena kita tidak di consumer market. Kalau kita di consumer market kita bikin TV itu pasti orang kenal kita seperti saudara kita PT Inti. PT Inti mungkin lebih dikenal karena mereka bikin telepon umum, mereka bikin telepon rumah waktu itu. Kita ini karena lebih di hulu, lebih kepada kesistemannya. Maka kita ini tentunya tidak lebih dikenal di publik tapi peranannya karena waktu itu pernah masuk dalam Badan Pengelola Industri Strategis, negara sebenarnya namanya juga strategis, industri strategis, ya perannya seharusnya cukup dominan untuk menopang industrinya Indonesia.

Produk Len apa saja?

Secara garis besar portofolio Len ada yang di elektronika pertahanan. Jadi dalam pertahanan electronic warfare. Jadi kalau kita lihat di dalam sebuah alutsista katakan kapal perang, kapal perang ada platformnya, ada mesinnya, kemudian ada di dalamnya sistem navigasi, sama sistem komunikasinya. Kemudian ada yang namanya sistem surveillance-nya, ada senjatanya. Kemudian ada otaknya, otaknya mission system-nya.

Nah di mana Len di dalam satu kapal perang ini, Len itu ada di komunikasi, ada di navigasi, ada sistem penginderaannya atau surveillance system-nya, bisa sonar, bisa radar dan ada di mission system. Jadi semua yang berbau komputasi dan semua berbau elektronikanya di situ Len. Tapi karena produk kapalnya buka punya Len, Len-nya nggak terkenal, yang terkenal PT PAL-nya. Karena yang produsen kapal adalah PT PAL.

Begitu juga di pesawat, di pesawat itu ada pesawat, aircraft-nya, ada engine-nya, kita sebut platformnya lah. Kemudian di dalamnya ada mission computer-nya, ada avionic system-nya, ada communication, ada data linknya, ada radarnya. Len di tempatnya 5 ini, jeroan di dalamnya ini. Tapi karena pesawat terbang itu produksinya PTDI, PTDI yang muncul.

Yang kedua transportation system, transportation system ini produk unggulannya Len kayak persinyalan atau traffic management control untuk kereta. Ini yang LRT ini kita yang bikin sistemnya. Kemudian yang intercity railways system yang antarkota itu juga kita yang bikin. APMS yang kereta bandara itu kita yang bikin sistemnya. LRT di Palembang itu kita yang bikin sistemnya.

Yang ketiga itu ada seperti yang saya sebut tadi, ada elektronika pertahanan di dalamnya, ada sistem navigasi dan surveillance. Ini contohnya kita dengan BMKG, kita itu punya 9 produk yang kita kerjasamakan dengan BMKG, mulai dari seismograf, weather station, anemometer, ada yang namanya accelerometer. Ini kita produksi barang dengan BMKG untuk kebutuhan seismik, untuk kebutuhan maritim, untuk kebutuhan weather.

Nah, yang keempat produk kami renewable energy. Produk kami itu berkaitan dengan surya lah. Apapun mengenai surya di situ ada solar panel, ada solar thermal dan macem-macem sebagainya.

Holding baru saja diresmikan, bisa dijelaskan kenapa harus dibuat holding? Ada dinamika dalam holding?

Jadi kenapa kita harus bentuk holding kalau tadinya lima orang berjalan masing-masing secara skala industrinya kecil-kecil. Kita kalau bernegosiasi dengan pihak asing, dengan prinsipal asing, kalau kecil-kecil dianggap anak kecillah. Tapi, ketika kita gabung kita besar. Sehingga bargaining power kita kepada prinsipal asing, atau produsen atau industrinya asing ketika nanti bekerjasama dengan dia bargaining power jauh lebih besar.

Yang kedua, kalau aset ini pecah lima leverage-nya kecil-kecil juga. Tapi ketika asetnya kita gabung jadi satu, leverage lebih kuat sehingga bisa meng-address pada leverage pembiayaan itu jauh lebih besar.

Yang ketiga, lima orang berjalan ini yang tadinya itu ada overlapping satu sama lainnya. Ini yang menyebabkan secara operation tidak efisien di lima orang yang berjalan ini masing-masing. Ketika ini digabungkan terjadi sinergitas terjadi juga efisiensi dari operasi. Sehingga, yang tadinya ada overlap, overlap inilah yang kita hilangkan. Yang tadinya overlap menyebabkan kompetisi, kita jadikan sinergi dan kolaborasi. Sehingga secara cost kita turun, diharapkan ke depannya yaitu cita-citanya kami di 2024 menjadi top 50 global defence company itu bisa terjadi dengan baik.

Dinamikanya biasa-biasa saja, karena kenapa, stakeholdernya mendukung semua. Stakeholder dari Kementerian BUMN memang arahnya ke situ, untuk memperkuat footprint BUMN. BUMN kan punya dua fungsi selain fungsi ekonominya juga harus punya fungsi sosial development.

Kemudian dari Kementerian Pertahanan sebagai stakeholder teknisnya juga mendukung. Dari industrial ekosistemnya juga mendukung jadi dinamika boleh dibilang tidak ada, karena semua orang mendukung nih untuk kita gabung-gabung.

Kondisi keuangan anggota holding bagaimana?

Nah, ini yang memang akan menjadi PR seperti saya waktu pertama kali landing di LEN. Memang selama ini, itu biasa ya perusahaan-perusahaan teknologi karena yang menjadi komando rata-rata itu engineer.

Engineer itu penginnya menemukan sesuatu yang canggih, melakukan sesuatu yang hebat. Kadang-kadang lupa melihat bagaimana kita menyeimbangkannya dengan kemampuan keuangan perusahaan. LEN jebol di masa lalu. Ini yang kita sekarang jalan dengan teman-teman yang lain untuk melakukan early warning, early alert jangan sampai deadlock kaya LEN di tahun lalu.

Kalau misalnya arahnya ke sana-sana cepet kita melakukan recovery, dengan Pindad, PAL, PTDI, Dahana kita sekarang bagaimana menyeimbangkan antara pekerjaan kita yang kompleksitasnya tinggi itu dengan kemampuan keuangan kita jangan sampai tidak sinkron.

Rugi semua?

Ya seperti saya gambarkan tadi. Kalau kita bilang rugi, nggak rugi. Tapi yang terjadi itu ketidakseimbangan kinerja saja, jadi ketidakseimbangan kinerja dari operasinya, atau kinerja produksinya, terhadap kinerja keuangan. Tidak seimbang saja. Ini yang harus memang kita harus deep dive ke dalam apa yang membuat dia tidak seimbang kan begitu. Apa yang membuat tidak seimbang kita pikirkan ini, apakah kita masih bisa ubah apakah kita harus restrukturisasi.

Berat apa nggak kondisinya sejauh ini?

Kita sedang proses identifikasi mana sih yang membuat kinerja-kinerja ini, parameter-parameter ini tidak seimbang, kita lagi lakukan itu.

Setelah holding diluncurkan itu langsung ada kontrak. Berapa itu?

Gede itu, jadi kontrak refurbishment kapal saja itu US$ 1,1 miliar. Kemudian kontrak radar itu US$ 400 juta. Kemudian kontrak pelurunya Pindad itu mungkin sekitar hampir US$ 1 miliar. Totalnya mungkin hampir US$ 3 miliar.


Hide Ads