Amankan 'Otak' Kapal Perang dari Ujung Jurang dan Utang

Wawancara Khusus Dirut Len Industri Bobby Rasyidin

Amankan 'Otak' Kapal Perang dari Ujung Jurang dan Utang

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 04 Jul 2022 08:30 WIB
Direktur Utama Len Industri, Bobby Rasyidin
Foto: Achmad Dwi Afriyadi

Selain itu ada juga kontrak dengan Prancis dan Turki. Prancis terkait radar. Itu untuk siapa?

Jadi gini, sebenarnya bukan beli barang Prancis nggak, tapi radar ini kita develop berbarengan dengan teknologi Prancis. Produknya bukan produk Prancis, produknya produk Indonesia. Tapi kita joint development, joint production itu dengan Prancis. Jangan mikir bahwa barang ini adalah barang Prancis yang dibeli dari Len. Kita ambil sebagian teknologinya dari Prancis, kita gabungkan dengan kemampuan kita, kita bikin joint development dengan mereka yang finally nanti kita akan produksi bersama dengan mereka.

Hasil yang dikembangkan dengan Prancis yang beli pemerintah?

Pemerintah sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenapa Prancis?

Jadi kalau kita lihat maturity level dari teknologinya Prancis salah satu negara yang sangat advance dalam teknologi radar. Kalau bandingkan dengan beberapa negara finally secara keunggulan dan kematengan teknologi Prancis itu it's the best.

Kedua kita melihat adalah sustainabillity dari support ke depan karena sebagian komponen kan tetap akan diproduksi oleh Prancis di luar negeri karena kalau kami paksa semua produksi dalam negeri nanti biayanya akan tinggi karena ekosistemnya, ekosistem komponennya tidak ada di dalam negeri. Sehingga kami melihat sustainabillity.

ADVERTISEMENT

Kalau kita lihat Prancis ini unik, dia negara NATO, tapi dia tidak support hanya kepada negara NATO. Dia couple antara politik pertahanannya dia itu dengan industrinya. Contoh, Prancis menjual ke Pakistan dan Prancis menjual ke India. India dan Pakistan kan perang seharusnya kalau dia ke memihak, harusnya menjualnya ke salah satu.

Ini uniquness-nya Prancis. Dia negaranya NATO tapi secara industri mereka netral. Itu mungkin sedikit negara-negara NATO yang melakukan itu.

Ketiga adalah level of engagement antara kita dengan dia. Saya dengan si prinsipal asing ini saya selalu bilang harus equal, resiprokal engagement. Jadi gini, apa yang aku beri kamu harus beri dengan level yang sama kepada saya. Ayo kita joint-an kita roadmap-kan masa depan bersama. Tapi apa yang kasih kamu, kamu juga harus ngasih dengan level yang sama kepada saya. Apa yang Prancis dapatkan, Prancis juga harus memberikan hal yang sama kepada saya. Apa yang prancis dapatkan, Prancis juga harus memberikan hal yang dengan level yang sama kepada Indonesia. Jadi prinsipnya itu.

Keempat, keterbukaan dari teknologinya. Biasanya negara-negara yang punya teknologi, bukan biasanya semuanya, itu ngunci teknologi kuncinya. Ngelock tidak mau membuka teknologi kuncinya. Memang Prancis tidak buka juga, tapi dia memberikan accessibility kepada kita itu lebih tinggi dibanding negara barat lainnya. Berdasarkan empat faktor inilah kenapa kami memilih bekerjasama dengan Prancis.

Ini radar pertahanan ya?

Radar pertahanan.

Ada gambaran kehebatan radar ini?

Jadi gini, radar ini kan sebenarnya mata, matanya, sensornya tapi sebenarnya yang menentukan ini gelas, ini kacamata itu kan otak. Radar ini adalah mata dan otak. Nah jadi kecanggihannya apa, kecanggihannya seperti mata dan otak.

Kalau misal saya lihat pesawat terbang nih, saya tidak hanya melihat pesawat terbangnya saja lewat, saya harus mengetahui pesawat terbang itu punyanya siapa, itu kan otaknya tuh. Jangan sampai pesawat terbang musuh lewat karena otaknya kurang canggih kita melihatnya pesawat terbang, tapi pesawat terbangnya Garuda bukan musuh, teman, itu sudah salah banget.

Maka ini ibarat mata dan otak. Otak kalau makin pintar makin dalam melakukan analisa. Misalnya oh ini pesawat terbang, big datanya menyatakan 'Oh ini pesawat terbangnya Garuda, nomor serialnya sekian, dibuat oleh pabrikan ini, kemudian minggu depan dia sudah harus overhaul'. Itu sudah di level analisanya. Kecanggihan dari sebuah radar ini adalah otaknya.

Identitas pesawat ya berarti?

Tidak hanya identitas, dia juga bisa melakukan prediktif analisis. Apa yang akan dilakukan orang ini, dia mengarah ke mana, 'Oh dia mengarah ke Bandung. Oh dia bawa senjata yang radiusnya 200 km. Oh dia udah mau nembak nih'. Begitu dia bilang mau nembak dia kasihkan ke sistem pertahankan kita, ke sistem untuk bertahan untuk nembak dia juga duluan. Inilah fungsi si radar ini makanya namanya ground control interception.

Pesawat siluman pasti kedetect?

Ke-detect, sekarang nggak ada lagi yang ke-detect. Dulu, radar-radar dulu bener, pesawat siluman dia menyerap pancaran si radar. Tapi sekarang yang di-detect bukan dari body-nya pesawat itu dari after burn-nya, dari knalpotnya. 'Oh ada panas ini, berwujudnya nggak ada, tapi panasnya ada ini, oh siluman'.

Satu radar berapa?

Harganya mahal bisa sampai Rp 500-600 miliar satunya.

Kalau dengan Turki?

Dengan Turki itu tank, ini satu hal yang harus dikembangkan oleh Indonesia. Indonesia kalau kita lihat, kalau di luar orang perang main battle tank. Kalau kita lihat ada Scorpion, kalau punya Amerika Abrams, kalau Jerman Leopard. Itu kan tank-tank berat yang memang didesain untuk gurun. Yang profil dari tanahnya itu rock. Untuk padang pasir itu kuat tank-tank itu.

Sementara Indonesia ini, satu jalan kita nggak kuat, aspal kita nggak kuat. Kedua jembatan-jembatan kita itu tonasenya tidak besar. Ketiga kita banyak rawanya. Keempat tanah kita clay, tanah liat.

Kalau kita main battle tank yang berat sekian puluh ton atau sekian ratus ton tenggelam itu tank. Maka dibikinlah medium tank.

Medium tank ini dia secara kemampuan hampir sama dengan main battle tank, MBT, cuma dia jauh lebih ringan, sehingga manuvernya cepat, bisa di jalan-jalan kecil, dia bisa menerobos rawa-rawa, karena dia ringan. Inilah yang kita kembangkan FNSS Pindad, dengan FNSS, dengan Turki

Kalau dari segi kekuatan?

Kekuatan itu tergantung model operasi dan dioperasikan di mana, mungkin kalau dioperasikan di gurun ini tank jauh ketinggalannya. Tapi kalau misalnya MBT tadi dioperasikan Indonesia nggak jalan ini benda. Maka ini bagus temen-temen di Pindad. Mendesain sesuatu yang bener-bener sustainable cocok untuk Indonesia.

Ini untuk TNI AD?

TNI AD.

Target tahun ini?

Target tahun ini tentunya tinggi karena gabung-gabung. Tapi seperti saya bilang tadi, jangan sampai kita makan sesuatu yang isinya duri semua. Bagaimana kita mengkonversikan duri-duri ini menjadi daging yang enak. Makanya tidak hanya ke depan saja kita kejar, ke belakang harus kita tata. Kalau nggak jebol.

Target kontrak?

Target kontrak kita alhamdullilah sudah tercapai. Totalnya itu kan Rp 35 triliun. Rp 35 triliun itu dari kontrak on hand di PT Len sendiri sekarang sudah Rp 12 triliun, kontrak on hand di PT Pindad sudah Rp 15 triliun, kemudian di PT PAL Rp 11 triliun atau Rp 17 triliun, PTDI mungkin sekitar Rp 3-5 triliun. Semuanya sudah over achieve.

Seperti saya bilang tadi, permasalahan utamanya bukan ngejar kontraknya, bagaimana menyelesaikan kontrak ini dengan kualitas yang bagus dengan cost yang rendah sehingga perusahaannya profitable dan tepat waktu. Dan plus bagaimana mulai menguasai teknologi.

Len mengajukan PMN tahun ini, untuk apa?

Nah tadi kan kami menerima Rp 35 triliun lebih. Untuk memenuhi ini, kami harus meningkatkan apa, satu, meningkatkan penguasaan teknologinya sehingga kami bisa produksi.

Kedua adalah meningkatkan kapasitas produksinya seperti saya gambarkan tadi Pindad. Pindad itu dapat 4,5 miliar butir peluru, kapasitasnya sekarang cuma 300 juta setahun. Kalau 4,5 miliar butir peluru kan artinya 1 miliar per tahun sampai 2024.

Bagaimana ini dengan 700-nya apakah kita impor, masa impor lagi. Maka kita perlu meningkatkan kapasitas produksinya.
Nah yang ketiga adalah bagaimana peralatan-peralatan kita jamin sustainabillity operation-nya ke depan. 1-2-3 ini butuh investasi. Butuh investasi itulah yang kami ajukan dengan PMN bukan untuk bayar utang.

Presiden Jokowi menerbitkan PP di mana kerugian BUMN ditanggung direksi. Bagaimana menurut bapak?

Harusnya begitu, basis saya kan swasta, saya dari multinational company itu harus. Bahkan kalau saya di swasta multinational company dulu forecast saya, target saya akurasinya jelek, bukan nggak tercapai, akurasinya jelek saja, saya dipecat.

Jadi, kalau di multinational company itu apapun angka yang pernah kita ucapkan dan kita commit we have to deliver, mau pandemi, mau dunianya runtuh. Kenapa kamu tidak prediksikan dari awal. Kesalahan kamu di situ. Kenapa sudah tahu pandemi kamu masih masang target tinggi.

Sehingga direksi ini juga harus kalkulatif tidak asal masang angka, harus mempertimbangkan semua aspek dari perusahaan harus melihat environment bisnisnya seperti apa itu tugasnya direksi. Itu sudah harus begitu.

Len ikut terlibat dalam pembangunan LRT Jabodebek sebagai pihak yang membangun persinyalan. Bisa dijelaskan progres pembangunan persinyalannya, mengingat rencananya LRT akan diresmikan 17 Agustus 2022? Kabarnya, integrasi sarana dan prasarana baru 30%, apa kendalanya?

Len telah 98% menyelesaikan pemasangan persinyalan di OCC atau Pusat Operasi & Kontrol LRT Jabodebek. 100% memasang sistem persinyalan di jalur utama: lintas 1 Cibubur-Cawang; Lintas 2 Cawang-Dukuh Atas; dan Lintas 3 Cawang-Jatimulya. 100% memasang sistem persinyalan di 31 kereta LRT Jabodebek.

Awalnya memang ditargetkan Agustus 2022, namun dinamika di lapangan berubah, dan ini sudah diketahui oleh Kemenhub, Adhi, Inka, KAI. Bahwa software yang akan digunakan perlu dilakukan penyesuaian terhadap operasional di lapangan seperti lintasan/track dan kereta. Sehingga pengoperasian pertama LRT Jabodebek akan ditargetkan pada tahun 2023.

Saat ini sedang dilakukan pengetesan secara bertahap, di OCC, di Lintas Pelayanan 1-3, dan di kereta LRT, dan selanjutnya akan ada pengetesan secara terintegrasi secara keseluruhan juga.


(acd/eds)

Hide Ads