Terkait informasi yang ramai di media sosial minggu lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Boleh diceritakan terkait 1.000 produk yang hilang, karyawan diminta resign dan ganti rugi, hingga hak mereka yang tidak dibayarkan?
Kalau ada tindakan yang tidak sesuai itu juga kami tidak bisa toleransi karena The Goods Dept juga harus ber-partner-an dengan banyak mitra, brand-brand lain yang menitipkan barang mereka ke kami.
Saat kami melakukan audit internal, kami menemukan kerugian yang berulang yang besar sekali di mana sebenarnya ini tahun sebelumnya juga sudah pernah terjadi, sekarang terjadi lagi. Tahun lalu kita telah memutihkan artinya kita tidak menuntut tanggung jawab dari karyawan, kami tanggung sendiri semuanya, tapi kebocoran ini terjadi lagi di tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut kami, kami harus mengambil tindakan tegas dan untuk mengawasinya lebih dalam lagi. Dalam hal ini juga kami sangat kecewa, kami minta pertanggungjawaban sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Jadi mitra kami juga bisa lebih leluasa menitipkan barangnya di sini.
Tahun lalu juga kejadian, nilainya juga miliaran tapi tahun lalu kita nggak kasih sanksi, kita nggak menuntut apa-apa, kita putihkan, kita maafkan. Tapi kami harus melindungi karyawan kami yang tidak terdampak dengan urusan kayak gini dan juga melindungi mitra kami di mana banyak brand-brand di sini UMKM, brand-brand kecil, jadi kita mengkurasi produk UMKM untuk titip jual di sini. Dengan demikian akses kepada mal-mal itu terjadi, kita memberikan akses seluas-luasnya kepada brand-brand lokal untuk datang dan bekerja sama dengan kita.
Setelah kejadian ini banyak para mitra bertanya pada kita sebenarnya aman nggak dan kita menanggung kerugian itu. Jadi harus ada sesuatu peraturan yang ditegakkan. Di ritel memang semua yang bekerja di toko harus mempertanggungjawabkan apapun kekurangan barang, seperti di mini market juga begitu.
Saat kami melakukan audit internal, kami menemukan kerugian yang berulang yang besar sekali di mana sebenarnya ini tahun sebelumnya juga sudah pernah terjadi, sekarang terjadi lagi.CEO The Goods Dept, Ruby Sjabana |
Marak baju impor bekas murah, dijual bebas khususnya di media sosial saat ini. Katanya ini mengganggu brand-brand dalam negeri, bagaimana tanggapannya?
Kalau ritel kan ada berbagai tipe jenisnya ada di fashion, terus ada yang fokus di second produk kayak branded maupun baju, kita nggak main ke sana si. Pasarnya beda.
Salah satu strategi fashion ritel di Indonesia saat ini yang marak dilakukan adalah dengan mengikuti sejumlah fashion show di luar negeri hingga mejeng di papan iklan internasional sekelas Time Square. Bagaimana pendapat Anda? Apakah The Goods Dept ada rencana untuk ke arah sana dalam waktu dekat?
Untuk kami, kami mengangkat brand lokal di mana memberikan kesempatan sebesar-besarnya dan kami mengkurasinya untuk kami bekerja sama dan dijual di toko kami yang ada di mal-mal, itu yang kami lakukan. Toko kami adalah panggung kami.
(aid/eds)