Wawancara Khusus Ketum Kadin, Arsjad Rasjid

Buka-bukaan Sosok Capres RI Pilihan Pengusaha

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 30 Agu 2023 16:41 WIB
Foto: 20detik/Iswahyudy
Jakarta -

Pemilihan Presiden 2024 sudah di depan mata. Gelaran pesta demokrasi 5 tahunan ini dianggap pengusaha menjadi momen krusial mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Kepada detikcom, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid berbagi sosok yang paling tepat mengisi posisi Presiden agar visi Indonesia Emas 2045 bisa tercapai.

Arsjad membagikan sejumlah kriteria yang cocok bagi presiden berikutnya agar peta jalan menuju Indonesia maju bisa terlaksana. Misalnya saja, sosok presiden berikutnya harus sudah diakui dunia internasional, punya track record yang baik, dan juga kemampuan manajerial yang baik.

"To be or not to be, Indonesia bisa jadi negara maju atau tidak, momentumnya sekarang." kata Arsjad dalam wawancara khusus kepada detikcom, beberapa waktu lalu.

Bos Indika Energy tersebut juga buka-bukaan tentang harapan pengusaha pada kontestasi pesta demokrasi Indonesia 2024 mendatang. Perpecahan antar-kubu menjadi momok yang diharapkan tak muncul.

Selain itu, Arsjad juga berbagi cerita mengenai peluang-peluang yang dilihat dalam keketuaan Indonesia pada KTT ASEAN tahun ini. Termasuk tentang banjirnya produk impor di platform dagang daring hingga keaktifannya saat ini di media sosial.

Berikut kutipan lengkap wawancara khusus detikcom dengan Arsjad Rasjid.

Kita lihat di media sosial bapak makin sering muncul. Apakah disadari Anda sekarang populer di Instagram dan TikTok?

Itu terus terang saya dibilang menyadari atau tidak saya nggak sadari, itu memang salah satu alat komunikasi yang saya gunakan adalah sosial media. Saya selalu berpikir bagaimana ya, how to communicated the mass. Bicara mengenai entrepreneurship bicara mengenai leadership. Sedangkan seperti diketahui pengusaha ini kan macam-macam ada yang besar ada yang mikro, yang senior maupun yang masih muda.

Tapi how to get the message across, khususnya untuk yang anak muda. Ternyata the most effectively untuk komunikasi itu ya sosial media. Jadi menurut saya oke, if I want to talk about entrepreneurship, I want to giving messages about Indonesia ke depan, maybe its the best way.

Apakah Anda membaca komentar-komentar yang masuk?

Baca, baca. Komen-komennya itu terus terang banyak banget, jadi saya terus terang kadang-kadang saya minta tolong dikurasi, dirangkumin, apa saja sih? Karena kita mau tahu juga dong biar jelas, mana yang ini. Maka kita bales dong yang ini. Kadang-kadang ada satu pertanyaan yang ada, oke perlu ada jawaban, let's do it.

Karena kita berpikir begini, kita itu nggak pernah setop belajar, saya pun belajar terus. Jadi dengan demikian harapannya kita bisa sambil belajar. It's not about me, it's about from each other. Sangat penting sekali apalagi keadaan saat ini everything move so fast, cepat banget kan. Apapun sangat cepat, segala macam, bisa kagetan. Ini seperti being agile, itu kan sangat penting. Di sini adalah bagian it's take a lot lho bicara leadership, pertahankan budaya kita, nilai-nilai kita, kemudian bagaimana kita terapkan dan aplikasikan ini ke usaha, kepada bisnis, kepada leadership.

Maka saya suka ngomong pemimpin yang punya harapan contoh. Ya itu adalah hal-hal yang saya rasa zamannya ya, pada saat ini zaman the way to communicate adalah through the social media.

Konten Anda kan banyak tentang entrepreneurship, investasi, target market anak muda banget lah. Kalau dibandingkan pendahulunya, misalnya pak Rosan, Ketua Kadin tidak terlalu tampil. Anda ingin orang tahu Anda seperti apa?

It's not only about me, tapi juga organisasi yang saya pegang. Sebagai chairman of Kadin Indonesia, ini kan rumahnya pengusaha nih, ya kan, dari besar sampai kecil, muda dan tua. Dengan demikian makanya saya merasa bahwa untuk bida berkomunikasi semua tadi ini penting sekali, istilahnya diskusi, interaksi. Dengan demikian nih, bukan membedakan tapi ya pada waktu itu kita mau kasih tahu, Kadin ini sekarang itu inklusif, kolaboratif, progresif. Itu 3 kata itu. Jadi, inklusif penginnya kita Kadin ini rumahnya semua pengusaha lho.

Jadi 3 hal itu ingin dikenalkan lebih dekat?

Iya jadi kita mau kenalkan bahwa ini ada Kadin, rumahnya pengusaha, bahwa Kadin itu semua asosiasi di Indonesia itu ada di Kadin, dalam konteks usahawan dan juga perusahaan-perusahaan apakah itu swasta, BUMN, koperasi, semua itu adalah bagian daripada Kadin sesuai dengan UU. Semua orang tahu kan.

Jadi ini kan judulnya Kamar Dagang, kamarnya jadi berkamar-kamar, ada berbagai sektor dan lain-lain. Dengan demikian saya ingin ini jadi rumah yang dimiliki bersama-sama. Bukan pengusaha besar aja, nggak. Pengusaha itu ada yang besar dan kecil. Makanya saya sering mengatakan bahwa yang menjual bakso aja itu adalah pedagang bakso dan pengusaha bakso, ini kan itu aja udah ada yang namanya job creation, menyediakan lapangan pekerjaan 1 paling sedikit. Ini kan hal yang sangat penting.

Dan juga kebersamaan gini, keadaan dunia yang saya sebutkan kita kan lagi perang, tanpa kita sadari. Cuma perangnya bukan perang beneran, sekarang itu perangnya perang ekonomi. Apa yang harus kita siapkan? Yang namanya soldier -nya, prajuritnya, itu kan pengusaha. Nah pengusaha untuk ciptakan senjatanya apa nih? Cuma dua, produk dan jasa. Bagaimana buat produk kreatif dan siapkan jasa yang kreatif inovatif yang bisa kita jual.

Karena tantangan itu sekarang, perang dagang, kita ini soldier perang dunia ketiga. Tapi perang dunia dalam konteks ekonomi, tanpa disadari. Dulu tuh ya ada yang dipanggil the cold war itu di zaman di mana ada dua blok Soviet Union dan US. Sekarang apa yang terjadi? Secara tidak kita sadari, sekarang sudah terjadi blok ya sekarang. Blokade-blokade.

Kita tetap, Indonesia selama ini non alliance, kita tidak mau membela salah satu. Kita percaya, kita respect, kita menghormati semuanya. Nah, ini yang harus disadari, ini ada perang dagang. Kita mau dagang sama siapa aja, sama Tiongkok dagang, sama Amerika dagang, sama Eropa kita dagang, sama semuanya. Nah untuk itu kita siapkan tadi produk-produk.

Contoh commerce, ada TikTok nih, itu kan perlu dijual barang. Tapi yang dijual barang Indonesia dong. Nah di sini ada kesempatan untuk pengusaha kecil menengah untuk membanjiri. Supaya jangan sampai nanti kita bilang eh kok ini produk dari sana produk dari semua, negara tertentu, kebanyakan Tiongkok lah kebanyakan. Itu kan eh kenapa? Mungkin salah kita karena kita kurang produk.

Tapi kita bangga, kemarin saya pergi ke pameran alat kecantikan, beauty expo. Itu hebat lho. Ada yang lain, tapi banyak juga yang lokal. Kan bangga ya, lihatin wow saya kaget lho lihatnya.

Artinya kita punya kemampuan bersaing?

Bisa dong, ini kita mesti punya percaya diri kalau kita bisa. Nah ini yang harus kita miliki. Itu apa? Its leadership, hal-hal ini lah yang membantu, if you want to do sharing, why not?

Anda sudah sebutkan tadi soal China, ini salah satu perhatian adalah banyaknya impor dari luar melalui cross border katanya UMKM lokal terancam mati suri karena itu dan ada pertentangan juga soal itu, pengusaha kalau dibatasi nilai jual barang kalau dibatasi lintas negara. Pendapatnya mengenai hal ini seperti apa?

Pertama, saya orang yang mengatakan kalau kita harus bisa menjaga pasar kita, jadi kalau bicara Indonesia 270 juta manusia, belum lagi kalau bicara pasar Asean, 650 juta. Jualan di sini aja cukup lho. Nah dengan demikian pasar ini harus dijaga, dijaganya kenapa?

Tadi saya setuju kali bahwa contoh begini, kalau ada satu barang masuk ke Indonesia, dia gunakan nggak tahu cara apa, akhirnya biayanya jadi kecil, akhirnya barang itu masuk ke sini berkompetisi dengan produk kita, secara harga dan kualitas kita kalah. Kalau dia datang secara kompetitif dan cara yang benar, bukan cari jalan-jalan, bagaimana memalsukan HS Code ini gitu, juga perusahaannya ada oknum masih ya udah nggak apa-apa masukin aja.

Ini kita mesti punya kesadaran, bukan hanya membiarkan begitu saja produk itu masuk tanpa harus bea masuk dan lain-lain yang juga membawa oknum dan lain-lain yang juga pintar-pintar mereka nih, ini kita sadari harus disetop. Kita harus saling menjaga.

(Dengan cara?) Paling sedikit menyadarkan si oknum-oknum tertentu yang membawa barang itu masuk. Coba bayangkan, waktu Anda membiarkan itu masuk ke Indonesia, artinya Anda membunuh UMKM Indonesia. Itu yang harus ada di dalam kesadaran kita semua. Kalau menyadari hal tersebut, semua akan menjaga. Lebih lagi bahwa kita harus be competitive, artinya kita harus menyadari bagaimana nih produk-produk kita.

Nah di sini juga kita mulai bicara, kadang-kadang kita tidak boleh pengin jalan sendiri-sendiri aja, di sini lah nilai gotong royong penting sekali. Contoh lah begini misalnya kita mau bawa produk ke luar nih, kebayang nggak zaman pandemi itu sangat lah langka mengenai kontainer, dan tempat untuk kapal bawa kontainernya. Itu kan harganya tinggi, padahal kalau bisa bekerja sama, ini kontainer kita pool, ambil posisi, buat tempatnya juga kita posisi, ini kan adalah biaya logistik, ini kan suatu produk, artinya itu kan bukan menjadi sesuatu yang kompetitif.

Ini kan bagian dari pada proses, yang paling penting kan mereka adalah biaya produknya. Tapi, biaya produksinya kalau kita bisa gabung, kita bundle, kalau beli volume kita bisa murah, nah kalau dikumpulkan bisa lebih murah, biaya logistik makin murah, itu another competitiveness untuk kita sebagai masyarakat Indonesia.

Ini adalah contoh juga, satu lagi nih, misalnya kita punya kebanggaan, retailers kita, ritel kita nih brand mau dijual ke luar, lets say mau ke Bangkok lah Thailand. Dulu perginya sendiri-sendiri, mau ke sana mau buka toko ya kan, di malnya di Thailand dia sewa dong, diteken. Tapi kalau ramai-ramai datangnya, 15 atau 10 datang ke sana, eh kita mau rental, lain dong bargaining power-nya.

Nah yang kayak begini ini perlu disadari, yang namanya bisnis ini nggak selalu kompetisi, ada juga mind complementing values, ada juga mind synergies values, it's not only competitive values. Ini yang harus disadari, ya udah ramai-ramai aja, ini kan bukan menjadi ini malahan saving costs. Hal-hal ini perlu kita lakukan bersama.

Contoh lain misalnya, kita mau attach ke luar nih, kita mau produk luar segala macam, pergi ke sana, kita bikin produksi tertentu di sana, di sananya masak sendiri-sendiri. Maka kita buat Indonesia Chambers of Commerce, di sana, di negara tersebut, untuk apa? Perusahaan Indonesia, orang-orang Indonesia itu ngumpul, ini semacam tukar pikiran, bagaimana caranya biar bisa kompetisi di sana. Balik lagi bahwa arti dari gotong royong itu inklusif.

Kita juga tahu Anda pegang peran besar di ASEAN-BAC, tugasnya apa, jelang KTT ASEAN apa yang mau dibawa Indonesia?

Alhamdullilah pertama bahwa tahun lalu kita menjadi presidensi G20, kita jadi host-nya B20. Tahun ini, Alhamdullilah lagi pak Presiden jadi ketua daripada ASEAN, nah kami diberi tanggung jawab juga sebagai ketua, tapi untuk bisnisnya, namanya ASEAN Business Advisory Council, yang di mana sekarang ini apa yang dilakukan pertama kali juga begini.

Kita introduce namanya ASEAN Incorporated, awalnya Indonesia Incorporated, apa sih, bagaimana pemerintah dan swasta bisa bekerja sama bersama-sama. Saya bilang pak Presiden sudah sepakat kita bawa ini ke ASEAN, ya udah kita bawa ke ASEAN. Nah selama ini ASEAN itu selalu di-lead atau dipimpin oleh negara, oleh pemerintah lah, nggak ada yang namanya pihak swastanya ataupun the private sectors, sekarang kita bilang eh co-driving sama-sama dong jangan hanya pemerintah tapi swasta bersama-sama. Ini sesuatu yang baru.

Di sisi ini lah kita mulai datangi setiap negara ASEAN dengan pertanyaan yang simple, masih mau ASEAN nggak? Mau nggak ASEAN? Lu mau nggak ada ASEAN? Simple dulu dong kita tanya, masih mau nggak? Pas mau tanya muter-muter ke pengusaha, bertemu stakeholders lainnya, menteri-menteri lainnya, nggak ngeh, ini penting, ini penting. Apalagi sekarang, apalagi Indonesia menjadi ketuanya, kita mau ikut our big brothers, karena kan populasi paling besar kan.

Nah jadi pertama dapat jawaban untuk katakan semua sepakat dan setuju harus ASEAN. Kedua, pertanyaannya apa ya yang kita mau dari ASEAN? Terus akhirnya kita tanya centrality itu penting nggak, kebersamaan. Oh penting, oke. Apalagi yang penting? Kalau kita bawa inclusiveness bagaimana? Oh penting, oke. Berarti leaving nobody behind, tidak ada yang kita tinggalkan.

Lalu, bicara oke dengan zaman seperti sekarang ini berarti kita harus sangat kreatif, inovatif, makanya theme-nya ASEAN Business tahun ini itu adalah ASEAN Centrality, Inovating for a Greater Inclusivity. Kita mau memastikan sentralitasnya terjadi, karena itu the voice of semuanya katakan bahwa centrality itu penting. Satu suara dan kebersamaan menjadi satu. Persatuan dan kesatuan.

Nah ini dulu waktu inception, atau lahirnya ASEAN itu yang diinginkan cuma sampai sekarang belum terjadi centrality-nya, makanya oke approaches-nya jangan pemerintah ke pemerintah aja, tapi people to people approach, business to business approach, ini yang kita lakuin gitu kan. Itu jadi kita sepakati dan semua setuju. What programs, what priorities yang kita inginkan, akhirnya ketemu lima prioritas.

Pertama, digital transformation, transformasi digital. Kedua sustainable development, pengembangan yang berkelanjutan. Ketiga bicara mengenai health resilience, kesehatan. Tiga ini conversation yang juga dibawa ke G20. Tiga ini continue kita bawa ke ASEAN.

Ditambah lagi dua, food security, ketahanan pangan, penting sekali, kenapa? Sejak perang Ukraine dan Russia, akhirnya konflik yang ada, bahan pokok naik, kemudian kelangkaan daripada buat pangan. Kelima trade and investment facilitation, ini untuk meningkatkan perdagangan dan juga investasi inter-ASEAN supaya banyak perusahaan-perusahaan ASEAN investasi di ASEAN. Ngapain kita investasi keluar kalau kita bisa perkuat di kita, gitu. Itu jadi ada 5 prioritas yang kita katakan ini penting.

Oke dari situ kita bilang perlu apa lagi? Perlu warisan. Warisan apa? It's projects. Jadi jangan ngomong doang. Oke digital transformation apa? Keluarin ASEAN QR Code, untuk apa? Untuk bayar-bayaran jadi kita tinggal tap, tap, tap gitu kan. Orang Indonesia ke Malaysia bisa datang ke pasar tradisional pakai QRIS, tinggal klik gitu kan sudah bisa pakai itu. Pakai local currency lagi, pakai uang rupiah kita, nggak perlu pakai bath-bath kalau di Thailand, kalau ke Malaysia ringgit. Dan konektivitasnya langsung antar negara, nggak usah kita pakai internasional di antara kita bisa.

Dan ini bisa jadi simbol centrality tadi kan untuk pembayaran, khusus untuk siapa ini? Juga kurangi biaya, kalau kita tadi pakai internasional mungkin biaya tambahan 2%. Kalau bisa di-saving 2% itu kan bagus. Karena ini kita memikirkan untuk UMKM, karena balik-balik lagi kita pondasi. UMKM adalah pondasi daripada yang namanya dunia. Nah lalu bicara apa namanya ada juga digital lending platform, ada juga kita buat warisan juga di situ.

Lalu kita buat juga Wiki Entrepreneur, kalau kita itu Wiki Wirausaha, untuk connect-kan UMKM, lalu dikurasi dan juga dilakukan namanya 3 M, mentorship, market accessibility, dan money. Ini apa? Yang besar bantu yang kecil.

Jadi misalnya contoh ada perusahaan meubel dari Jepang, mau produksi di Indonesia, cari lah small medium enterprises di Indonesia, digabungin tapi kita minta mereka mentor sampai mereka beli, akhirnya kalau offtake begitu mereka bisa melakukan apa? Bisa melakukan funding-nya, dapat pinjaman, karena sudah di-mentor dan dapat akses market. Itu lah contoh.

Yang penting lagi dua ini. Maksud saya adalah sustainable development pertumbuhan berkelanjutan pembangunan berkelanjutan, kita ada dua proyek, pertama net zero untuk menuju net zero nol, jadi kita bikin net zero hub-nya. Supaya apa? Supaya perusahaan-perusahaan bisa saling belajar satu sama lain, net zero hub.

Jadi itu gimana perusahaan bisa kumpul saling knowledge base, saling bertukar pikiran belajar mengenai teknologi apa untuk sustainable, untuk going to net zero. Kenapa? Karena tantangan dari setiap sektor itu beda-beda. Untuk perusahaan besar mungkin gampang, perusahaan menengah berat, apalagi perusahaan kecil. Padahal semuanya nanti pada akhirnya green products gitu lho ini kan kasihan dong. Maka kita pastikan semua.

Terus Carbon Center Excellence itu juga penting, karena kita punya forest terbesar, ASEAN itu dibilang menjadi salah satu paru-paru dunia selain Brazil, dengan adanya ASEAN ini apalagi Indonesia yang luas sekali, dengan hutannya, biodiversity kita dan semuanya. Masak selama ini orang luar yang katakan, oh ini value-nya sekian, padahal kita harus nentuin diri kita sendiri dong. Kita mesti bilang ah nggak value-nya segini, cara ngitungnya begini. Ini kita mesti ajak teman-teman ikut berdiskusi dan punyai influence supaya memastikan bahwa kita bagian dari percakapan itu.

Artinya saat ini ASEAN ingin lebih mandiri dalam banyak hal, termasuk dalam tujuan tadi berkelanjutan?

ASEAN itu pengin jadi kesatuan komunitas, kesatuan ekonomi jadi sentralitas, tapi juga harus lihat diri kita sendiri juga. Kita harus belajar juga dari pandemi waktu itu, apa yang terjadi? Saat itu terjadi breakdown dari global supply chain, putus tuh arus, rantainya, kita mesti perkuat apa? Regional. Regional supply chain.

ASEAN apakah bakal meniru kesuksesan Uni Eropa, seperti itu kah bayangannya?

Oh nggak. Emang pernah sukses? Saya gini, kita punya cara kita sendiri, kita bukan Eropa, kita Southeast Asia, kita punya uniqueness, kita punya karakteristik, kita punya nilai sendiri, kita punya namanya letak kebangsaan kita sendiri. Kita menghormati, kita tetap rupiah ya rupiah, Singapore Dollar is Singapore Dollar, Bath is Bath, tapi transaksi kan bisa sentralitas, dengan QR code tadi dengan digitalisasi. Bagaimana untuk permudah, bisa saling menjual, berdagang di antara negara ASEAN yang ada di negara ASEAN ini.

Jadi saling mengisi, kalau dulu kita berpikirnya kompetitif. Competitiveness memang penting, agar more efficient, lebih productive.

Tapi di sisi lain ada complementary value, itu apa? Contoh electric vehicle, itu sekarang yang strateginya Indonesia namanya strategi ekosistem kendaraan listrik, itu dibawa pak Presiden ke level ASEAN.

Sekarang sudah diadaptasi ASEAN dan itu menjadi strateginya ASEAN. (Untuk mencapai Sustainable Development juga?) Dalam satu konteks iya, ini kan bagian dari energy transition, sustainable development itu kan ada turunannya, energy transition itu contohnya salah satunya elektrifikasi kendaraan.

Nah ini kita bangun di ASEAN gitu lho. Indonesia punya nikel, Filipina punya nikel, yang lain perlu baterai di Vietnam manufacturing perusahaan kendaraan listrik diekspor ke Amerika, di Thailand manufactury station-nya banyak. Ini kan bisa digunakan, misalkan kita bikin baterainya digunakan sama semua, terus bauksitnya dibangun untuk aluminium, dibangun komponennya. Ini kan saling mengisi, complementary value.

Tantangan terbesarnya apa untuk saat ini, modalnya sudah ada, poin paling kritis untuk mencapai itu apa?

Pertama, sumber daya manusia. Kenapa? Ini semua hal-hal baru, larinya dari mana? Teknologi, persoalannya kita nggak punya teknologinya, yang punya teknologi itu dari luar. Tapi kenapa tidak?

Contoh motor listrik ya. Kebetulan kita bangun motor listrik sendiri, namanya Alva, itu teknologinya kita ambil dari luar. Kita ambil aja, abis itu kita bangun. Kemudian kita mau Indonesia kan semua. Hari ini 100% Indonesia kecuali baterai. Kenapa? Karena pabrik baterainya belum selesai. Kalau pabrik baterainya ini sudah selesai, pakai baterai itu, ini 100% produk Indonesia lho. Jadi bayangkan ini ternyata bisa kita lakukan.

Sekarang kita lagi coba, kita challenge, kita bawa coba ke Eropa. I want to find bahwa kalau kita bisa di-approve di Eropa, berarti produk kita kualitasnya bagus. You can not ask anymore. Itu sudah benchmark gitu. Kita mesti buktikan itu, kalau produk Indonesia berkualitas.

Maka tadi tantangannya sumber daya manusia, teknologinya, of course tadi dari ekosistem ini juga perlu duitnya kan. Selain teknologi, duitnya perlu, manusianya perlu. Nah hal-hal ini yang jadi tantangan kita. Kita harus cari partner kita ajak bangun teknologi di sini dan sudah mulai gitu jadi contoh tadi bikin baterai, processing-nya pun kan begini lho. Kita mau buat suatu processing yang di mana itu juga green gitu kan. Kalau sekarang belum green oke, tapi nanti kita ubah, tujuan kita ingin memang memproduksi produk-produk ini dengan green products in a way. Karena kita juga mau kemana-mana jualannya.




(hal/eds)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork