Harga sejumlah komoditas pangan tengah merangkak naik, khususnya bahan pokok beras sejak akhir tahun lalu. Di saat bersamaan, masalah keterbatasan pasokan juga menjadi salah satu perhatian karena dikhawatirkan terjadinya krisis pangan.
Kedua masalah tersebut menjadi perhatian serius saat ini. Kenaikan harga komoditas itu telah membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun langsung menangani masalah tersebut.
Kepada detikcom, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi membeberkan realita ketahanan pangan dalam negeri, khususnya komoditi beras terkini. Bagaimana strategi Badan Pangan Nasional menyelesaikan harga beras yang tinggi hingga ancaman krisis pangan yang kini ramai dibicarakan? Berikut wawancara detikcom bersama Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi.
Mengapa harga beras mengalami kenaikan setahun terakhir hingga saat ini, apa penyebabnya?
Yang pertama Badan Pangan Nasional, pemerintah yang menaikkan harga beras, harga gabah. Di awal tahun yaitu adjustment dari beberapa variabel cost pembentuk harga beras. Jadi pada waktu itu kita lagi panen raya biasanya harga itu jatuh, tetapi waktu itu kita kebalik. Saya, seizin Pak Presiden menaikkan harga kurang lebih 20% jadi harga gabah, harga pembelian pemerintah kita naikin 20% termasuk harga beras.
Kemudian kalau harga pembelian pemerintah dinaikkan tentunya adjustment di eceran tertinggi itu juga kita naikin makanya dari Rp 12.800 per kg jadi Rp 13.800 per kg dari Rp 9.450 per kg jadi Rp 10.900 per kg. Jadi itu penyebab pada waktu itu memang kita naikkan harganya karena biaya pokok produksi mulai dari hari orang kerja, sewa lahan, dan lain-lain itu pestisida itu semua naik.
Jadi supaya petani bisa mendapatkan NTP di atas 100% dan hari ini NTP petani di atas 100% dan terjadi 104% untuk tanaman pangan. Artinya kebijakan itu sudah benar menaikkan harga pokok produksi, harga pembelian pemerintah, harga eceran tertinggi (HET).
Kemudian kenapa kok sekarang harga tinggi? Ya kalau di beras itu perberasan memang di tiga bulan terakhir, empat bulan terakhir, setiap tahun itu memang ada trennya, kalau memang itu suplai itu lebih rendah daripada konsumsi. Jadi produksi lebih rendah dari konsumsi pemerintah itu sudah melihat itu bahwa di semester 1 pastinya lebih tinggi daripada semester 2, sehingga kalau di semester 2 itu pasti akan kejadian seperti ini.
Terus di situ pentingnya (CPP) cadangan pangan pemerintah, sehingga bolak-balik dalam forum diskusi dengan semua pihak saya selalu sampaikan pentingnya cadangan pangan pemerintah.
Saat semester 1 tinggi itu waktunya penyerapan, semester 2 waktunya membuang, waktunya kita mengisi pasar karena harga saat ini jauh di atas perkiraan kita. Maka, Pak Presiden berkenan mempercepat bantuan pangan yang tadinya bulan Oktober menjadi bulan September 3 bulan September Oktober November, 10 kg, 10 kg, 10 kg, supaya bisa mengisi pasar.
Tetapi memang pattern setiap akhir tahun, produksi pasti di bawah. Kalau produksi rendah, harga akan naik. Nggak mungkin kalau produksi banyak harga tinggi, kalau produksi banyak pasti harga turun.
Harga gabah saat ini berapa dari catatan Badan Pangan Nasional?
Harga gabah ada yang Rp 7.000, ada yang Rp 7.500, ada yang Rp 7.600, itu bervariasi.
Bagaimana dengan penggilingan, dengan harga gabah tinggi kan berdampak ke penggilingan dan banyak yang tutup karena mereka juga dibatasi HET?
Makanya, saya mau mengajak kalau dalam segi ketersediaan itu mudah. Ketersediaan itu yang penting ada barang, udah. Kaya Singapura yang penting ada barang, dia impor dari mana aja. Tetapi kan kita punya petani kalau kita impor banyak, berarti penggiling padinya mati, nggak perlu penggiling padi, petaninya, jadi ekonominya nggak bergerak, sayang.
Makanya kita harusnya hari ini fokusnya di produksi. Kalau gampang, kebutuhan 100, ya udah impor aja 120 buat buffer itu sudah selesai urusan ketersediaan. Tetapi kan kita punya petani, kita punya peternak, udah gitu ada ketahanan pangan nasionalnya, nggak dapat ketahanan pangan berdasarkan kemandirian dan kedaulatan pangan kalau cuma ketahanan.
Singapura bisa tahan dari mana, kita impor aja selesai, nggak perlu Kementerian teknis cukup aja Badan Pangan Nasional, beres. Tetapi kan nggak begitu kita kan, penginnya petani peternak ini semangat untuk melakukan produksi negara ada di situ nah nanti urusannya.
Operasi pasar apakah cukup untuk meredam harga beras yang tinggi?
Iya kita harus. Kalau perintahnya Pak Presiden, pasar tradisional dimasukin pasar modern dimasukin, Pasar Induk Cipinang juga cepat digelontor. Jadi kemarin saja hari Minggu saya pastikan itu barang-barang dari itu masuk dari pelabuhan. Nggak sempat masuk di Bulog langsung geser ke situ. Supaya apa? Supaya Pasar Induk Cipinang cepat punya barang, kalau ada barangnya dipenuhi, harusnya harganya akan terkoreksi.
Beras yang disalurkan ke Pasar Induk Beras Cipinang berapa kiloan?
Sebesar 50 kiloan dibeli oleh pedagang-pedagang jadi yang dikirim 50 kilo di truk yang besar dari port langsung ke pasar induk dimasukin ke sana. Tadinya kita berpikir 5 kiloan, tetapi menurut Pak Presiden udah cepat aja diguyur. Ya udah akhirnya ini diguyur.
Pedagang PIBC yang mau beli harus diverifikasi?
Iya, oleh Dinas perdagangan dan UMKM DKI, kemudian berapa angkanya dikasih ke Bulog nanti Bulog kasih SPS (Surat Perintah Setor) mereka bayar lalu dikirim. Harus ada downline-nya.
Ya kita harus jagain, ini kan duit negara harus dijagain, harus tepat sasaran dan jangan lupa di ujung dijualnya harus Rp 10.900 sampai ke konsumen. Pengawasannya, oleh Satgas Pangan nanti komunikasi dengan Satgas Pangan, kalau ada mudah-mudahan nggak ada kalau ada penyimpangan, ya sampaikan ke Satgas Pangan.
Kita bagi-bagi tugas saya siapin, Bulog siapin, verifikasi di dinas UMKM perdagangan Pemprov DKI kemudian rilisnya kasih ke Bulog, Bulog terbitkan Surat Perintah Setor, dibayar kemudian dikirim.
Kalau ada penyelewengan harga dan segala macam itu tugas Satgas Pangan?
Iya dong harus, karena kita harus jual di hilir Rp 10.900 per kg maksimal. Kalau nggak, nggak turun-turun harganya.
Pak, kenapa kita harus impor beras dari akhir tahun 2022 sampai di tahun 2023 ini?
Tadi kan kita cerita, penginnya ya kita impor atau tidak? Kenapa kita impor? Kita perlu untuk cadangan pangan, hari ini deh misalnya, kalau misalnya Bulog tidak punya cadangan pangan, harganya akan lebih tinggi atau enggak? Kalau kita tidak punya cadangan pangan kita punya intervensi hari kayak hari ini apa nggak?
Karena nggak ada barangnya, jadi impor adalah pilihan terakhir, pilihan yang pahit. Tetapi dalam hal ini harus dikerjakan untuk men-top up stok Bulog karena kalau produksinya terbatas nih, hari ini terbatas seperti ini minus 3 bulan sebelumnya surplus 3 juta, 3 juta ini sampai dengan Juli. Satu bulan kita perlunya 2,5 juta ton, artinya hanya 1,5 bulan.
Yang ini (September, Oktober, November, Desember) bagaimana? Makanya rebutan gabah, karena ini (produksi lebih rendah dari konsumsi) kalau gabah harganya tinggi berarti berasnya ini... kalau karena produksinya sama konsumsinya kalah. Nah ini pattern-nya begitu, grafiknya begitu, trennya seperti ini. Trennya sebenarnya di sini kita nggak bisa serapan kalau Bulog di Oktober November Desember itu nggak bicara serapan, serapan itu di awal tahun seperti biasa.
Tapi kalau di sini (akhir tahun), kita nggak punya stok, kita harusnya lepas. Jadi hari ini September kita sudah mulai, kita masih punya Oktober, November, Desember, Januari. Jadi ini baru mulai, ini baru, mulai September ini kita baca trend ini sehingga bapak Presiden menyampaikan lepas stok di Bulog untuk stabilisasi.
Operasi pasar akan berlanjutkah sampai 2024?
Ya, terus sampai nggak diperlukan kita terus akan. Jadi ini kan ada dua gerakan pasar murah, SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pasar), yang satu lagi kan bantuan pangan. Kalau sekarang kebutuhannya dua setengah juta bantuan pangannya, 200.000 sekitar 8-10% ia membantu karena di-drop dari pemerintah. Kalau misalnya nanti diperlukan lagi pak presiden sampaikan, kita siapin lagi nggak apa-apa, nggak masalah.
Tahun depan akan ada impor lagi?
Kan dilihat, kita maunya impor apa nggak? Nggak. Makanya produksi dibenerin, nomor satu pokoknya produksi dalam negeri, tulis baik-baik, nomor satu ketersediaan pangan kita mengandalkan produksi dalam negeri. Tetapi kalau produksi dalam negerinya itu kurang, nggak ada pilihan lain, impor itu perintahnya Presiden itu.
Jangan sampai nanti tiba-tiba eh ternyata El Nino impact-nya 1,2 juta, sekarang kita nggak bisa impor Pak Presiden sampaikan itu, harus punya perencanaan. Tidak sekarang tiba-tiba dapat, belum tentu, negara lain juga ngasih. Jadi kita harus memiliki perencanaan makanya, ada cadangan pangan pemerintah cadangan pemerintah itu ada di BUMN.
El Nino itu seberapa besar pengaruhnya dampaknya ke kita, terutama beras?
El Nino itu hitungan dari beberapa, termasuk Menteri Pertanian itu 5%. Tetapi kita sudah siapin 2 juta ton impor. Kita berharap bisa lebih baik lah. Orang tahun-tahun sebelumnya itu La Nina banyak hujan, kita surplusnya cuman 1,3, apalagi ada El Nino, kan gitu logikanya.
Akan menyulitkan semua komoditas pangan juga nggak El Nino?
Yang tergantung dengan air. Tapi akhir-akhir ini tebu lebih bagus, supaya rendemennya lebih bagus. Garam itu bagus, kering atau panas atau basah? Bagusan kering, masa basah, jadi ada produk kering itu lebih bagus.
(ada/eds)