"Kita tantang dia deh dengan public hearing, eh lihat Twitter saya kalau berani tantang terbuka saya balas. Lewat Twitter saja kapan mereka mau! Suruh lihat Youtube saja jadi nggak usah berdebat lagi lah di media opini ini itulah. Sekarang dia pasang iklan nggak ada izin saja dia pasang iklan, terus main sama oknum pajak saja juga dia main, sampai sudah jadi gedung," tutur Ahok di Balai Kota, Jakarta, Senin (26/5/2014).
Ahok mengatakan, sejak zaman Gubernur Fauzi Bowo, Jakarta Monorail sudah sekarat dan Pemprov DKI membantu perusahaan ini untuk bangkit dengan memberikan proyek monorel di ibu kota. Namun, sampai sekarang perusahaan ini belum terlihat memiliki uang. Bahkan, ujar Ahok, Jakarta Monorail meminta agar Pemprov DKI menyetujui hak pengelolaan properti di stasiun monorel. Alasannya, pendapatan dari tiket monorel tidak menarik secara bisnis.
"Kami ini punya itikad baik. Kami berpikir, masak sih orang sudah sekarat begitu lama nggak bisa dibantu? Kita kan juga butuh. Tapi ini orang main ngaco, main politik dia. Pakai pengamat begini kan main politik. Membangun opini. Nggak usah main politik, cari duit dulu deh bank garansi 5% saja nggak bisa," tutur Ahok.
Main politik yang dimaksud Ahok adalah, Jakarta Monorail dianggap Ahok telah menggiring emosi melalui media televisi. Isinya, Jakarta sudah macet dan membutuhkan monorel, namun ditolak oleh Pemprov DKI. Ahok merasa, Jakarta Monorail menekannya secara politis lewat iklan-iklannya di televisi.
Padahal, ujar Ahok, proyek monorel yang diusung sejak zaman Gubernur Sutiyoso ini, bertujuan untuk membuat sebuah proyek transportasi makro di Jakarta yang sudah kepepet akan kebutuhan transportasi massal. (ang/ang)