Pedagang eceran di Pasar Senen menyebut tudingan pemerintah kurang sesuai fakta. Selama berjualan baju bekas sejak tahun 1994, konsumennya tidak pernah mengeluh tertular penyakit pasca memakai pakaian bekas.
"Dari zaman Bu Mega dibilang mengandung sars. Kalau memang ada penyakit, pasti saya dulu yang kena karena saya yang jual. Kalau memang ada penyakit, tolong buktikan," kata salah satu pedagang kepada detikFinance di Pasar Senen, Jakarta.
Pendapat serupa disampaikan oleh Armada. Pedagang besar pakaian bekas ini menyebut pernyataan pemerintah lebih banyak mengandung unsur politis karena isu ini pernah dilakukan para era Menteri Perdagangan Rini Soemarno.
"Ini lebih banyak unsur politis karena masalah persaingan bisnis testil. Sampai detik ini, kalau ada virusnya berarti ada yang terkena. Tapi nggak ada," ujarnya.
Ia mengaku kebijakan pemerintah yang akan melarang penjualan pakaian bekas bisa memicu pengangguran besar-besaran. Alasannya banyak lapangan pekerjaan tercipta dari bisnis grosir hingga retail pakaian bekas. Bisnis pakaian bekas, kata Armada, tersebar di seluruh Indonesia.
"Perkenomian bisa jatuh jauh karena lapangan kerja tutup. Memang pusatnya di Pasar Senen, dari sini saya juga kirim ke seluruh Indonesia," sebutnya.
Pendapat sama juga dilontarkan oleh Tedi. Pedagang grosir pakaian bekas ini mengaku belum pernah melihat orang terkena penyakit selama belasan tahun menjual pakaian bekas.
"Menteri hanya bicara kecuali ada bukti orang sakit. Dari tahun 1996 jualan, nggak ada yang terkena penyakit. Kalau ada bukti silahkan distop. Tapi ini hanya omong kosong," tegasnya. (feb/ang)