Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki cita-cita membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level 7% atau keluar dari zona nyaman di tingkat 5%.
Untuk merealisasikan hal tersebut ada beberapa syarat yang harus dilakukan pemerintah, yang pertama memastikan komponen konsumsi rumah tangga terjaga di level 5%, lalu komponen investasi terus ditingkatkan ke sektor manufaktur bukan ke jasa, dan ekspor ditingkatkan lagi dengan negara-negara non tradisional.
Kepalan BPS Suhariyanto mengatakan, ekonomi nasional sepanjang 2017 masih terkendala pada sektor konsumsi rumah tangga yang mengalami perlambatan. Pasalnya, konsumsi merupakan salah satu komponen yang berkontribusi besar terhadap ekonomi, disusul oleh investasi dan ekspor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu PMTB atau investasi kontribusinya 32,16% dengan total pertumbuhan 6,15%, untuk ekspor kontribusinya 20,37% dengan pertumbuhannya 9,09%, konsumsi pemerintah kontribusinya 9,10% dengan pertumbuhan 2,14%, dan konsumsi LNPRT kontribusinya 1,18%, dan pertumbuhannya 6,91%.
"Investasi triwulan ini baguskan, 7% lho bagus, ekspornya bagus, tapi kenapa 5%, karena pada saat yang bersamaan konsumsi rumah tangganya melambat," ujar pria yang akrab disapa Kecuk.
Menurut Kecuk, jika pemerintah ingin pertumbuhan ekonomi di level 6% ke atas. Salah satu yang harus dilakukan adalah memastikan tiga komponen yang berkontribusi besar harus benar-benar tumbuh tinggi.
Dia mengungkapkan, salah satu instruksi Presiden Jokowi kepada seluruh jajaran menteri kebinet kerja adalah menjaga situasi politik dan kemananan NKRI.
"Untuk menjaga konsumsi rumah tangga tetap diangka 5%, baik situasi politik dan kemanan tetap dijaga. Harus memberikan kepercayaan kepada konsumen, dengan inflasi tetap terkendali," ungkap dia.