Data-data perekonomian terus mengalami perbaikan. Seperti ekspor dan investasi yang menurut Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi kunci pertumbuhan ekonomi ke depan.
Tahun 2017, ekspor RI tumbuh 9,09% dengan kontribusi sebesar 20,37%, dan investasi atau PMTB tumbuh 6,15% dengan kontribusi sebesar 32,16% terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tapi kok ekonomi RI hanya tumbuh 5,07% alias lari di tempat?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena investasi yang masuk lebih besar ke portofolio seperti saham dan surat utang, sementara FDI-nya (investasi langsungnya) masuk ke sektor jasa yang tidak serap banyak tenaga kerja dibanding sektor manufaktur," kata Bhima saat dihubungi detikFinance.
Minimnya penyerapan tenaga kerja berdampak langsung pada lambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat secara nasional.
BPS mencatat, tingkat konsumsi rumah tangga nasional berada di level 4,95% di sepanjang 2017. Angka ini melambat jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang tumbuh 5,01%. Melambatnya konsumsi rumah tangga juga terjadi di kuartal IV-2017 yang berada di level 4,97% dibanding dengan kuartal IV-2016 yang sebesar 4,99%.
Padahal, konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi paling besar dalam menentukan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia secara nasiona.
Sehingga menurut Bhima, besarnya investasi yang berhasil direalisasikan tak banyak memberi dampak pada laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Oleh karena itu, Bhima memberikan masukan untuk pemerintah agar terus mendorong ekspor dengan perluasan negara tujuan baru. Kemudian, meningkatkan investasi dengan mengevaluasi paket kebijakan serta insentif fiskal.
"Untuk melindungi daya beli masyarakat jaga tarif listrik dan BBM hingga akhir tahun, pencairan bansos juga jangan terlambat," kata dia. (ang/ang)