Peringkat Naik, Amankah Utang Indonesia?

Peringkat Naik, Amankah Utang Indonesia?

Trio Hamdani - detikFinance
Sabtu, 14 Apr 2018 10:22 WIB
Peringkat Naik, Amankah Utang Indonesia?
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's Investor Service (Moody's) meningkatkan Sovereign Credit Rating (SCR) Republik Indonesia dari Baa3/Outlook Positif menjadi Baa2/Outlook Stabil.

"Faktor kunci yang mendukung keputusan tersebut adalah kerangka kebijakan yang kredibel dan efektif yang dinilai kondusif bagi stabilitas makroekonomi," tulis keterangan Moody's yang dikutip detikFinance, Jumat (13/4/2018).


Pemerintah dinilai mampu menjaga fiskal defisit di bawah batas 3% sejak 2003. Defisit yang dapat dipertahankan di level rendah dan didukung oleh pembiayaan yang bersifat jangka panjang dapat menjaga beban utang tetap rendah sehingga mengurangi kebutuhan dan risiko pembiayaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bank Indonesia (BI) dinilai telah menunjukkan rekam jejak dalam memprioritaskan stabilitas makro ekonomi. Penerapan kebijakan nilai tukar fleksibel dan koordinasi kebijakan yang lebih efektif antara BI, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dinilai mampu menjaga inflasi di level yang cukup rendah dan stabil.


Moody's sebelumnya memperbaiki outlook SCR Republik Indonesia dari Stable menjadi Positive, sekaligus mengafirmasi rating pada Baa3 (Investment Grade) pada 8 Februari 2017.



Dengan meningkatnya peringkat utang tersebut, apa artinya? Baca selengkapnya di sini
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual menilai hal itu menjadi salah satu indikator posisi utang Indonesia yang bisa dikatakan aman.

"Selama ini banyak wacana soal posisi utang kita ya. Nah ini berarti kan kalau dilihat dari kenaikan rating ini mereka melihatnya sebagai kondisi yang cukup baik sebenarnya," katanya kepada detikFinance, Jumat (13/4/2018).

Dia mengatakan jika dilihat dari keseimbangan primer atau primary balance Indonesia, kondisinya terus membaik. Pada intinya ini mengenai pendapatan pemerintah dikurangi pengeluaran. Sekarang kondisinya memang masih defisit, tapi arahnya semakin baik.

"Dari sisi posisi utang cukup bagus. Jadi levelnya masih cukup bisa dikendalikan. Nah dan kelihatan dari pemerintah sendiri kan ada upaya untuk terus perbaiki posisi primary balance kita ya," jelasnya.

Ekonom Bank Permata Joshua Pardede menyampaikan hal serupa, bahwa meningkatnya peringkat utang Indonesia, salah satunya berkat posisi utang yang masih aman, ditambah beberapa indikator lainnya.

"Defisit fiskal dan tingkat utang yang terjaga dengan baik telah mengurangi risiko pembiayaan," ujarnya.

"Selain itu, rasio jatuh tempo utang Indonesia terhadap cadangan devisa, menunjukkan bahwa kerentanan eksternal berada pada tingkat aman," tambahnya.

Ada sejumlah faktor yang membuat Moody's Investor Service (Moody's) memutuskan memberi peningkatan peringkat utang Indonesia.

"Faktor kunci yang mendukung keputusan tersebut adalah kerangka kebijakan yang kredibel dan efektif yang dinilai kondusif bagi stabilitas makroekonomi," tulis keterangan Moody's yang dikutip detikFinance.

Selain itu, peningkatan cadangan devisa dan penerapan kebijakan fiskal dan moneter yang berhati-hati tersebut memperkuat ketahanan dan kapasitas Indonesia dalam menghadapi gejolak eksternal.

Di sisi fiskal, pemerintah dinilai mampu menjaga fiskal defisit di bawah batas 3% sejak 2003, sehingga dapat menjaga beban utang tetap rendah dan mengurangi kebutuhan serta risiko pembiayaan.

Di sisi moneter, Bank Indonesia (BI) telah menunjukkan rekam jejak dalam memprioritaskan stabilitas makro ekonomi. Inflasi juga dapat dijaga di level yang cukup rendah dan stabil.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Moody's juga menilai membaiknya diversifikasi basis ekspor turut mendukung terjaganya stabilitas perekonomian, khususnya dalam perbaikan defisit neraca transaksi berjalan.

Selain itu, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi dan stabil serta sistem perbankan yang sehat turut menjadi catatan positif dalam kenaikan rating Indonesia.

Berdasarkan proyeksi Moody's, dengan mempertimbangkan kebutuhan pembiayaan akselerasi belanja produktif, tingkat utang pemerintah akan tetap di bawah negara lain dalam kelompok investment grade.

"Hal ini menunjukkan optimisme pihak eksternal terhadap kesehatan fiskal Indonesia, baik saat ini maupun pada masa yang akan datang," ujar dia.

Namun demikian, perempuan yang akrab disapa Ani ini menambahkanmasih banyak tantangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan berkeadilan.

"Pemerintah telah dan akan terus melakukan langkah-langkah pro aktif untuk mewujudkan hal tersebut melalui pengelolaan APBN dan kebijakan fiskal yang kredibel dan efektif," tutup dia.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan kenaikkan peringkat ini mencerminkan kondisi ekonomi Indonesia yang makin membaik.

"Sudah ada empat lembaga pemeringkat internasional yang memberikan penilaian layak investasi kepada Indonesia. Seperti Standard & Poor's, Fitch Ratings dan Japan Credit Rating Agency (JCR)," kata Agus.

Hal ini karena pengelolaan fiskal sudah dilakukan secara positif. Ini tercermin dari defisit fiskal yang sudah terjaga dengan baik. Pada 2018, defisit fiskal diprediksi akan terjaga di level 2,2%.

Agus menyebut selama 20 tahun terakhir, Indonesia tetap menjaga defisit fiskal tidak lebih dari 2,7%.

"Reformasi di sektor riil sudah dikeluarkan melalui 15 paket kebijakan yang dikeluarkan dan rutin dilakukan evaluasi. Kami optimis rating Indonesia bisa terus naik ratingnya," ujar dia.

Hide Ads