"Pasokan kami siapkan sejak dua sampai tiga bulan sebelumnya," ujar Agung dalam keterangan tertulis, Selasa (26/6/2018).
Agung juga mengatakan bahwa pihaknya memiliki instrumen distribusi Toko Tani Indonesia (TTI) yang berperan memasarkan secara langsung produk pertanian dari petani tanpa melewati tengkulak atau pemasok. Harga yang dijual lebih murah karena rantai pasok yang dilalui sangat sederhana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Kepala Pusat dan Informasi Pertanian Kementan Ketut Kariyasa menyampaikan alasan lain harga pangan bisa stabil dalam dua tahun terakhir di tengah meningkatnya permintaan pasar.
Ketut menyampaikan menurut data BPS, pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia sekitar 252 juta jiwa, dan pada tahun 2017 dan 2018 meningkat masing-masing menjadi 262 juta jiwa dan 265 juta jiwa.
Dengan konsumsi per kapita yang tetap, tentunya peningkatan permintaan terhadap pangan dengan mudah dapat diketahui. Pada saat yang sama, pasokan pangan dapat dikatakan tidak ada berasal dari impor.
Berdasarkan teori ekonomi (permintaan dan penawaran), kata Ketut, selama dua tahun terakhir khususnya pada saat bulan Ramadan dan Lebaran harga pangan stabil di tengah kenaikan permintaan pangan karena pasokan dari produksi dalam negeri juga meningkat secara tajam.
"Peningkatan produksi pangan dalam negeri yang sangat signifikan ini tentunya tidak terlepas dari kerja keras Kementerian Pertanian dalam mengimplementasi program-prongramnya," ujar Ketut.
Makanya tak heran sebagai contoh, produksi padi pada tahun 2014 hanya 70,8 juta ton pada tahun 2017 meningkat menjadi 81,1 juta ton, dan pada tahun ini diperkirakan bisa lebih dari 81,2 juta ton. (mul/mpr)